Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Barnes, Jonathan
Jakarta: Pustaka utama Grafiti, 1993
320.092 BAR a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail
Abstrak :
Metafisika Aristoteles merupakan sebuah kritik terhadap dualisme Plato. Dalam teori bentuk, Plato berusaha menjelaskan sifat alami benda-benda namun ia menganggap benda alami tersebut merupakan tiruan yang tidak berarti. Sebuah tiruan dari dunia ide yang jauh di sana dan merupakan ide abadi sehingga antara dunia materi dan dunia ide terdapat jarak yang tak terjembatani. Kemudian Aristoteles datang dengan hylemorphisme bukan makna inti dari bentuk abadi pengetahuan melainkan pada pemisahan antara esensi dengan benda yang riil. Bagi Aristoteles benda merupakan kesatuan materi dan bentuk. Bentuk benda ada dalam benda itu sendiri bukan di atas sana sebagaimana yang dikemukakan Plato. Materi dan bentuk merupakan aspek tak terpisahkan dari setiap substansi, bersifat universal dan partikular tersatukan dalam sebuah benda. Dari sini memungkinkan relevansi antara metafisika Aristoteles dengan pengetahuan modern. Untuk sampai pada pengetahuan modern, Comte diangkat sebagai pembanding, karena ia sebagai pencetus positivisme, ia menjelaskan tiga tahap pemikiran manusia: tahap teologis, tahap metafisik dan tahap positif. Ia menekankan dan identifikasi atas fakta-fakta, dengan pengamatan indera, dan berupaya untuk menjelaskan hukum-hukum umum dengan induksi berdasarkan fakta. Metafisika Aristoteles dan relevansinya terhadap pengetahuan modern di sini disatukan pada karakteristik yang dimiliki oleh ilmu pengetahuan modern yang mana antara lain memiliki sifat objektif, rasional dan universal. Di mana sifat-sifat ilmu pengetahuan ini telah ada pada Aristoteles.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11225
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Phillo Dominikus Pius Jacobus Naraha
Abstrak :
Apa dan bagaimana itu jiwa manusia ? Herakletos, mengajak kita menatap ke langit dan melihat pijaran (kobaran) api abadi sambil berkata: ?The soul as fiery in nature: To souls it is death to become water, to water death to become earth, but from earth water is born, and from water soul. Herakletos, jiwa-jiwa makluk dan jiwa manusia dihasilkan dari bahan lain seperti api (abadi itu) yang memiliki dimensi tak terbatas. Sokrates dalam Plato, menegaskan bahwa ?tubuh akan mati (hancur), sementara jiwa terusmenerus dilahirkan kembali (berinkarnasi) dalam tubuh berikutnya?. Aquinas memberi kita pupuk dan air, katanya siram dan rawilah dia, karena ketika tiba saatnya dia akan muncul. Kata Thomas Aquinas; Allah menentukan hukum universal kehidupan yang berlangsung terus dalam proses evolusi manusia, ketika materi (janin) memenuhi syarat-syarat hukum evolusi universal, maka jiwa akan timbul (Immitere). jiwa diletakan dalam materi (tubuh); Matahari pun terbitbersinar di pagi itu dan ia (jiwa) pun muncul. Pertanda kehidupan baru telah di mulai. Dari tiga gagasan in kata pastikan bahwa Jiwa telah bertanda dalam tubuh manusia. Kemudian Aristoteles member kita spidol dan tali. Ia meminta kita meberi tanda dan menyatukan tiang pagar dengan simpulan tali sehingga menghasilkan areal khusus yang sibatasi pagar. Kemudian kata Arsitoteles bahwa: ?hanya tubuh fisik dikelilingi oleh tubuh lain yang (secara nyata) dalam ruang, karena ruang tubuh adalah defined sebagai batas dalam tubuh yang mengelilinginya? (Teori Ruang). Selanjutnya Thales meminta kita membuat eksperiment agar membuktikan bahwa Apakah benar jiwa kita tetap berada dalam ruang tubuh. Ia memberi kepada kita sebatang besi magnet dan bebrapa jarum. Jarum ditaburkan diseputar besi magnet. Perhatikan apa yang terjadi?!, kemudian Thales mengatakan itulah kekuatan energi jiwamu (teori magnet). Kini, kita harus memenuhi undangan Sigmund Freud untuk menyaksikan kompentisi perebutan piala drive, yaitu pertandingan gulat antara Id, Superego dan Ego di dalam ring jiwa (Personality Theory). Babak penyisihan pun berakhir, dan entah kenapa salah satu pegulat dijebloskan ke penjara. Maka Platonis memberi kita kunci dan Plato meminta kita ke ruang sel, membuka gemboknya dan melepaskan rantai besi yang membelenggu sang pegulat dan membawa dia keluar dari penjara. Maka jiwa itu telah bebas dan dapat beraktivitas kembali. Seperti kata Platonis (Neoplatonisme): ?Jiwa yang dirantai, rindu untuk melarikan diri dari belenggu tubuh dan kembali ke sumber asalnya?. Selanjutnya Homer memberi kita kamera dan mengajak menemaninya meliput perang, dengan istruksi: dengarkan dengan cermat apa yang dikatakan oleh perang: "Kematian pahlawan, jiwanya pergi ke Hades...(kata penulis), sedangkan mereka sendiri yang tertinggal di medan perang setelah kematian? (Puisi pengantar ke Illiad). Selanjutnya terdengar suara Plato: jiwa mereka bukan ke Hedes tetapi ke Dunia Kayangan. Para Theolog, membantah; Bukan ke Kayangan tetapi ke Surga kembali ke sang Pencipta. Sementara debat, terdengar pekikan keras dari dunia bawah kematian: Semuanya salah, jiwa mereka kini sementara menuju ke Neraka (Iblis), disanalah tempat keabadian jiwa mereka. Itulah kata Filsuf dan Ilmuan tentang Jiwa manusia dan tentang jiwa mereka.
What and how the human soul? Herakletos, invites us to stare into the sky and see the flame (flame) eternal flame, saying: "The soul as Fiery in nature: To souls it is death to Become water, to water death to Become earth, but from earth water is born, and from water soul. Herakletos, souls and the souls of human beings produced from other materials such as fire (eternal) which has infinite dimension. Socrates in Plato, asserts that "the body will die (destroyed), while the soul continually reborn (reincarnated) in the next body." Aquinas gives us the fertilizer and water, flush and rawilah he said, because when the time comes he will emerge. Thomas Aquinas; God determine the universal law of life that goes on in the process of human evolution, when the material (the fetus) meets the requirements of the law of universal evolution, then the soul will arise (Immitere). soul placed in the material (body); sun was rising, shining in the morning and he (the soul) appeared. A sign of new life has begun. Of the three ideas in words make sure that the soul has been marked in the human body. Then Aristotle gives us markers and ropes. He asks us to give the stolen signs and fence posts together with a knot the rope so as to produce a special area that sibatasi fence. Then said Arsitoteles that: "only the physical body is surrounded by other bodies which (significantly) in the space, because space is defined as the boundary of the body in the body that surrounds it" (Theory Room). Furthermore, Thales is asking us to make experiments to prove that Is it true that our souls remain in the body space.He gave us an iron bar magnet and miraculous needle. Sown around each magnetic iron needle. Watch what happens ...!, Then Thales said that the power of your soul energy (magnetic theory). Now, we have to meet Sigmund Freud's invitation to witness the struggles kompentisi cup drive, which is a wrestling match between the Id, Superego and Ego in the ring soul (Personality Theory). Preliminary round was over, and somehow one of the wrestlers thrown in jail. Platonic then gives us the key and Plato asks us to space the cells, open the lock and release the iron chains which bind the wrestler and take him out of jail.Then the soul is freed and can return to work. Like the Platonic word (Neoplatonism): "The soul is chained, longing to escape from the shackles of the body and return to the original source." Furthermore, Homer gives us a camera and took with him covering the war, with istruksi: listen carefully to what the war: "The death of a hero, his soul went to Hades ... (says the author), while they themselves are left on the battlefield after death" (Poetry preface to the Iliad). Then came the sound of Plato: their soul is not to Hedes but to the World of Heaven. Theologians, denied; not to Heaven but to return to the Creator of Heaven. While the debate, there was a loud shriek from the underworld of death: Everything wrong, while their souls are now headed to Hell (Satan), that's where the immortality of their souls. That said the Philosopher and Scientist of the human soul and of their souls.
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T29646
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Firdaus
Abstrak :
Penulisan tesis ini sengaja penulis angkat dengan alasan sebagai berikut : 1. Penulis merasa bahwa pemikiran Ibn Rusyd tentang filsafat masih sangat relevan untuk dikaji pada saat sekarang ini. 2. Dari beberapa karyanya penulis banyak termotivasi untuk menemukan argumen-argumen yang subtansial terhadap pokok-pokok ajaran agama Islam Maksud dari judul tesis tersebut adalah : kegiatan yang bertujuan untuk menekankan suatu ajaran/ tradisi. Peripatetisme adalah sebuah nama aliran dalam filsafat yang mengikuti pemikiran Aristoteles. Kenapa hal tersebut sampai dilakukan oleh Ibn Rusyd ? Sebagaimana yang kita ketahui bahwa ibn Rusyd dikenal sebagai seorang komentator dari karya-karya Aristoteles. la melihat bahwa ajaran-ajaran murni dari Aristoteles telah tercampur baur dengan ajaran Neoplatonisme. Sebagaimana yang saya pelajari bahwa aliran Neoplatonisme menganggap bahwa deduksi dan pemikiran rasional tidak cukup untuk studi filsafat, terutama tentang kebijakan lllahiyyah. Dan karena pembauran itulah terjadi kekacauan dalam berpikir terutama dikalangan muslim. Dari hal itu yang menjadi kritik tajam al-Ghazali kepada para filsuf yang berfikiran menyimpang itu, terutama pemikiran Aristoteles yang di kembangkan oleh al-Farabi dan Ibn Sina. Serangan serta kecaman al-Ghazali yang bertubi-tubi itu menyebabkan kemandekan dalam mempelajari filsafat di kalangan muslim. Bahkan filsafat menjadi barang haram untuk dipelajari. Hal itu ia ungkapkan dalam karyanya ?Tahafut al Falasifa." Di dalam buku itu ada dua puluh persoalan yang disorot al-Ghazali di mana hal tersebut dapat membawa kepada kesesatan. Dari dua puluh itu ada tiga persoalan yang dapat membawa manusia kepada kekafiran bila dipelajari. (lihat hal. 6-7). Atas kejadian itu Ibn Rusyd merasa terpanggil untuk mengklarifikasikan persoalan -persoalan itu semua dalam kitabnya " Tahafut at -Tahafut,? dan ?Fashl al Magal Fi Ma Bain al- I-likmah Wa al Syarr'ah Min al-Wishe.? Dari kitab-kitab itu Ibn Rusyd mencoba mengembalikan ajaran murni dan Aristoteles yang menjadi sorotan al-Ghazali. Adapun yang dimumikan Ibn Rusyd dari ajaran Aristoteles adalah : 1. Tentang keselarasan antara agama dan filsafat. 2. Tentang 3 (tiga) persoalan yang dikafirkan oleh al-Ghazali, yaitu : a. Tentang Qodimnya Alam b. Tentang pengetahuan Tuhan yang Juziyyat c. Tentang Kebangkitan Jasmani di Akhirat Arti dari semuanya itu selain untuk mengembalikan posisi filsafat pada tempat semula dan memurnikan ajaran filsafat Aristoteles yang benar. Dan menurut analisa penulis bahwa konfik itu terjadi karena adanya beda persepsi yang dilakukan oleh al-Ghazali dengan para filsuf sebelumnya terutama (al-Farabi dan Ibn Sina) mengenai pengfsjran ayat-ayat Mutasyabihat.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T1764
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Waldo Eduard Bansaleng Bogar
Abstrak :
Skripsi ini ditulis untuk melihat dan membahas unsur-unsur drama tragedi aeperti yang ditulis Aristoteles dalam novelet TP. Tujuan kedua adalah menunjukkan bahwa koneep drama tragedi Aristoteles juga dapat diterapkan pada genre lain di luar drama, dalam hal ini sub-genre novelet. Juga untuk menunjukkan bahwa konsep tragedi Aristoteles dapat diterapkan pada novelet mod-ern. Ketiga, untuk menunjukken bahwa novelet movie) yang memiliki unsur-urisur drama tragedi seperti dibahas dengan menggunakan konsep tragedi Aristoteles. Teori yang digunakan dalam skripsi ini adalah konsep tragedi Aristoteles yang ditulis beberapa abad sebelum Masehi. Adapun buku-buku sumber yang digunakan adalah Modern Tragedies and Aristotele's Theory karya K.S. Misra sebagai sumber utama. Sedangkan buku On Poetry and Style (terjemahan karya Aristoteles oleh G. M. A. Grube), Poetics and Rhetoric (terjemahan karya Arista--telee oleh Tbomae Twining) dan Claasical Literary Criti_cism (terjemahan karya Ariatotelee oleh T. S. Dorach). Konsep tragedi Aristoteles digunakan untuk membahas unsur-unsur alur, tragic hero, chorus dari nyanyian, thought dan character, pilihan kata, dan kiterraire dalam novelet The Pearl. Dari hasil analisis dalam skripsi ini ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, unsur-unsur drama tragedi yang disyaratkan Aristoteles, seperti alur, tragic hero, chorus, nyanyian, thought dan character, pilihan kata, serta karakteristik, ternyata dapat dijumpai dalarn novelet The Pearl. Dengan demikian, unsur-unsur drama tragedi tidak mutlak hanya menjadi milik genre drama saja, tetapi dapat juga dijumpai dalam novelet. Kedua, konsep tragedi Aristoteles dapat diterapkan pada genre lain di luar drama, dalarn hal ini Bub-gurme novelet: Konsep tragedi Aristoteles dapat diterapkan pada novelet modern, tetapi dengan sedikit penyesuairan. Dengan kata lain, konsep tragedi Aristoteles tidak ditafsirkan secara harfiah, tetapi sedikit liberal. Ketiga, kenyataan bahwa The Pearl dapat ditafsirkan melalui konsep tragedi Aristoteles membawa kita ke suatu kesimpulan bahwa novelet-novelet lain yang memiliki unsur-unsur drama tragedi seperti The Pearl juga mampu ditafsirkan melalui konsep yang sama.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S14204
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunardi Endro
Abstrak :
Gotong royong adalah ungkapan yang menyatakan saling membantu dan sudah menjadi kebiasaan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Gotong royong menyatakan apa yang dipahami sebagai solidaritas dan kesatuan maka diangkat dan dikembangkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia. Pancasila merupakan kristalisasi jiwa dan semangat gotong royong tersebut dalam membangun solidaritas dan kesatuan bagi perwujudan kejayaan Indonesia. Kini kebutuhan mengenai solidaritas dan kesatuan tidak bisa lagi diperlakukan sama dengan lazim dalam kehidupan tradisional. Oleh sebab itu, paper ini bertujuan memberi jalan keluar bagi penguatan semangat dan jiwa gotong royong berdasarkan filsafat Aristoteles mengenai pertemanan sedemikian rupa sehingga dalam konteks kekinian Indonesia mampu berhadapan dengan globalisasi tanpa harus kehilangan identitas nasionalnya.
Jakarta: Pusat Pengembangan Etika Unika Atma Jaya, 2016
300 RJES 21:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Marwatri Nugrahani
Abstrak :
Skripsi ini mencoba menganalisis kekhasan tragedi batin Eugene O'Neill melalui lakonnya, The Great God Brown, dengan cara memperbandingkannya dengan konsep tragedi Wasik Aristoteles. Aristoteles menekankan alur dengan tragic actions (lakuan-lakuan tragis) sebagai pemicu efek tragis dalam tragedi. Lakuan tragis di sini mengacu kepada lakuan fisik yang menghasilkan suatu kejadian tragis yang spektakuler. Itu sebabnya Aristoteles tidak terlalu mementingkan peranan tokoh dan penokohan dalam menghasilkan efek-efek tragis. Sebaliknya tragedi khas Eugene O'Neill justru menyoroti kehidupan batin manusia. Lakuan tragis yang ditemukan terjadi di dalam batin tokoh. Untuk itu tokoh dan penokohan menjadi lebih penting daripada alur cerita. Sang tokoh ada dalam satu perjuangan menyelesaikan konflik-konflik batinnya yang membawa kepada satu tragedi batiniah. Hal ini tergambar melalui perjalanan kepribadian yang dilalui tokoh-tokoh utama lakon The Great God Brown, Dion Anthony dan Billy Brown. Konflik yang mereka alami adalah konflik-konflik batin yang timbul karena adanya suatu keterbagian kepribadian (split personality). Topeng-topeng dikenakan para tokoh untuk menggambarkan suatu kepribadian baru yang mereka kenakan. Topeng-topeng itulah yang terus-menerus bertentangan dengan kepribadian asli tokoh dan menyebabkan berbagai konflik batin. Perjuangan tokoh utama dalam lakon The Great God Brown adalah untuk menyelesaikan konflik-konflik batinnya. Satu-satunya cara untuk memenangkan pergumulan batinnya adalah dengan membuka topeng dirinya. Tapi pembukaan topeng menuntut satu bayaran yang amat mahal, yaitu keratian kepribadian tokoh. Tragedi yang dialami tokoh-tokoh tragis Eugene O'Neill adalah tragedi batiniah, yang disebabkan oleh lakuan-lakuan tragis batiniah yang membawa kepada kematian kepribadian. Hal inilah yang dialami oleh Dion Anthony dan Billy Brown. Dalam proses pembukaan topeng diri mereka, mereka berhasil mencapai kemenangan atas konflik batin mereka, namun semua itu dibayar dengan kematian kepribadian mereka. Dengan dernikian lakon ini dapat menggambarkan konsep tragedi batin khas Eugene O'Neill.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S14054
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library