Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Septia Angger Tifani
Abstrak :
ABSTRAK
Arena olahraga indoor menjadi salah satu pilihan sebagai venue penyelenggaraan konser. Hal ini bisa terjadi karena bentuk hall olahraga dapat menampung banyak penonton selayaknya hall konser. Namun ditinjau dari teori akustik, kriteria akustik untuk ruang konser dan ruang olahraga cukup berbeda. Konser membutuhkan ruang yang memiliki reverberation time (RT) yang pendek agar penyampaian musik jelas, akurat, serta tidak mengganggu kenyamanan penonton, sedangkan untuk hall olahraga, tidak ada kebutuhan khusus dari segi akustik. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui kualitas akustik arena olahraga serta penyesuaian yang dilakukan ketika arena olahraga digunakan sebagai venue konser. Tulisan ini menganalisa objek studi kasus Tennis Indoor Senayan berdasarkan teori-teori akustik yang relevan, perhitungan waktu dengung (RT), serta simulasi akustik dengan software EASE Evac untuk mengetahui nilai tingkat tekanan/ sound pressure level (SPL) dan inteligibilitas suara/ speech transmission index (STI) saat konser berlangsung. Penyesuaian tata letak ruang saat hall digunakan untuk konser menekan nilai RT menjadi lebih pendek jika dibandingkan dengan RT saat hall digunakan untuk kegiatan olahraga. Hal ini terjadi karena bidang absorpsi bunyi menjadi lebih luas serta volume ruang akustik menjadi lebih kecil akibat adanya kebutuhan ruang untuk panggung dan belakang panggung. Hasil studi kasus menunjukkan bahwa Tennis Indoor Senayan memiliki nilai RT, SPL, dan STI yang sesuai dengan standar ideal untuk ruang pertunjukan musik setelah dilakukan penyesuaian tata letak ruang.
ABSTRACT
Sport hallis one of the options that can be choosen as a concert venue. Sport hall can held agreat number of audience as a concert hall. But in terms of acoustic, the acoustic criteria for a concert hall and sport hall are quite different. Concert hall need a short reverberation time (RT) to get a good quality of music performance and create an acoustic comfort for the audience. This thesis aims to find the acoustic quality of sport hall as well as what adjustments that must be made when the sport hall is used as a concert venue. This study analyzeda case study object, Tennis indoor Senayan based on relevant acoustic theories, calculation of reverberation time, and acoustic simulation with EASE Evac software to determine the value of sound pressure level and speech transmission index during the concert. When used as a concert venue, spatiallay out adjustment were made thus resulting adecreased value of reverberation time as the absorption area became wider and the volume of the acoustic chamber became smaller. The results showed that Tennis Indoor Senayan had RT, SPL, and STI values that fit the ideal standards for the music roomafter the layout adjustment was done.
2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alang Sunding
Abstrak :
Laporan ini berisi simulasi cross-dock dengan menggunakan software Arena. Dalam simulasi ada empat tahapan yang dilakukan dalam melakukan analisa cross-dock, yaitu: Membuat model, menjalankan model, melakuan simulasi dan menganalisa hasil simulasi. Ada tiga scenario yang akan dimodelkan, disimulasikan dan dibandingkan untuk mendapatkan scenario terbaik. Analisa system cross-dock focus pada pusat aktifitas cross-dock dengan melakukan analisa pada : Jumlah produk yang keluar pada sistem cross-dock, waktu antar kedatangan, interval dan waktu tunggu diarea penyimpanan. ......This report consist of simulation cross dock using the arena simulation software. The cross-docking project that analyzed in this work is made up of four steps: Create a basic model, refine the model, simulate the model, and analyze simulation results. There are three cross-dock scenarios to be modeled, simulated and compared to determine the best model. The analysis will be conducted focusing on the cross dock center with four measurement parameters are: number of products out of the cross dock, time between arrival, time interval, and waiting time in staging area.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T30082
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Durham: Duke University Press, 1985
363.7 ENV
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jungherr, Andreas
New York: Cambridge University Press, 2021
352.38 JUN d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Haddysan Nugroho
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S26530
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sufadli Yusuf
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan melakukan analisis terhadap antrian pada PT Pegadaian Cabang Bekasi Utama menggunakan pendekatan simulasi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui struktur antrian pada proses gadai dan pembayaran, mengetahui lama waktu tunggu rata-rata, dan mengetahui tingkat kegunaan sistem per hari pada proses gadai dan pembayaran di PT Pegadaian Cabang Bekasi Utama. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif karena akan melakukan pengambilan data dengan observasi yang dilalukan pada PT Pegadaian Cabang Bekasi Utama. Akar permasalahan yang terjadi karena terdapat antrian yang terjadi pada proses gadai dan pembayaran. Dari hasil pengamatan selama 3 hari kerja lalu diolah menggunakan software ARENA lalu dilakukan pengukuran terhadap hasil penelitian. Hasil dari penelitian tersebut yaitu terdapat dua struktur antrian yaitu single channel-multi phase untuk proses gadai dan multi channel-single phase untuk proses pembayaran. Lalu terdapat waktu tunggu antrian rata-rata untuk proses gadai selama 23.15 menit dan proses pembayaran proses selama 10.50 menit. Setelah dilakukan analisa tingkat kegunaan sistem, maka dihasilkan tingkat kegunaan sistem pada proses gadai dan pembayaran pada Hari ke-1 sebesar 134.9%, Hari ke-2 sebesar 105.5%, dan Hari ke-3 sebesar 152.1%. ......This study aims to analyze the queue at PT Pegadaian Bekasi Utama branch using a simulation approach. The purpose of this study is to determine the queue structure in the process of pawning and payment, knowing the average waiting time, and knowing the level of system usability per day in the process of pawning and payment at PT Pegadaian Bekasi Utama Branch. This research method uses quantitative descriptive methods because it will collect data with observations carried out at PT Pegadaian Bekasi Utama Branch. The root of the problem that occurs because there is a queue that occurs in the process of pawning and payment. From the results of observations for 3 working days and then processed using ARENA software then measurements were made on the results of the study. The results of this study are that there are two queuing structures, namely single-channel-multi-phase for the process of pawning and multi-channel-single-phase for payment processing. Then there is the average waiting time for the pawn process for 23.15 minutes and the payment process for 10.50 minutes. After analyzing the usability level of the system, the resulting system usability level in the process of pawning and payment on Day 1 is 134.9%, Day 2 is 105.5%, and Day 3 is 152.1%.
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kelton, W. David
Boston: McGraw-Hill, 2010
003.3 KEL s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bejo Untung
Abstrak :
Tesis ini bertujuan untuk menginvesitagasi secara mikroskopis struktur sosial masyarakat di desa dalam agenda negara tentang demokratisasi desa. Sebagaimana dipahami bahwa semenjak Indonesia memasuki era reformasi, desentralisasi dan demokrasi dikedepankan sebagai upaya untuk mengevaluasi pemerintahan Orde Baru yang sentralistik. Pada dasarnya desentralisasi dan demokratisasi adalah suatu agenda yang mengedepankan proses pembangunan berbasis komunitas atau community-driven development. Akan tetapi dalam perkembangannya analisis terhadap agenda demokratisasi desa sebagai lanjutan dari proses desentralisasi dan demokratisasi tersebut sering dilakukan dengan pendekatan legal-driven, suatu pendekatan yang menganggap bahwa urusan mendemokrasikan desa hanya berhenti pada sebatas penerapan UU. UU Desa yang diterbitkan belakangan sebagai evaluasi terhadap UU sebelumnya, dianggap sebagai UU yang cukup kuat sebagai dasar bagi pelaksanaan demokrasi desa, terutama karena secara normatif telah menjamin keberfungsian BPD dan berjalannya musyawarah desa. Sementara dalam praktiknya, UU Desa tidak selalu implementatif sehingga tidak ada jaminan bagi berfungsinya BPD dan berjalannya musyawarah desa. Dengan demikian arena demokrasi desa yang dibayangkan oleh UU Desa tidak selalu terwujud. Melalui penelitian etnografi selama empat bulan di Desa Pabuaran, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, tesis ini menunjukkan situasi politik di tingkat mikro bahwa warga desa dapat menciptakan arenanya sendiri selain arena demokrasi desa sebagaimana yang dibayangkan oleh UU Desa. Melalui proses pembentukan arena inilah kemudian dapat diperlihatkan gambaran praktik aktual demokrasi desa, suatu gambaran yang tidak dapat diungkap oleh pendekatan legal-driven. Untuk mengungkap sejauhmana praktik aktual demokrasi desa tersebut, tesis ini berangkat dari beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: Mengapa BPD dan musyawarah desa yang telah dijamin secara normatif oleh UU Desa tidak berjalan dan berfungsi dengan baik?; Bagaimana warga menyikapi ketidakberfungsian BPD dan musyawarah desa? Ketika arena demokrasi desa tidak terbentuk seiring dengan tidak berfungsinya BPD dan musyawarah desa, arena apa yang diciptakan oleh warga desa?; Bagaimana warga menciptakan arena tersebut?; Bagaimana arena tersebut dapat menampilkan warga desa biasa menjadi para tokoh yang dapat mempengaruhi penyelenggaraan pemerintahan desa?; dan Bagaimana para tokoh yang muncul tersebut kemudian memainkan peran publiknya sebagai pihak yang menjalankan peran kontrol di satu sisi dan mementingkan interes pribadinya di sisi lain? ......This thesis aims to investigate the social structure microscopically in the village level on the state agenda of village democratization. As already known that since Indonesia entering the reformasi era, decentralization and democratization have been put forward as evaluations on centralistic of New Order government. Basically, decentralization and democratization both are the agenda that emphasize the community driven development processes. However, time by time, analysis of the village democratization agenda as a continuation of the decentralization and democratization process is conducted by a legal driven approach, an approach that consider that all the matters of village democratization just stop in the implementing of the Law. Village Law that enacted later as an evaluation of the previous laws, is considered as a strong legal basis for the implementation of village democracy, especially when normatively it gives a guarantee for the functioning of BPD and the progress of the village deliberation. However, practically Village Law is not always implemented so there is no guarantee for the functioning of BPD and the progress of the village deliberation. Therefore the arena of village democracy has been imagined by Village Law does not necesseraly establish. Through four months of ethnographic research in Pabuaran Village, Sukamakmur Sub District, Bogor Regency, West Java, this thesis shows the political situation at the micro level where villagers can create their own arena instead of arena of village democracy as envisaged by Village Law. Through such this arena creation the actual practice of village democracy can be depicted, a picture that can not be explained comprehensively by a legal driven approach. To reveal the extent of the actual practice of village democracy, this thesis departs from several research questions as follows Why is the BPD and village deliberation that have been normatively guaranteed by the Village Law not implement and functioning properly How do villagers respond to the non functioning of BPD and village deliberation When the arena of village democracy is not establised along with the non functioning of BPD and village deliberation, what arena is created by the villagers How do villagers create the arena How can the arena make ordinary villagers become leaders who can influence the administration of village government How do the leaders then play their public role as social control on the one hand and attach their personal interest on the other hand
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T50537
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willy Hidayat
Abstrak :
Tesis ini merupakan bagian dari riset tentang the sociology of markets of Indonesian traditional medicine  (jamu) (Hardjosoekarto et al, forthcoming), khususnya yang menyajikan laporan awal tentang dinamika pasar obat tradisional di Indonesia dengan menggunakan konsep market field dari Jense Beckert, yang menekankan interelasi tiga social forces yaitu institutions, networks dan cognitive frames. Studi ini fokus pada respons Koperasi Jamu Indonesia (KOJAI) terhadap peng-ilmiahan Jamu yang dimulai sejak tahun 2007. Social Network Analysis diterapkan untuk mengukur perubahan KOJAI networks, baik pada level makro maupun pada level meso.  Ekplorasi kualitatif perubahan dua KOJAI social forces lainnya, yaitu institutions dan cognitive frames dilakukan pada level meso. Riset ini menyajikan bukti berlakunya Beckertss social grid model dengan pengayaan beberapa novelties. Pertama, dinamika interrelasi tiga social forces itu dapat terjadi di level meso yaitu pada level KOJAI as organizational field. Kedua, stabilitas dan perubahan organizational field itu dapat terjadi karena adanya dinamika internal di dalam organisasi itu sendiri, tetapi dapat juga berlangsung karena adanya perubahan external seperti perubahan institutional rules pada tingkat makro. Ketiga, riset ini juga menyajikan aplikasi Social Network Analysis untuk mengukur network as a market forces, sebuah pengukuran market field yang tidak dilakukan oleh Beckert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, jamu kurang berkembang karena, banyak regulasi yang memperkecil pengaruh dari aktor bisnis, baik itu pelaku usaha jamu maupun petani dalam mendapatkan dominasi nya di market field. Dominasi market field lebih banyak dilakukan oleh aktor dari Pemeritah, namun tetap belum memberikan hasil signifikan dalam pengembangan jamu. Oleh sebab itu, perlu adanya penguatan untuk para pelaku usaha industri yang memiliki keterbatasan modal dalam merealisasikan pemenuhan CPOTB. Sebagai stategi efektif, penelitian ini memberikan saran untuk memobilisasi cognitive frame bahwa proses produksi jamu tidak bisa disamakan dengan proses produksi obat kimia melalui konstruksi pada sisi institusional dan network struktur berdasarkan dari pemikiran Beckert (2010).
This thesis is a part of research on the sociology of markets of Indonesian traditional medicine (jamu) (Hardjosoekarto et al, forthcoming), specifically which presents a preliminary report on the dynamics of the traditional medicine market in Indonesia by using the market field concept from Jense Beckert, which emphasizes the interrelation of three social forces namely institutions, networks and cognitive frames. This study focuses on the response of the Indonesian Herbal Cooperative (KOJAI) to the knowledge of herbal medicine that began in 2007. Social Network Analysis is applied to measure changes in KOJAI networks, both at the macro level and at the meso level. Qualitative exploration of changes in two other KOJAI social forces, namely institutions and cognitive frames is carried out at the meso level. This research presents evidence of the validity of Beckerts's social grid model with the enrichment of several novelties. First, the dynamics of the interrelation of the three social forces can occur at the meso level, namely at the KOJAI as organizational field level. Second, stability and organizational field changes can occur due to internal dynamics within the organization itself, but can also take place due to external changes such as changes in institutional rules at the macro level. Third, this research also presents a Social Network Analysis application to measure network as a market forces, a measurement of market fields that Beckert did not do. The results showed that, herbal medicine was underdeveloped because, there were many regulations that reduced the influence of Bussines actors, both herbal and farmer entrepreneurs in getting their dominance in the market field. Market field domination is mostly done by actors from the Government, but still does not provide significant results in the development of herbal medicine. Therefore, it is necessary to strengthen for industrial businesses that have limited capital in realizing the fulfillment of CPOTB. As an effective strategy, this study provides suggestions for mobilizing cognitive frames that the process of herbal medicine production cannot be equated with the process of producing chemical drugs through construction on the institutional and network structures based on the thought of Beckert (2010).
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ashari
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang jurnalis suratkabar dalam menghadapi perubahan lingkungan kerja sebagai akibat penerapan teknologi digital oleh perusahaannya. Adopsi teknologi digital oleh perusahaan media kerap menimbulkan tegangan antara jurnalis dengan manajemen. Tesis ini melihat perubahan lingkungan kerja yang dialami oleh jurnalis tidak terlepas dari posisinya di dalam arena jurnalistik yang tengah berada dalam dominasi kapitalisme digital. Jonathan Pace (2013) mendefinisikan kapitalisme digital sebagai persilangan antara kecenderungan struktur kapitalisme dengan proses-proses digital. Menurutnya, kapitalisme digital merupakan kumpulan proses, situs dan/atau momen, dimana teknologi digital memerantarai kecenderungan struktural kapitalisme, yakni akumulasi kapital. Dengan demikian, penelitian ini melihat jurnalis berada dalam dua relasi-sosial yang saling berlawanan, yakni jurnalis sebagai agen yang ditundukkan dalam relasi kuasa ekonomi, dimana ia sepenuhnya dipandang sebagai komoditi dan jurnalis sebagai agen yang menjalankan perannya, merealisasikan potensinya di arena jurnalistik, yakni arena yang sebenarnya memiliki nilai, prinsip, serta cara bermainnya tersendiri dan tidak sepenuhnya berdasarkan logika kuasa ekonomi. Penelitian ini menggunakan Teori Arena-Habitus-Kapital Pierre Bourdieu untuk menganalisis kontestasi jurnalis di arena jurnalistik yang didominasi oleh kapitalisme digital tersebut. Penelitian dilakukan terhadap empat subyek yang berprofesi jurnalis Pikiran Rakyat. Paradigma penelitian ini adalah paradigma kritis yang melihat ada hubungan kuasa di dalam praktik sosial agen. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bila dominasi kapitalisme digital dalam media massa cetak, khususnya Pikiran Rakyat, berlangsung dari keterlibatannya dalam relasi pertukaran berbasis pasar komoditi media. Kompleksitas yang terjadi dari dominasi kapitalisme digital di “PR” mewujud ke dalam kontestasi jurnalisnya sebagaimana yang tecermin dalam subyek penelitian ini. Di tengah kontestasi subyek, kelas dominan memainkan peran yang menentukan melalui pendistribusian kuasanya ke dalam arena ......This thesis discusses newspaper journalists in dealing with changes in the work environment as a result of the application of digital technology by their companies. The adoption of digital technology by media companies often creates tension between journalists and management. This thesis observes that the changes in the work environment experienced by journalists cannot be separated from their position in the journalistic arena which is currently dominated by digital capitalism. Jonathan Pace (2013) defines digital capitalism as a cross between the structural tendencies of capitalism and digital processes. According to him, digital capitalism is a collection of processes, sites and / or moments, where digital technology mediates the structural tendency of capitalism, namely capital accumulation. Thus, this research sees journalists in two opposing social relations, namely journalists as agents who are subject to economic power relations, where they are fully viewed as commodities and journalists as agents who carry out their roles, realizing their potential in the journalistic arena, the arena which has its own values, principles, and ways of playing and is not entirely based on the logic of economic power. This study uses Pierre Bourdieu's Arena-Habitus-Kapital Theory to analyze journalists' contestation in the journalistic arena which is dominated by digital capitalism. The study was conducted on four subjects who are journalists. This research paradigm is a critical paradigm that sees a power relationship in the agent's social practice. The research method used is the case study method. The results obtained are trajectory or a description of the life experience of the subject where the habitus and capital are recorded. The results showed that the domination of digital capitalism in newspaper, especially in Pikiran Rakyat, took place from its involvement in exchange relations of commodity markets. The complexity that occurs from the domination of digital capitalism in "PR" manifests in its journalists' contestation as reflected in the informant of this study. In the midst of journalist contestation, the dominant class plays a decisive role through the distribution of power into the arena
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>