Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arwin Rasyid
Jakarta: Bara, 2008
658.406 3 ARW s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Maryono Suwargo
Abstrak :
Tidak dapat disangkal bahwa lingkungan usaha suatu perusahaan akan sangat mempengaruhi keberhasilan bahkan kelangsungan hidup suatu perusahaan. Saat ini terjadi banyak perubahan lingkungan usaha yang berlangsung secara terus menerus dan sifatnya seringkali tidak terduga dan tidak dapat diramalkan sebelumnya. Perubahan-perubahan tersebut adalah perubahan dalam paradigm yaitu suatu aturan atau pengaturan baru yang melahirkan lingkup baru dan aturan baru dan aturan bertindak yang baru. Karena aturan mainnya berubah maka segala sesuatunya juga menjadi berubah sehingga setiap pihak yang ingin tetap berhasil haru sbisa beradaptasi dengan perubahan lingkungannya. Perubahan paradigm aini seringkali bersifat quantum leap yaitu perubahan yang total radikal dan membawa efek dramatic. Misalnya pola-pola yang berlaku pada abad industry kini sudah menjadi using diganti oleh pola-pola yang berlaku untuk abad informasi. Pasar yang stabil kini sudah menjadi sejarah dan yang ada sekarang adalah pasar yang terus-menerus berfluktuasi. Di sector perbankan Indonesia banyak fenomena menarik yang terjadi sejak digulirkannya deregulasi yang dikenal sebagai Pakto 88 yang isinya antara lain memberikan kemudahan-kemudahan bagi pendirian kantor cabang bagi bank-bank yang sudah berdiri sebelum Pakto 88 dikeluarkan serta pendirian bank-bank swasta baru. Adanya Pakto 88 mengakibatkan perkembangan bank swasta nasional mengalami pertumbuhan sangat pesat bahkan mampu menggeser dominasi bank milik pemerintah. Pertumbuhan bank-bank baru ini ternyata menimbulkan persaingan antar bank yang semakin sengit dan cenderung kurang sengit. Setelah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat pada tahun 1988, 1989, 1990, perbankan di Indonesia ternyata harus mengalami masa-masa yang cukup sulit. Tingkat persaingan yang tinggi, lonjakan sukubunga dana, kesulitan kredit, control yang ketat dari otoritas moneter dan beberapa kebijaksanaan pemeirntah yang dikeluarkan pada tahun-tahun belakangan ini memaksa perbankan untuk lebih menahan diri dlam melakukan ekspansi usaha dan lebih melakukan konsolidasi. Keadaan tersebut lebih sipersulit lagi dengan adanya beberapa peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini yang sempat mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat kepada bank-bank swasta. Deregulasi tersebut di satu sisi telah membawa sejumlah dampak positif bagi perekonomian makro seperti keberhasilan sector perbankan dalam ikut mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Masalah-masalah yang timbul dalam dunia perbankan itu disebabkan oleh banyak factor termasuk manajemen perbankan yang relative masih baru pemanfaatan dan penyaluran kredit yang belum tepat dan yang jelas tingkat persaingan menjadi sangat ketat karena banyaknya bank-bank baru akibat Pakto 88. Kasus-kasus di atas memberi isyarat bahwa kehidupan perbankan banyak mengalami gejolak sejak ditetapkannya deregulasi perbankan 88. Perubahan yang terjadi pada lingkungan kadang-kadang demikian cepatnya sehingga sukar diprediksi. Demikian pula halnya yang tenjadi dengan perusahaaan. Lingkungan yang membatasinya atau disebut sebagai lingkungan usaha juga mengalami perubahan. Pada umumnya perubahan yang terjadi pada lingkungan usaha terjadi secara terus menerus dan selalu mengalami pergolakan. Lingkungan perusahaan secara umum dapat meliputi seluruh faktor seperti ekonomi, politik, sosial budaya, teknologi, hukum, dan ekologi, yang mungkin mempunyai dampak terhadap perusahaan tetapi relevansi dampaknya tidak bersifat langsung. Disamping itu tentu saja meliputi pula lingkungan spesifik perusahaan dimana pergerakannya bisa berdampak langsung kepada perusahaan. Lingkungan spesifik mi terdiri dari lingkungan industri perusahaan dan lingkungan operasi perusahaan. Pembahasan lingkungan dunia usaha perbankan di Indonesia, menunjukkan betapa bergejolaknya dunia usaha perbankan. Tingkat gejolaknya cukup tinggi dengan sifat akselerasi perubahan yang cepat, sulit diprediksi, dan tidak bisa diramalkan berdasarkan pengalaman masa lalu. Mengacu pada konsep lingkungan bergejolak dari Igor Ansoff dan Edward Mc Donnell maka level turbulensinya berada pada level sekitar 4. Sedangkan berdasarkan pandangan dan Emery dan Tnist maka lingkungan dunia usaha perbankan berada pada lingkungan turbulentfield. Menghadapi kondisi tersebut setiap bank dituntut untuk tidak terlambat mengantisipasi keádaan dan melakukan penyesuaian sehingga tetap mampu berkembang dengan baik clan sukses. Saat mi nasabah menuntut pelayanan yang ramah, cepat, tanggap, tepat, dan sanggup memenuhi keinginan mereka. Tingginya tuntutan mereka berjalan seiring dengan makin tingginya pengetahuan nasabah akan jasa-jasa perbankan dan semakin ketatnya tingkat kompetisi diantara bank. Dilain pihak perbankan nasional menghadapi sistem kontrol yang ketat dalam operasinya dari pihak otonitas moneter. Banyak rambu-rambu yang hams dipatuhi clan dipenuhi agar memenuhi kritenia sebagai bank yang dinilai sehat. Menghadapi lingkungan usaha yang turbulen demikian maka tiap-tiap perusahaan hams melakukan antisipasi strategi yang tepat pula. Hipotesa strategi sukses menyatakan bahwa, potensi penampilan perusahaan akan optimum jika tiga kondisi mi dipenuhi: a. Tingkat agresifitas dari strategi perusahaan seimbang dengan tingkat gejolak lingkungannya. b. Respon dari kemampuan perusahaan seimbang dengan tingkat agresifitas dari strategi perusahaan. c. Komponen-komponen dari kemampuan perusahaan hams saling mendukung satu sama lain. Perubahan adalah salah satu aspek dalam kehidupan manusia, dan hampir merupakan suatu keharusan bagi kelangsungan kehidupan ekonomis perusahaan. Perubahan-perubahan di dalam suatu organisasi dapat bermacam-macam bentuknya. Perubahan dapat meliputi sistim perangkat keras, seperti otomatisasi pabrik, penggunaan sistim komputer yang barn; atau meliputi sistim perangkat lunak, seperti sumber daya manusia, sistim kontrol kualitas. Tambahan lagi, perubahan mi sebagian terjadi dalam skala yang besar seperti restrukturisasi organisasi, tetapi sebagian terjadi dalam skala yang kecil seperti pengenalan personal computer work stations barn. Perubahan adalah perlu, bahkan baik untuk perusahaan, tetapi hams diperkenalkan dengan bijaksana. Karena suatu perusahaan terdiri dari para karyawan yang merupakan kunci sukses yang utama, maka orang-orang mi hams berubah dulu sebelum suatu sistem dapat berubah. Ketika situasi bisnis sedang berubah dengan cepat baik karena alasan organisasi ataupun alasan teknologi, adalah sangat penting untuk meyakinkan bahwa selunuh karyawan perusahaan mendapat dukungan psikologis. Pada era masa kini, dimana terjadi kecenderungan peningkatan kompetisi global, pengambil-alihan perusahaan (take over), penciutan (down sizing), restrukturisasi, dan bahkan kebangkrutan seketika, maka mengelola perubahan dalam organisasi adalah tantangan paling sulit yang dihadapi para pelaku bisnis. Sisi lain dari perubahan cepat yang terjadi pada lingkungan usaha mi adalah tingginya tingkat ketidak-pastian. Tetapi perubahan mi mempunyai sam hal yang berlaku umum yaitu bähwa perubahan mi dapat direncanakan (can be planned). Sebagian besar keberhasilan perusahaan diukur dari seberapa efektif orang-orangnya mengelola perubahan dengan baik. Bank Danamon (PT. Bank Danamon Indonesia) sebagai salah satu bank swasta devisa nasional di Indonesia, juga tidak terlepas dari kondisi yang dihadapi perbankan nasional. Bank Danamon saat mi memiliki jaringan tidak kurang dari 218 kantor cabang dan cabang pembantu, yang tersebar di 27 propinsi serta hampir semua kota besar di Indonesia. Dengan total karyawan sekitar 7000 orang, total asset yang dimilikinya mencapai Rp 7,3 triliun (posisi per 30 September 1993), dan menjadikannya bank swasta nasional terbesar ke dua di Indonesia. Menghadapi kondisi lingkungan usaha yang terus berubah, maka bagi Bank Danamon perubahan untuk mengikuti hal tersebut merupakan sesuatu yang mutlak hams dilakukan agar tetap kompetitif. Perubahan mi menunjukkan adanya usaha perusahaan untuk menutup kesenjangan dari reaksi perusahaan dalam menghadapi tingkat gejolak perubahan lingkungan yang terjadi. Perubahan yang dilakukan Bank Danamon mi sebenarnya bisa dikategorikan sebagai bagian dari suatu Business Process Reengineering (BPR) yang sedang dilakukan. Proses tersebut merupakan suatu langkah pembenahan yang sifatnya fundamental. Pembenahan mi tidak hanya meliputi .proses bisnis saja, melainkan juga struktur organisasi, definisi pekerjaan, sistem manajemen, nilai-nilai budaya perusahaan (values and beliefs). Tujuan utama perubahan mi adalah untuk membuat perusahaan mampu melayani nasabahnya lebih cepat, lebih memuaskan, lebih efisien, dan lebih berkualitas. Dengan demikian pihak perusahaan akan menjadi lebih kompetitif dalam menghadapi para pesaingnya. Untuk mencapai tujuan itulah Divisi Knedit Korporasi Bank Danamon melakukan suatu restrukturisasi organisasi, dengan menerapkan suatu struktur organisai horizontal. Struktur barn mi memangkas lapisan manajer lini tengah yang ada. Dengan memangkas manajer lini tengah, struktur organisasi barn mi menjadi lebih datar. Struktur barn mi sering disebut sebagai struktur yang datar (flat organization). Dalam struktur datar mi, aturan-aturan dan prosedurprosedur dibuat selonggar mungkin untuk mengurangi dampak birokrasi yang dapat memperlambat fleksibilitas organisasi. Hal mi tentu saja dilakukan dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian yang seharusnya dimiliki dan dijalankan oleh seluruh aparat bank. Dengan perubahan mi, model organisasinya benar-benar menjadi sangat organik karena dipersiapkan untuk menghadapi keadaan lingkungan yang benar-benar tidak stabil. Kendala utama dalam pelaksanaan proses pembahan mi adalah faktor manusia, karena kita mengubah orang dari paradigma lama ke paradigma barn. Pernsahaan akan menghadapi orang-orang yang tidak mau bernbah, yang selalu menginginkan adanya status quo. Dalam suatu organisasi bisnis biasanya selalu ada power center - power center. Dalam pelaksanaan pernbahan, kalau ada power center yang hams dihilangkan, akan banyak yang merasa kurang senang. Pasti akan timbul tantangan yang hebat dari mereka. Maka untuk melaksanakan setiap perubahan yang dilakukan, Bank Danamon, sesuai dengan komitmen para manajernya, mempersiapkan terlebih dahulu sumber daya manusianya. Segala macam upaya dilakukan seperti memberikan penjelasan-penjelasan, pengarahan, dialog, hingga pendidikan-pendidikan yang menunjang. Hal mi dimaksudkan agar begitu tiba saatnya untuk melaksanakan strategi pernbahan yang disusun, semua orang telah siap dengan segala penilaku, tugas, pengetahuan, sistem dan keahlian barn. Semua pelaksana pembahan, hams benar-benar mengerti mengenai tujuan serta pentingnya dari perubahan yang akan dilakukan. Para pelaksana perubahan hams diyakinkan dan dimotivasi bahwa dengan perubahan tersebut, segala sesuatunya akan berjalan lebih baik. Dukungan dari manajemn kepada para pelaksana perubahan hams banyak diberikan untuk meyakinkan mereka bahwa perubahan yang harus dijalani bukanlah sesuatu yang menakutkan ataupun mencemaskan. Pendekatan dan dialog terbuka perlu diadakan bagi para penentang perubahan, untuk secara perlahan-lahan menyadarkan mereka, dan melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan mengenai perubahan atau dengan memberikan informasi yang menekankan pada unsur kebaikan dari perubahan tersebut. Berkenaan dengan proses adaptasi para pelaksana perubahan terhadap situasi dan kondisi yang barn, maka selain dukungan dari manajemen, pendidikan atau training memegang peranan penting. Menghadapi tugas-tugas barn sebagai akibat dari pelaksanaan perubahan maka kemampuan para pelaksana penlu disesuaikan melalui training dan tambahan pendidikan. Untuk mengetahui apakah implementasi dari dari perubahan tersebut telah berjalan dengan baik, dan membenikan hasil sesuai dengan yang diinginkan, maka perlu diadakan proses monitor. Proses monitor mi dilakukan dengan melakukan pengumpulan data, umpan balik, dan pertemuan-pertemuan khusus dengan para pelaksana perubahan untuk membicarakan hasil dan perubahan tersebut. Yang terutama hams dilihat tentu saja adalah out-put setelah implementasi perubahan itu, seperti yang diinginkan atau tidak. Jika tidak, tentu saja hams dievaluasi sebab-sebabnya, dan diperbaiki kembali. Jika ternyata sudah sesuai maka proses monitor juga tetap diperlukan untuk mengamati apakah kondisi barn tersebut masih sesuai dengan perkembanganperkembangan barn yang terjadi pada lingkungan usaha perusahaan. Memperhatikan cara-cara pengelolaan perubahan yang dilakukan oleh Bank Danamon, maka dapat diperkirakan bahwa implementasi dari pembahan yang sedang dilakukan akan dapat berjalan dengan baik, dan dampak negatif yang mungkin timbul, antara lain karena adanya para pelaksana yang menentang, kiranya akan dapat diminimalkan.
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Masrur
Abstrak :
ABSTRAK
Lembaga perbankan memainkan peran strategis dalam perekonomian suatu negara. Ketika krisis moneter terjadi pada pertengahan tahun 1997 yang mernicu sektor-sektor usaha ke arah ketidakpastian termasuk sektor perbankan maka langkah pertama yang dilakukan pemerintah adalah melakukan program penyehatan perbankan.

Terkait dengan upaya penyehatan perbankan tersebut maka pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan program rekapitalisasi sebagai sebuah solusi. Dalam rangka pelaksanaannya pemerintah menerbitkan Obligasi Rekap Pemerintah, dengan tujuan memperkuat dan meningkatkan permodalan sektor perbankan sehingga dapat menjalankan fungsi intermediasinya dengan baik.

PT Bank Danamon Indonesia Tbk, termasuk sala; satu bank swasta nasional perserta rekap yang menempati urutan kedua terbesar setelah Bank Central Asia sebagai bank penerima biaya rekapitalisasi dari pemerintah yaitu sebesar Rp 45,59 trilyun. Besarnya biaya rekapitalisasi yang diterima bank menandakan buruknya kondisi bank tersebut baik pada sisi struktur modal,. pengelolaan resiko, sumber daya manusia, prosedur operasional, masalah kredit dan pelaksanaan tata kelola yang kurang baik.

Pendapatan yang diperoleh saat ini masih ditopang oleh bunga obligasi rekap, ini berarti Bank Danamon belumlah mampu meraih keuntungan secara riil karena pendapatan yang diperoleh bukan berasal dari hasil 9perasional bank itu sendiri. Agar dapat keluar dari kategori bank take over maka bank harus meningkatkan kinerja dan pendapatannya dengan tolak ukur menurunnya obligasi rekap pada bank tersebut.

Di akhir tahun 2001 Bank Danamon bekerja sama dengan PT Meespierson Finas Investment Management selaku manajer investasi telah meluncurkan produk reksa dana berbasiskan obligasi rekap, obligasi rekap tersebut oleh Bank Danamon ditukar dengan reksa dana dan kemudian dijual kepada masyarakat. Besamya dana masyarakat yang dihimpun, bet:ttpa unit penyertaan kedalam reksa dana yang dimiliki bank menambah modal kerja pada bank tersebut. Dengan kemampuan bank mengumpulkan dana dari masyarakat, diharapkan bank melakukan fungsi intermediasi yaitu menyalurkan kembali berupa kredit kepada masyarakat, sehingga bank benar-benar dianggap memiliki pendapatan yang riil dari hasil operasionalnya.

Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana pefgaruh penerbitan produk reksa dana Prima Investa tersebut terhadap finerja keuangan Bank Danamon. Untuk dapat melihat pengaruh terse but maka penulis menggunakan beberapa metode atau teknik analisa laporan keuangan antara lain : metode analisis time serjes indeks, metode common size, analisis rasio keuangan dan arus kas terhadap laporan keuangan Bank Danamon tahun 2000,2001 dan 2002.

Dari hasil analisa yang dilakukan tersebut dapat disimpulkan bahwa ada banyak kemajuan yag dapat dicapai oleh pihak Bank Danamon sejak diluncurkannya Prima Investa. Kemajuan pokok yang dicapai tercermin pftda komposisi jumlah kredit yang diberikan telah melampaui jumlah obligasi pemerintah dimana pada tahun 2002 kredit yang diberikan sebesar Rp 18,2 triliun sedangkan obligasi pemerintah menjadi Rp 15,6 triliun. Kemajuan yang lain adalah sumbangsih pendapatan bunga dari kredit terus meningkat dari 11% menjadi 32% di tahun 2002.

Dari hasil analisis rasio likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas periode 2000 hingga 2002 menggambarkan bahwa kinerja Bank Danamon cukup baik deqgan tingkat rasio rasio yang menunjukkan keadaan likuiditas dan solvabilitas bank ini dalam keadaan baik dan stabil.

Sinyalemen membaiknya kinerja Bank Danamon sebagai salah satu bank peserta rekap memberikan angin segar bagi dunia perbankan di Indonesia, sehingga diharapkan mampu menggerakkan sektor riil dan membawa perekonomian Indonesia kearah yang lebih baik.
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Budi Hariadi
Abstrak :
Lembaga perbankan telah dikenal di Indonesia sejak jaman pendudukan Belanda Namun perkembangan perbankan nasional Indonesia mulai memasuki babak baru sejak dikeluarkannya paket deregulasi keuangan dan perbankan 1 Juni 1983. Paket tersebut kemudian disusul oleh paket-paket deregulasi lain yang tujuannya adalah menciptakan ìklim usaha yang kondusif di Indonesia. Puncak dari paket deregulasi perbankan adalah dikeluarkannya Paket Oktober 1988 atau dikenal dengan ?Pakto 88? yang memberikan keleluasaan dalam pengelolaan operasional bank. Pakto 88 telah nyata mampu mendorong perkembangan perbankan di Indonesia dalam pertumbuhan jumlah bank, aset, dana maupun kredit perbankan. Pertumbuhan bank-bank baru maupun penambahan kantor bank dan bank yang telah ada meningkat tajam. Pada tahun 1996 ini telah terdapat 240 bank umum dengan lebih dari 5000 kantor bank. Jumlah tersebut masih ditanibah lagi dengan ribuan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Relatif banyaknya jumlah bank yang beroperasi di Indonesia tersebut menyebabkan persaingan antar bank menjadi ketat. Keadaan tersebut ditambah lagi dengan semakin dekatnya era perdagangan bebas dimana bank-bank asing dapat beroperasi di Indonesia. Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, setiap bank menyusun strategi bersaing dalam kegiatan perbankannya. Penyusunan strategi bersaing yang tepat berdasarkan analisa ekternal dan internat yang mendasarinya, merupakan masatah strategik yang harus diperhatikan dengan cermat dalam menghadapi ketatnya persaingan perbankan tersebut. Bank Danamon, salah satu bank swasta nasional telah pula menyusun strategi bersaing dalam menghadapi persaingan perbankan yang kian ketat tersebut. Misi yang diemban Bank Danamon adalah menyediakan jasa perbankan terutama pada Layanan perbankan retail. Untuk mencapal misinya tersebut, tujuan jangka panjang Bank Danamon sampai dengan tahun 2000 adalah menjadi pemimpin dalam industri perbankan di Indonesia dengan target memiliki 2000 jaringan kantor bank yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia sampai pada tingkat Kabupaten dan bahkan tingkat Kecamatan. Pemilihan misi bisnis pada layanan perbankan retail ini sesuai dengan karakteristik Bank Danamon yang merupakan bisnis inti dan kelompok usahanya, PT Danamon Internasional, yang bergerak hanya pada bisnis jasa keuangan dan perbankan. Dibanding para pesaing terdekatnya, seperti BCA, Bil, BDNT, dan Bank Lippo adalah merupakan salah satu unit bisnis dari induk perusahaannya yang memiliki banyak anak perusahaan dengan berbagai bidang bisnis pula. Dengan posisi demikian, para pesaingnya tersebut mempunyai akses lebih besar ke pasar korporasi dìbandingkan Bank Danamon. Dalam menghadapi persaingan global pada era perdagangan bebas nanti, memasuki pasar retail Iebih menguntungkan bagi perbankan nasional, termasuk Bank Danarnon. Bank-bank asing tidak memiliki local knowledge dan jaringan distribusi bank yang luas untuk memasuki pasar retail di Indonesia. Dengan demikian, bank-bank nasional dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk menggarap pasar retail di Indonesia. Kondisi perekonomian makro Indonesia yang beberapa tahun belakang ini mengalami pemanasan atau overheating, memaksa pemerintah Indonesia mengambl kebijakan-kebijakan moneter ketat, Baru-baru ini reserve requiremelt bank dinaikkan dari 3% menjadi 5% yanng berlaku mulai 16 April 1997. Konsekwensinya, meningkatnya cost of fund bank mendorong semakin sengitnya persaingan perbankan di Indonesia dalam penghimpunan dana masyarakat maupun penyaluran kredit Alternatifnya adalah memasuki pasar retal! untuk mendapatkan penghasilan dari sektor imbal jasa (fee based income) sebagai kompensasi hal tersebut. Dari sisi sumber dana, memasuki pasar retail juga lebìh menguntungkan dibandingkan masuk pasar korporasi. Para nasabah retail yang pada umumnya mempunyai tabungan dalam jumlah relatif kecil, lebih tidak terpengaruh pada perbedaan suku bunga. Sebaliknya, nasabah besar yang umumnya adalah korporasi sangat sensitif pada perbedaan tingkat suku bunga. Perbedaan kecil pada tingkat suku bunga menyebabkan perpindahan ke bank lain. Dengan diversifikasi retail, Bank Danamon dapat memperkuat struktur modalnya yang relatif tidak terlalu fluktuatif karena mempunyai komitmen dana jangka panjang dengan harga relatif murah. Untuk mendukung misi bisnis Bank Danamon pada pasar retail, strategi bersaing utama yang dilakukan adaiah strategi pengembangan pasar yaltu melalui pembukaan kantor-kantor bank baru di seluruh wilayah Indonesia sampai pada tingkat Kabupaten dan bahkan Kecamatan. Strategi pengembangan pasar merupakan salah satu key sucsess factor dalam menggarap pasar retail. Sampai dengan tahun 1996 ini, Bank Danamon telah memiliki jaringan lebih dari 350 kantor bank dan dalam waktu dekat ini akan dibuka puluhan kantor bank lagi yang tensebar di seluruh wilayah Indonesia. Selain strategi pengembangan pasar sebagai strategi utama untuk mencapai tujuannya menjadi pemimpin industri perbankan di Indonesia tersebut, Bank Danamon juga menerapkan strategi penetrasi pasar, pengembangan produk, integrasi horizontal, diversifikasi konsentrik, meningkatkan teknologi pelayanan perbankan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Strategi-strategi tersebut dijaiankan secara serentak dalam menghadapi persaingan perbankan yang kian ketat dewasa ini.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Lestari
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian atas perancangan balanced scorecard pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk sebagai suatu sistem pengukuran kinerja perusahaan adalah untuk mengevaluasi strategi dan sistem pengukuran kinerja yang selama ini diterapkan oleh PT. Bank Danamon Indonesia Tbk dan merumuskan sistem pengukuran kinerja pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk dengan menggunakan konsep balanced scorecard sesuai misi, visi dan strategi perusahaan selaras dengan upaya manajemen mengadakan perbaikan berkelanjutan di berbagai bidang dalam rangka menjawab berbagai tantangan yang dihadapi perusahaan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif komparatif, yaitu penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan menggunakan sumber literatur, artikel, dan referensi yang berhubungan dengan konsep balanced scorecard. Sedangkan penelitian lapangan dilakukan dengan riset di PT. Bank Danamon Indonesia Tbk untuk mendapatkan data-data tersebut kemudian dibandingkan dengan sistem pengukuran kinerja berdasarkan balanced scorecard. Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa sistem pengukuran kinerja di PT. Bank Danamon Indonesia Tbk masih menitikberatkan pada pengukuran kinerja keuangan yang bedasarkan analisis data-data laporan keuangan sebagai sarana pengukuran kinerja perusahaan. Selain itu, perusahaan masih memandang pengukuran kinerja finansial dan non finansial sebagai dua hal penting yang tidak mempunyai keterkaitan. Hal ini memberikan ketidakseimbangan dan kesan bias terhadap nilai perusahaan sesungguhnya dan menyebabkan visi, misi dan strategi perusahaan belum berjalan secara maksimal. Dengan menggunakan konsep balanced scorecard yang mencakup perspektif finansial dan non finansial (pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan) maka pengukuran kinerja akan lebih komprehensif sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan, saran yang dapat dikemukakan adalah agar PT. Bank Danamon Indonesia Tbk lebih memperhatikan kualitas dan kuantitas pelayanan sehingga dapat memberikan kepuasan kepada nasabah, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada nasabah, melakukan efisiensi atas biaya operasional dengan melakukan optimalisasi terhadap jaringan distribusi Bank yang mencakup jumlah dan penyebaran kantor cabang, ATM, serta penempatan karyawan dalam satu pusat pelayanan. Selain itu, menjaga perkembangan sistem TI yang dapat membantu mempersingkat dan mengoptimalkan waktu, tenaga, dan proses pelayanan yang diberikan kepada nasabah, meningkatkan aktivitas pemasaran dan upaya mencari pasar baru khususnya sektor UKM dalam meningkatkan jumlah nasabah, dan yang terakhir adalah untuk keberhasilan implementasi balanced scorecard harus didukung dengan komitmen yang menyeluruh dari pimpinan perusahaan sampai front officers agar memberikan hasil yang maksimal.
2007
T 23832
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Wulansari
Abstrak :
On May 2003, the Government start the divestment of Bank Danamon's share. First, the divestment process through a strategic sale mechanism of 51% share divestment of Bank Danamon Indonesia (BDI) and second, the divestment process through market placement of 20% shares of BDI. On June 2003, the Asia Financial Indonesia Pte.Ltd Consortium (AFI Consortium) acquired 51% of IBRA shareholdings in Bank Danamon Indonesia. First divestment of 51% Bank Danamon's share invite a lot of the debates particularly concerning price offer of Bank share of Danamon by strategic investor which assessed was lower than market share. To know do offer price given by the strategic investor lower or high, hence in this thesis will be conducted by assessment of Bank Danamon;s share. This assessment is conducted by using fundamental analysis which have the character of topdown analysis, started with macro economic analysis, last industry and company analysis. Fair value of Bank Danamon `s share calculated by using Two Stage Dividend Discount Model and Ratio Earning Price These datas to do assessment taking from secondary data through publicized financial statement, data of IHSG, rate of SBI level and other relevant publication. Assessment the intrinsic value of Bank Danamon's share use Two Stage Dividend of Discount Model was higher than offer price by Asian Financial Indonesia ( AFL) as a winner of tender so that Bank Danamon's share was undervalued or assessed too low. While result using PER still is higher than PER actual of Bank Danamon Indonesia, this matter also indicate that Bank Danamon's share was undervalued. Because of the intrinsic value of share residing above market value hence Bank Danamon's share was good investment choice for investor candidate and investor during his value still undervalued to be bought by because it price will close to and over the intrinsic value of it. While for government, divestment of rest share for the next bank like Bank Mandiri, Bank Lippo, Bank Bali and the other bank is better not to sell until the share value of those bank more increase to get the better feedback return.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13871
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anne Mariane
Abstrak :
Sebagai perusahaan yang berorientasi pada nasabah, adalah penting untuk berupaya keras memikirkan pelayanan yang paling sesuai bagi nasabah karena nasabah ingin berhubungan dengan perusahaan yang mengetahui dan menerapkan cara pemenuhan kebutuhan serta harapannya secara memuaskan. Karena tugas perusahaan yang paling penting adalah menciptakan kepuasan nasabah maka bagaimana suatu perusahaan dapat lebih unggul di antara pesaing menjadi sangat penting, mengingat faktor yang dilihat oleh nasabah biasanya lebih bersifat operasional, bukan financial. Guna mempercepat proses penerapan strategy tersebut, dilakukan analisa terhadap salah satu proses operasional yang melekat pada setiap proses maka risiko operasional difokuskan pada operasi dan pemrosesan- diarahkan kepada alur kerja dan indikator kunci risiko. Dengan menekankan pada komponen kunci dari risiko operasional meliputi kemampuan operasional, manusia, hubungan dengan nasabah, sistem transaksi, rekonsiliasi, dan perbaikan proses, metode pengukuran pada risiko operasional lebih difokuskan kepada menghitung faktor risiko yang ditentukan berdasarkan analisa unit bisnis. Salah satu pengukuran yang digunakan adalah Delta-EVT untuk memperkirakan kerugian dari faktor risiko suatu proses. guna mengukur kinerja proses pelayanan sebagai proses identifikasi mpdel bisnis sebelum mengukur besaran risiko operasional maka digunakan metode Six Sigma yang didalmnya juga meliputi pengukuran berdasarkan aktifitas (Activity Based Costing).
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T11144
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Setiawati
Abstrak :
Krisis ekonomi di Indonesia telah memperburuk kinerja perbankan, sehingga banyak bank yang mengalami permasalahan yang berdampak pada hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan. Dalam rangka mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan maka Pemerintah membentuk Badan Pengawasan Perbankan Nasional ( BPPN ) yang bertugas menyehatakan perbankan nasional. Salah satu tindakan yang dilakukan BPPN adalah dengan melakukan penggabungan usaha ( merger) bank-bank yang berada dalam program penyehatan yang berstatus Bank Dalam Penyehatan (BDP) , yaitu PT Bank Danamon Indonesia Tbk, PT Bank Duta Tbk,PT Bank Tamara Tbk, PT Bank Nusa Nasional Tbk, PT Bank Tiara Tbk, PT Bank Rama Tbk, PT Bank Pos Nusantara, PT Jaya Bank Internasional dan PT Bank Risjad Salim Internasional. Dalam pelaksanaannya merger berkaitan dengan masalah bagaimana perlindungan hukum terhadap pihak ketiga.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T36329
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfred Christyadi W.
Abstrak :
Investasi Teknologi Infonnasi (TI) membutuhkan banyak pertimbangan sebelum diimplementasikan. Investasi ditujukan terutama untuk membuat suatu analisa keuangan yang tepat dalam rangka mendapatkan manfaat, memaksimalkan penggunaan, dan mengurangi investasi yang sia-sia. Perhitungan dan analisa tradisional seperti Return On InvestmentfROl), Internal Rate Of Return (IRR) dan Net Present Value (NPV) sering tidak dapat menggambarkan dengan baik hasil analisa tersebut. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, maka analisa proyek tersebut dilakukan dengan membandingkan antara manfaat yang diterima dengan biaya yang yang dikeluarkan. Ada dua jenis manfaat yaitu manfaat terukur (tangible benefit) dan tidak terukur (intangible benefit) yang relatif lebih sulit untuk dihitung dan dikuantifikasi. Karena itu dipergunakan Information Economics dimana manfaat dan biaya harus dapat dikuantifikasikan dengan berfokus pada kinerja bisnis, total biaya TI dan resikonya. Dalam metode INFORMATION ECONOMICS ada pembagian yang jelas dalam proses perhitungan ke dalam domain bisnis dan domain, teknologi. Metode ini diperkenalkan oleh Marylin M. Parker dan kawan-kawan seperti tertulis dalam buku Information Economics karangan Marilyn M. Parker dan kawan-kawan. Kasus berfokus pada penerapan call center untuk membantu tugas Customer Service di Bank Danamon Sentra Kartu. Tujuan studi kasus ini adalah mengimplementasikan Information Economics dalam melakukan penilaian serta analisa yang mendalam, sehingga hasil yang dicapai pada studi kasus ini untuk membandingkan antara proyek TI yang satu dengan yang lainnya.
Investing in Information Technology (IT) required many consideration before implemented. Investing in IT also required some justification especially to make the right financial analysis to gain benefits, maximise the usage, and minimise the fiatile investments. Traditional cost-justification such as Return On Investment (ROI), internal rate of return (IRR) dan net present value (NPV) were not represents well the result of analysis. To reach the best result, the project analysis has to be made by comparing between the benefit and cost. There were two kinds of benefits, tangible and intangible benefit. The intangible benefits were difficult to calculate and quantify. Because of that Information Economics is used, benefit and cost can be quantify by focusing on business performance, total cost and risk, in information economics method there a clear separation in justification into business domain dan technology domain. This information economics method was introduced by Marilyn M. Parker and friends in Information Economics book. This case focusing on implementing call center to support the customer service job on Bank Danamon Card Center (Sentra Kartu Kredit Danamon). The purpose of this case study is implementing information economics in justifying and analyzing the project.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2   >>