Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 43 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lia Anggraini
"ABSTRAK
Selatna ini polialkohol diptoduksi dari produk turunan minyak buitii yaitu e«len oksida dan propilen oksida. Mengingat minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui dan persediaannya semakin menipis, maka periu dilakukan suatu kajian untuk memproduksi polialkohol dari tanaman, salah satunya adalah dari asam oleat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proses hidroksilasi asam oleat menjadi polialkohol (asam dihidroksistearat) dengan mengoptimasi variabel temperatur dan waktu reaksi. Metode hidroksilasi yang dilakukan menggunakan pereaksi CH3COOH dan H^Oa dalam pelarut heksana dengan katalis HaS04 50 % pada temperatur relatif tinggi. Hasil yang diperoieh kemudian dikarakterisasi yang meliputi penentuan bilangan iod, bilangan hidroksil, analisis gugus fungsi dengan FTIR dan analisis GC - MS. Dari hasil penelitian diperoieh kondisi optimum proses hidroksilasi asam oleat menjadi asam dihidroksisteamt adalah pada temperatur 60 - BSX selama 2 jam, yang ditunjukkan teijadinya penunman bilangan iod dari 101,48 mg h/100 g minyak menjadi 17,98 mg I2/IOO g minyak dengan persen konversi 82 %, kenaikan bilangan hidroksil dari 0.00 mg KOH/g menjadi 137,97,mg KOH/g, hilangnya puncak serapan vibmsi C-H sp^ pada v 3008 rr'm d an munculnya puncak vibrasi OH alkohol sebagai pita lebar pada v 3403 cm^-1"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Rizkia
"Di lingkungan sekitar banyak sekali bakteri yang bersifat patogen. Banyak penelitian dilakukan untuk mengembangkan senyawa potensi anti bakteri menggunakan senyawa turunan lipid. Pada penelitian ini, digunakan asam oleat diesterifikasi dengan dry methanol dan katalis basa. Metil oleat yang terbentuk kemudian dioksidasi membentuk diol dengan KMnO4 encer dalam suasana basa, selanjutnya diamidasi menggunakan asam amino glisin dan fenilalanin untuk memperoleh produk lipoamida. Produk diidentifikasi menggunakan KLT (Kromatografi Lapis Tipis) dan karakterisasi menggunakan FTIR untuk produk hasil sintesis. Produk hasil sintesis diuji toksisitasnya dengan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) terhadap Artemia salina L dan aktivitas antimikrobanya menggunakan metode difusi kertas cakram terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Hasil uji toksisitas menghasilkan nilai LC50 produk Glisin Oleat Teroksidasi 7.585,78 ppm kategori tidak toksik, dan Fenilalanin Oleat Teroksidasi 104,35 ppm kategori medium toksik. Hasil uji aktivitas antimikroba untuk bakteri Staphylococcus aureus dari produk lipoamida pada Glisin Oleat Teroksidasi dan Fenilalanin Oleat Teroksidasi tanpa pengenceran masing - masing sebesar 11 mm efektivitas sedang, dan untuk bakteri Escherichia coli aktivitas pada Glisin Oleat Teroksidasi dengan pengenceran sebesar 11 mm efektivitas medium dan lipoamida Fenilalanin Oleat Teroksidasi 8 mm efektivitas lemah.
......Many bacteria are pathogenic in the environment. Many studies have been carried out to develop potential antibacterial compounds using lipid-derived compounds. This study used oleic acid esterified with dry methanol with basic catalyst. The methyl oleate formed was then oxidized to form a diol with dilute KMnO4 under basic conditions, then amidation using glycine and phenylalanine to obtain lipoamide products. The products were identified using Thin Layer Chromatography (TLC) and characterized using FTIR for the synthesized product. The synthesized product was used for toxicity assay using the BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) method against Artemia salina L and its antimicrobial activity using the paper disc diffusion method bacteria used were Staphylococcus aureus and Escherichia coli. The LC50 value from the toxicity assay of Oxidized Glycine Oleate 7,585.78 ppm category non-toxic, and oxidized phenylalanine oleate 104.35 ppm category medium toxic. The results of the antimicrobial activity test for Staphylococcus aureus bacteria is seen in the lipoamide Oxidized Glycine Oleate and Oxidized Phenylalanine Oleat without dilution 11 mm each with medium effective, and for Escherichia coli bacteria seen in the Diluted Oxidized Glycine Oleate 10 mm with medium effective and Oxidized Phenylalanine Oleat 8 mm with weak effective."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Restiani
"Sintesis Ester Dioleat dari Asam Oleat dan Propilen Glikoi Sebagai
Bahan Dasar Minyak Lumas Melalui Pembentukan Klorida Asam
Sebagai Substrat Intermediet.
xi + 48 halaman, tabel, gambar, dan lampiran.
Perkembangan di bidang industri dan meningkatnya penggunaan
kendaraan bermotor di Indonesia mendorong bertambahnya konsumsi bahan
bakar minyak dan minyak lumas. Hal ini memberikan dampak semakin
banyak pula penggunaan minyak bumi yang biasa digunakan sebagai bahan
bakar dan bahan dasar minyak lumas. Karena minyak bumi merupakan
sumber daya alam yang sulit diperbaharui, maka telah dilakukan berbagai
penelitian mengenai pembuatan bahan dasar minyak lumas sintetis.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat senyawa ester dioleat
dari asam oleat dan propilen glikoi sebagai bahan dasar minyak lumas.
Tahapan yang dilakukan adalah sintesis ester dioleat, kemudian karakterisasi
produk ester dioleat dengan menentukan sifat-sifat fisiko-kimia seperti indeks
viskositas, titik nyala, angka asam, dan pemeriksaan gugus fungsional
dengan spektrofotometer-IR Dari hasil penelitian didapatkan persen hasil ester dioleat sebesar
84,9%. Hasil karaterisasi produk ester dioleat menunjukkan bahwa ester
dioleat memiliki titik nyala yang tinggi, yaitu sebesar 228°C dimana harga ini
masih memenuhi spesifikasi minyak lumas untuk mesin bensin empat
langkah yang dikeluarkan oleh Dirjen MIGAS, yang nilai minimumnya sebesar
200°C. Produk ester dioleat memiliki viskositas kinematik pada 40°C sebesar
14,69 cSt dan pada 100°C sebesar 4,41 cSt, serta memiliki indeks viskositas
sebesar 241,"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fauzi
"Penggunaan distilasi reaktif pada produksi biodiesel melalui proses esterifikasi asam oleat dengan alkohol mampu mengatasi kendala reaksi keseimbangan terbatas yang terjadi pada unit yang terpisah antara reaktor dan kolom distilasi. Proses ini memerlukan struktur pengendalian (control strukture, CS) yang tepat agar tujuan optimalisasi produksi tersebut dapat tercapai. Struktur tersebut menggunakan pengendali proportional-integral (PI) dengan metode penyetelan auto tuning. Disain sistem pengendalian proses pada distilasi reaktif ini meliputi empat pengendali laju alir (laju alir asam oleat, metanol, distilat dan bottom), dua pengendali level (level condenser dan reboiler), satu pengendali tekanan (tekanan top-stage) dan satu pengendali suhu (suhu talam-12). Sebagai ukuran kinerjanya adalah integral kesalahan yang dipangkatkan (integral of square error, ISE). Hasilnya, CS-1 (pengendali suhu talam-12 menggunakan laju alir reboiler sebagai manipulated variable, MV) menunjukkan kinerja lebih baik dibandingkan CS-2 (laju alir masuk methanol sebagai MV). Pada uji perubahan titik-set, CS-1 memiliki rata-rata ISE CS-1 lebih kecil (2069.4) dibanding CS-2 yang mempunyai ISE sebesar 2742.9. Sedangkan pada uji gangguan laju alir umpan, CS-1 kembali mempunyai rata-rata ISE yang jauh lebih kecil (0.36) dibanding CS-2 sebesar 33.44. Pada anilisis keekonomian pun CS-1 berhasil mengungguli CS-2, CS-1 mempunyai rasio manfaat dan biaya 1.6 (>1) sedangkan CS-2 mempunyai rasio manfaat dan biaya 0.5 (<1). Hal ini terjadi karena pada CS-1 kemurnian produk dapat dijaga di atas spesifikasi fuel grade

The use of reactive distillation in the production of biodiesel by esterification of oleic acid with alcohol is able to overcome obstacles equilibrium limited reaction which occurs in a separate unit between the reactor and distillation column. This process requires the control structures (Control Structure, CS) is appropriate for the purpose of production optimization can be achieved. The structure using the controller proportional-integral (PI) with auto tuning adjustment method. The design of process control systems in reactive distillation includes four controllers flow rate (the flow rate of oleic acid, methanol, distillate and bottom), two control levels (level condenser and reboiler), the control pressure (pressure top-stage) and a suhue controller (suhue stage-12). As a measure of its performance is raised to a fault integral (integral of square error, ISE). As a result, CS-1 (a suhue controller tray-12 using a flow rate of reboiler as the manipulated variable, MV) showed better performance than the CS-2 (the inlet flow rate of methanol as MV). In the test set-point change, CS-1 has an average ISE CS-1 is smaller (2069.4) compared to CS-2, which has amounted to 2742.9 ISE. While the test feed flow rate disorders, CS-1 had an average return ISE much smaller (0.36) compared to CS-2 at 33.44. In the economic analysis, no CS-1 outperformed CS-2, CS-1 has a benefit-cost ratios of 1.6 (> 1) while CS-2 has a benefit-cost ratios of 0.5 (<1). This occurs because the CS-1 product purity can be maintained above the specification of fuel grade."
2016
S64180
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Andreas H.
1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari sintesis dari
senyawa oleil monoetanolamida, dengan mengamati variabel-variabel yang
berpengaruh pada pembentukan metil oleat sebagai senyawa antara dan
pembentuk oleil monoetanolamida. Surfaktan oleil monoetanolamida dapat
disintesis melalui dua tahap reaksi yaitu esterifikasi dan amidasi. Reaksi
esterifikasi antara asam oleat dengan metanol pada perbandingan mol asam
oleat dan metanol 1:12, konsentrasi katalis H2SO4 pekat 0,25 % (b/b), suhu
60 ºC, selama 6 jam, menghasilkan metil oleat sebesar 98,58 %. Amidasi
metil oleat dengan monoetanolamina pada perbandingan mol metil oleat dan
monoetanolamina 1:2,5, konsentrasi katalis KOH 0,5 % (b/b), suhu 130 ºC,
selama 3 jam, menghasilkan produk oleil monoetanolamida sebesar 90,91%.
Nilai Critical Micelle Concentration (CMC) surfaktan oleil monoetanolamida
sebesar 0,015 M. Nilai HLB surfaktan oleil monoetanolamida 4,65,
menunjukkan bahwa oleil monoetanolamida termasuk emulsifier tipe w/o
(water in oil)."
Universitas Indonesia, 2007
S30657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdur Rahman
"Lemak dan minyak mudah mengalami kerusakan akibat proses oksidasi. Untuk memperlambat proses oksidasi tersebut, diperlukan penambahan anti-oksidan. Namun, penggunaan anti-oksidan sintetik dewasa ini mulai mendapat perhatian serius karena ada yang bersifat merugikan. Oleh karena itu pengembangan anti-oksidan yang berasal dari alam, yang relatif lebih mudah didapat dan aman, tengah digalakkan saat ini.
Ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L) yang telah dipekatkan dari hasil maserasi dalam metanol, kemudian difraksionasi menghasilkan fraksi etil asetat dan butanol. Sebanyak 20 mg dari masing-masing sampel diuji aktivitasnya dengan menggunakan minyak kedelai. sebagai (500 mg) sebagai substrat dan FeC13.6H20 (0,02 mg) sebagai katalis. Metodenya yaitu dengan proses inkubasi pada suhu konstan 60 °C selama 30 hari. Ukuran aktivitasnya dinyatakan sebagai waktu inkubasi yang diperlukan sampel untuk mencapai penambahan berat 2% (10 mg). Uji aktivitas awal ini menunjukkan bahwa hanya fraksi butanol yang tidak mempunyai kemampuan aktivitas anti-oksidan.
Pemisahan lebih lanjut terhadap fraksi etil asetat, diperoleh fraksi asam kuat, fraksi asam lemah, dan fraksi netral. Urutan aktivitas dari ketiga fraksi tersebut, pada penambahan 20 mg, yaitu : Fraksi asam kuat > fraksi asam lemah jika dibandingkan terhadap BHA, BHT, dan Tokoferol. Sedangkan fraksi netral tidak menunjukkan aktivitas anti-oksidasi. Pemurnian fraksi asam lemah dengan kolom kromatografi, dihasilkan Zat A (7,6% ), Zat B (3,8% ), dan Zat C (3% ). Aktivitas Zat B lebih baik dibandingkan dengan Zat A dan Zat C, jika dibandingkan terhadap BHA dan Tokoferol.
Uji kualitatif awal terhadap zat A, zat B, dan zat C dengan metode Spray menunjukkan adanya senyawa fenol, sedangkan untuk uji golongan alkaloid dan flavanoid memberikan hasil yang negatif, ini berarti bahwa anti-oksidan yang terdapat dalam ekstrak kulit buah manggis adalah golongan fenolik."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Angelia Sabrina Lexthariana
"Asam lemak merupakan sumber daya alam yang banyak ditemukan pada minyak sawit. Salah satu komponen asam lemak yang paling banyak ditemukan adalah asam oleat. Asam oleat merupakan asam lemak tidak jenuh karena memiliki ikatan rangkap pada rantai karbonnya. Asam lemak memiliki berbagai senyawa turunan dengan beragam manfaat. Salah satu senyawa turunan asam lemak adalah ester asam lemak-sakarida atau ester sakarida. Senyawa ini dapat diperoleh melalui reaksi esterifikasi asam lemak dengan sakarida atau sakarida-alkohol. Ester asam lemak-sakarida memiliki berbagai manfaat di antaranya sebagai agen pengemulsi dan kandidat senyawa antikanker. Pada penelitian ini, akan dilakukan reaksi esterifikasi asam oleat dengan D-fruktosa, D-manosa, dan manitol menggunakan enzim lipase Novozyme Eversa® Transform 2.0 FG. Produk berupa ester asam oleat-fruktosa, ester asam oleat-manosa, ester asam oleat-manitol kemudian diidentifikasi menggunakan KLT (kromatografi lapis tipis) dan instrumentasi FTIR (Fourier transform-infrared). Hasil uji MTT menunjukkan nilai IC50 asam oleat, ester oleat-fruktosa, dan ester oleat-manitol masing-masing sebesar 49,10 ppm (µg/mL) (173,82 µM), 84,10 ppm (µg/mL) (189,15 µM), dan 89,74 ppm (µg/mL) (126,20 µM). Ester oleat-manosa memiliki persen inhibisi sebesar 42,02% pada konsentrasi 200 ppm (µg/mL). Nilai persen konversi asam oleat untuk produk ester oleat-fruktosa sebesar 20,67%, ester oleat-manitol sebesar 39,73%, dan ester oleat-manosa sebesar 19,11%. Uji kestabilan menunjukkan bahwa ester oleat-manosa memiliki potensi sebagai agen pengemulsi.
......Fatty acids are natural resources that are mostly found in palm oil. One of the most abundant components of fatty acids is oleic acid. Oleic acid is an unsaturated fatty acid since it has double bonds in its carbon chain. Fatty acids have various derived compounds with various benefits. One of the fatty acid derivatives is the saccharide-fatty acid esters or saccharide esters. This compound can be obtained through the esterification reaction of fatty acids with saccharides or saccharide-alcohols. Fatty acid-saccharide esters have various benefits, including as emulsifier and candidates for anticancer compounds. In this study, the esterification reaction of oleic acid with D-fructose, D-mannose, and mannitol was conducted by using the lipase enzyme Novozyme Eversa® Transform 2.0 FG. The products obtained were fructose-oleic esters, mannose-oleic esters, and mannitol-oleic ester. Products were identified by using TLC (thin layer chromatography) and characterized by using FTIR (Fourier transform-infrared) instrumentation. Furthermore, the MTT test results show that the IC50 value of oleic acid, fructose-oleic ester, and mannitol-oleic ester, and is 49.10 ppm (µg/mL) (173.82 µM), 84.10 ppm (µg/mL) (189.15 µM), dan 89.74 ppm (µg/mL) (126.20 µM). respectively. As for mannose-oleic esters, it shows inhibition percentage of 42.02% at 200 ppm (µg/mL). The percentage conversion value of oleic acid for fructose-oleic esters is 20.67%, mannitol-oleic ester is 39.73%, and mannose-oleic ester is 19.11%. In addition, emulsion stability test shows that mannitololeic ester has potential as an emulsifier."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maisaroh
"ABSTRAK
Asam 9,10-dihidroksi stearat (DHSA) dengan rumus molekul C18H36O4 adalah salah satu
jenis hidroksil asam lemak. Struktur dengan gugus fungsi hidroksil (-OH) dan karboksil (-
COOH) menyebabkan DHSA memiliki sifat yang unik untuk berbagai aplikasi. Dalam
kosmetik, senyawa tersebut dapat mengubah sifat fasa minyak dan lilin gel membentuk
emulsi. Selain itu, DHSA berinteraksi kuat dengan permukaan padat pigmen dan pengisi
anorganik yang menyebabkan warna menjadi lebih baik dan adhesi dengan kulit lebih tahan
lama. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan DHSA dari asam oleat dan asam
performat menggunakan katalis asam padat Amberlite IR-120, melalui tahapan reaksi
epoksidasi dan hidroksilasi, produk DHSA yang dihasilkan digunakan dalam formulasi
bahan kosmetik. Epoksidasi asam oleat dengan asam performat yang dibentuk secara in
situ dilakukan pada perbandingan mol asam oleat : asam format : hidrogen peroksida 50%
= 1 : 1 : 2,5. Suhu reaksi 65C, waktu reaksi 120 menit, pengadukan 1200 rpm dan
penggunaan katalis Amberlite IR-120 sebesar 1%-b/b (terhadap asam oleat). Hasil yang
diperoleh adalah bilangan iod epoksi asam oleat 0,08 g I2/100 g dengan konversi 99,91%,
bilangan asam 172,32 mg KOH/g, dan bilangan penyabunan 203,31 mg KOH/g. Tahap
hidroksilasi melalui penyabunan menggunakan NaOH diperoleh DHSA dengan gugus
hidroksil teramati dengan FTIR pada bilangan gelombang 3333,84 cm-1. DHSA yang
berbentuk berupa serbuk berwarna putih dengan titik leleh 80oC, bilangan iod 0, bilangan
asam 175,31 mg KOH/g, dan bilangan penyabunan 172,68 mg KOH/g yang memenuhi
syarat untuk diproses lebih lanjut sebagai bahan kosmetik.

ABSTRACT
9,10-dihydroxy stearic acid (DHSA) with molecular formula C18H36O4 is one of
hydroxyl fatty acids. Structure with hydroxyl functional groups (-OH) and carboxyl
(-COOH) cause DHSA has unique properties for various applications. In cosmetics,
these compounds can alter the nature of the oil phase and wax emulsion gel form.
Additionally, DHSA interact strongly with solid surface pigments and inorganic
fillers which causes the color to be better and adhesion to the skin more durable.
This research aims to produce DHSA of oleic acid and Performat acid using solid
acid catalysts Amberlite IR-120, through the stages of epoxidation and
hydroxylation reaction, product DHSA used in cosmetic formulations. Epoxidation
of oleic acid with Performat acid formed in situ carried out at a mole ratio of oleic
reaction time of 120 minutes, stirring speed 1200 rpm and the use of catalysts
Amberlite IR-120 by 1% -b / b (against oleic acid). The results obtained are iodine
value of epoxy oleic acid 0.08 g I2/100 g with 99.91% conversion, acid value 172.32
mg KOH/g, and the saponification 203.31 mg KOH/g. Phase hydroxylation through
saponification using NaOH obtained DHSA with hydroxyl groups observed by
FTIR at wave number 3333.84 cm-1. DHSA shaped in the form of a white powder
with a melting point of 80°C, 0 iodine value, acid value 175.31 mg KOH/g, and the
saponification 172.68 mg KOH/g were eligible for further processing as a cosmetic
ingredient."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T43354
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>