Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mei Riasanti
"Pasien uveitis tanpa etiologi yang jelas (idiopatik) dengan kriteria klinis peradangan yang tidak spesifik namun memiliki status IGRA positif kerap menyebabkan dilema dalam pengobatan. Kelompok pasien tersebut diterapi sebagai kelompok suspek ekstrapulmonari TB dan mendapatkan pengobatan Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Berbagai penelitian menunjukan bahwa profil ekspresi transkriptomik Interferon-stimulated Genes (ISG) tipe 1 ditemukan meningkat pada pasien aktif TB dan diketahui berpotensi sebagai biomarker diagnosa dan monitoring efikasi terapi. Selain itu level protein C1q ditemukan meningkat pada pasien TB aktif dibandingkan kelompok kontrol sehat serta kadarnnya menurun signifikan seiring dengan durasi pengobatan OAT. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan ekspresi mRNA menggunakan RT-qPCR terhadap Interferon Stimulated Genes (ISG) tipe 1 (MyD88, FCG1R1B, IL1B, IFIT2, GBP1, IRF7, TLR8, STAT1, SERPING1, UBE2L6) dan protein C1q menggunakan ELISA pada pasien uveitis idiopatik dengan IGRA positif dari 20 pasien dengan time-point follow up pada minggu ke-0 (M0) dan minggu ke-2 (M2). Ekspresi gen GBP1 (p=0,001), UBE2L6 (p=0,0012) dan SERPING1 (p=0,03) berbeda bermakna pada kelompok perbaikan okular, dengan 8/10 gen menunjukan tren penurunan ekspresi pada M2. Hanya GBP1 (p=0,03) yang ekspresinya berbeda bermakna pada kelompok tanpa perbaikan okular, dengan 9/10 menunjukan tren peningkatan ekspresi gen pada M2. Perubahan ekspresi gen (M0-M2) MyD88, FCGR1B, GBP1, TLR8, STAT1 berkorelasi dengan outcome okular. Perubahan ekspresi gen GBP1 dan TLR8 berbeda bermakna sebagai biomarker diagnosis dengan AUC 88,1% dan 90,5%. Pada penelitian ini, level C1q sebelum dan setelah pengobatan ditemukan tidak berbeda bermakna (p=0,87) dan tidak terdapat hubungan berbeda bermakna antara perubahan klinis okular dengan level C1q.

Uveitis patients without a clear etiology (idiopathic) with non-specific inflammation clinical criteria but who have a positive IGRA status often cause dilemmas in treatment. This group of patients was treated as a group of suspected extrapulmonary TB and received anti-tuberculosis drug (ATT) treatment. Various studies have shown that the transcriptomic expression profile of type 1 Interferon Stimulated Genes (ISG) was found to be increased in active TB patients and is known to have potential as a diagnostic biomarker and monitoring of therapy efficacy. In addition, the C1q protein level was found to be increased in active TB patients compared to the healthy control group and its levels decreased significantly with the duration of OAT treatment. In this study, mRNA expression was examined using RT-qPCR on Interferon Stimulated Genes (ISG) type 1 (MyD88, FCG1R1B, IL1B, IFIT2, GBP1, IRF7, TLR8, STAT1, SERPING1, UBE2L6) and C1q protein using ELISA in idiopathic uveitis patients. with positive IGRA of 20 patients with time-point follow-up at week 0 (W0) and week 2 (W2). GBP1 (p=0.001), UBE2L6 (p=0.0012), and SERPING1 (p=0.03) genes differentially expressed significantly in the group with ocular improvement, which 8/10 genes were downregulated in W2. In the non-improvement ocular group, only the GBP1 gene was significantly expressed differentially (p=0.03), with 9/10 genes expression upregulated in W2. Changes in expression of the MyD88, FCGR1B, GBP1, TLR8, and STAT1 genes correlated with ocular improvement. Changes in GBP1 and TLR8 gene expression were significantly different as a biomarker diagnosis with AUC of 88.1% and 90.5%. In this study, C1q levels before and after treatment were not significantly different (p=0.87) and there was no significant correlation between ocular clinical changes and C1q levels."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasanah
"Latar belakang: Tuberkulosis (TB) dan kanker paru merupakan dua masalah kesehatan dunia dengan angka kematian yang tinggi. Risiko TB meningkat pada pasien dengan keganasan termasuk kanker paru dengan prevalensi 0,7% - 18,7%. Tuberkulosis paru dan kanker paru memiliki gejala yang mirip sehingga diagnosis keduanya sering kali terlambat menyebabkan prognosis yang lebih buruk. Bronkoskopi merupakan suatu tindakan efektif untuk mendiagnosis TB dan kanker paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi TB paru pada pasien terduga kanker paru melalui pemeriksaan tes cepat molekular (TCM) bilasan bronkus.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang dengan subjek terduga kanker paru yang akan menjalani bronkoskopi di RSUP Persahabatan dan berusia minimal 18 tahun pada periode Maret sampai Juli 2024. Bilasan bronkus dilakukan pemeriksaan TCM menggunakan InaTB-Rif untuk mendiagnosis TB.
Hasil: Sebanyak 104 subjek memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dengan karakteristik usia berada pada median 60 tahun (18-80 tahun), jenis kelamin laki-laki (61,5%), status gizi baik dengan indeks massa tubuh normal (60,6%), memiliki riwayat merokok (54,8%) dan bekas TB (21,2%). Subjek penelitian yang memiliki komorbid paling banyak adalah diabetes melitus (DM) tipe 2 yaitu 20,2%. Sebagian besar mengeluhkan batuk, gambaran radiologi mayoritas tampak massa dan kompresi serta massa infiltratif pada temuan bronkoskopi. Proporsi TB paru pada pasien yang menjalani bronkoskopi dengan terduga kanker paru yaitu 22,12% dengan dua pasien terdeteksi resisten rifampisin (8,67%). Analisis bivariat menunjukkan bahwa fibrosis dan ratio neutrofil limfosit memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan hasil TCM.
Kesimpulan: Diagnosis TB pada pasien terduga kanker paru perlu dipertimbangkan terutama pada negara dengan beban TB yang tinggi seperti Indonesia sehingga tata laksana dapat diberikan secara optimal.

Background: Tuberculosis (TB) and lung cancer are two global health problems with high mortality rates. The risk of TB increases in patients with malignancies including lung cancer with a prevalence ranging from 0.7% to 18.7%. Pulmonary tuberculosis and lung cancer have similar symptoms, often leading to delayed diagnosis and resulting in a worse prognosis. Bronchoscopy is an effective procedure for diagnosing TB and lung cancer. This study aims to determine the proportion of pulmonary TB in suspected lung cancer patients through the examination of bronchial washing using a rapid molecular test (RMT).
Method: This was a cross-sectional study with suspected lung cancer patients who would undergo bronchoscopy at Persahabatan Hospital National Respiratory Center and at least 18 years old in the period from March to July 2024. Bronchial washing was examined by RMT using InaTB-Rif to diagnose TB.
Results: A total of 104 subjects met the inclusion and exclusion criteria, with a median age of 60 years (range 18 to 80 years), predominantly were male (61.5%), and demontrated good nutritional status with a normal body mass index (60.6%), had a history of smoking (54.8%), and former TB (21.2%). The most common comorbidity among the subjects was type 2 diabetes mellitus, accounting for 20.2%. Most participants reported cough and radiological findings predominantly revealed masses, compression, and infiltrative masses in bronchoscopy results. The proportion of pulmonary tuberculosis in patients who underwent bronchoscopy for suspected lung cancer was 22.12%, with two patients detected as resistant to rifampicin (8.67%). Bivariate analysis revealed that fibrosis and neutrophil-lymphocyte ratio had a statistically significant with RMT.
Conclusion: The diagnosis of tuberculosis in suspected lung cancer patients needs to be considered especially in high TB burden countries such as Indonesia so the management could be given optimally.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library