Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indra Kurniawan
Abstrak :
Bentonit adalah nama dagang untuk lempung monmorirdhitYdng-dapat digunakan sebagai penyerap katlon-kation logam. AktlvasI asam dan aktivasi pemanasan dilakukan dengan maksud memperoleh bentonit dengan daya serap terhadap kation yang lebih besar. Variasi aktivasi asam dilakukan dari konsentrasi 0,03 - 1,2 M HOI. Aktivasi pemanasan dilakukan dengan memvariasikan temperatur 200-600 °C. daya serap bentonit yang lebih besar diperoleh pada aktivasi 0,03 M HOI dan aktivasi dengan pemanasan pada temperatur 200 °C. pemanasan 400 °G dan 600 °C mengakibatkan daya serap bentonit terhadap logam cenderung berkurang. Penggunaan buffer asetat mengakibatkan daya serap terhadap logam menjadi relatif kecil
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S50855
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Farouq Fazmar
Abstrak :
Bentonit dimodifikasi dengan menyisipkan material semikonduktor ZnO ke dalam Iapisan interlayernya. Preparasi bentonit dilakukan dalam 3 tahapan, preparasi awal, bentonit dipurifikasi karbonat dan penjenuhan dengan NaCl. Proses sintesis dilakukan dengan metoda hidrotermal di dalam autoclave pacia suhu 160° C selama 12 jam kemudian padatannya dikalsinasi pada suhu 400°C selama 5 jam. Karakterisasi ZnO-bentonit dilakukan dengan menggunakan instrumentasi AAS, XRF, XRD, UV-Vis Diffuse Reflectance dan FTIR. Data UV-Vis Diffuse Reflectance memperlihatkan nilai band Gap 3,5 eV; 3,45 eV; 3,5 eV untuk masing-masing ZnO-bentonit 10%, 20% dan 30%. Uji aplikasi fotodegraciasi zat vvarna Rhodamin B dilakukan pada masing-masing fraksi ZnO-bentonit 10%, 20 % dan 30%. Fraksi ZnO- Bentonit 10% memberikan hasil yang paling efektif untuk mendegradasi zat vvarna Rhociamin B. Berciasarkan data uji aplikasi material ZnO-Bentonit memiliki kemampuan sorpsi dan fotokatalis terhadap zat vvarna Rhodamin B.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30465
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Sundari
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan melihat effek perlakuan Bentonit terhadap kualitas pasir cetak. Proses perlakuan Bentonit berupa pemurnian senyawa Montmorilonit dari Bentonit dengan campuran alkohol - bromoform pada B.J. 2,1 gr/ml dan kecepatan pemutaran 4000 rpm. Secara statistik ditunjukkan bahwa perlakuan terhadap B.Boyolali memberikan hasil paling baik ( 85,76%) karena paling mendekati garis sentral yaitu 82,73 %.

Analisa pemurnian Montmorilonit dari ke 4 Jenis Bentonit (Boyolali, Karang Nunggal, Bogor, Wyoming) dilakukan dengan XRD dan hasilnya menunjukkan bahwa B.Bogor memberikan tingkat kemurnian paling tinggi dengan pengotor paling sedikit yaitu kuarsa dibawah 2%.

Analisa unsur dari ke 4 jenis Bentonit yang sama (tanpa perlakuan) dilakukan dengan XRF dan hasilnya menunjukkan bahwa B.Wyoming mempunyai ratio Na/Ca

paling tinggi yaitu 1,75. Pemurnian Montmorilonit dari Bentonit memberikan simpangan baku 3,44%. Pada penyiapan Bentonit Boyolali untuk pasir cetak dilakukan 18 kali percobaan pemurnian dengan kondisi teknis dimana digunakan campuran alkohol- bromoform murni dan bekas.

Pada pengujian pasir cetak digunakan 4 variabel Bentonit yaitu Montmorilonit hasil perlakuan B.Boyolali, B.Boyolali 270 mesh, B.Boyolali 140 mesh dan Bentonit UI. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Montmorilonit (2%)memberikan kekuatan tekan basah, geser basah dan tarik kerinq masing-masing 1,1 N/cm2,

0,8 N/cm` dan 5,0 N/cm. Ke 4 variabel Bentonit diatas digunakan untuk uji cor spesimen Al dan hasilnya menunjukkan bahwa Montmorilonit (2%) memberikan effek paling baik pada permukaan benda tuang.

1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dion Jamal S.
Abstrak :
Mineral liat seperti bentonit dapat dimodifikasi dengan memasukkan hidroksikation ke dalam ruang antar lapisannya membentuk pilar, yang membuat struktur liat tersebut terbuka secara permanen. Pilarisasi dilakukan pada bentonit alam Tapanuli, Sumatera Utara. Agen pemilar adalah polikation Al tipe keggin [Al13O4(OH)24(H2O)12]7+ yang dibuat dengan mencampurkan larutan AlCl3 dengan NaOH hingga mencapai rasio molar OH-/Al3+ sebesar 2,2. Setelah dikalsinasi pada 400oC selama 6 jam, karakteristik bentonit terpilar memperlihatkan terjadinya peningkatan jarak ruang basal dari 7,19 ? (B) menjadi 15,49 ? (B4) dan 16,05 ? (B10). Uji daya serap bentonit terhadap ion Co2+, Ni2+, dan Cd2+ dilakukan pada konsentrasi ion logam 100, 150, dan 200 mg/L., konsentrasi ion yang tersisa diukur dengan alat AAS. Terjadi perbedaan urutan adsorpsi ion logam, dimana pada bentonit alami urutannya adalah Ni2+>Co2+>Cd2+ sedangkan pada bentonit terpilar urutannya Co2+>Cd2+>Ni2+. Dibuat bentonit teraktivasi terpilar, yaitu bentonit terpilar yang proses pemilarannya dilakukan setelah bentonit diaktivasi terlebih dahulu. Aktivasi dilakukan dengan pemanasan pada 200oC (seri BP) dan dengan H2SO4 0,025 M (seri BA). Ternyata, daya serap bentonit teraktivasi terpilar ini lebih baik dari sebelumnya, dan BP10 merupakan bentonit terpilar dengan daya serap paling besar. Uji pengaruh pH terhadap daya serap bentonit terpilar (B4, BP4, dan BA4) dilakukan dengan buffer fosfat pH 4, 5, dan 6. Bentonit terpilar yang diuji menyerap lebih baik pada pH 6. Kata kunci : bentonit, pilarisasi, polikation Al. x + 49 hal ; gbr ; tab ; lamp
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Firmansyah
Abstrak :
Air alami merupakan sistem elektrolit heterogen yang mengandung sejumlah besar spesi organik dan anorganik. Logam runutan dapat memasuki perairan dan terlibat baik secara fisik maupun kimia. Proses distibusi logamlogam runutan tersebut dipengaruhi oleh interaksi baik secara fisika maupun kimia. Dalam perairan logam dapat tiadir sebagai ion logam yang terkoordinasi dengan molekul air maupun membentuk kompleks dengan ligan. Salah satu alternatif kemungkinan penanganan limbati cair yang tercemar adaiah dengan cara adsorpsi ion-ion logam oleh bentonit, yang merupakan mineral alam. Bentonit telah banyak diteliti diantaranya untuk menyerap ion logam dalam perairan, sebagai penyerap pestisida, sebagai bahan pemucat pada pemumian CPO, dan penyerapan polimer kationik dalam perairan. Dalam penelitian ini diteliti penyerapan kompleks logam Co-tanin dengan menggunakan bentonit yang diaktivasi dengan asam. Tujuannya adaiah untuk membandingkan penyerapan antara ion Co2+ dalam bentuk kompleks dengan ion Co2+ bebas dalam pelarut air. Bentonit diaktivasi menggunakan H2SO4 sebagai asam pengaktivasi, dengan variasi konsentrasi 0.2 M; 0.4 M; 0.6 M; 0.8 M dan 1.0 M. Aktivasi dengari menggunakan H2SO4 0.6 M menunjukkan penyerapan optimum dalam menyerap Co, baik dalam t)entuk Ion Co2+ maupun dalam bentuk kompleks dengan tanin. Proses yang terjadi dalam penyerapan ion Co2+ melibatkan proses adsorpsi dan pertukaran Ration. Ion Co2+ diserap lebih ttaik dalam keadaan tidak terkomplekskan oleh bentonit. Proses aktivasi meningkatkan daya serap bentonit.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Jeferi
Abstrak :
Bentonit merupakan mineral alimuna siilkat terhidrat dengan beberapa logam alkali dan alkali tanah yang terikat didalamnya. Ion-ion logam tersebut dapat diganti oleh kation lain dan dapt menyerap air secara reversibel. Struktur bentonit sendiri terdiri dari tiga lapis atau berbentuk pebandingan 2 : 1, yaitu tetrahedral-oktahedral-tetrahedral (T-O-T). Secara umum bentonit dibagi atas dua golongan yaitu natrium bentonit dan kalsium bentonit dengan rumus {A\^\ fe^\ Cr®^ Mn^^) (Aly^'+ Si4.y^^) OioCOH; F)2 Xo.ss- Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kemampuan bentonit alam Karangnunggal yang diaktivasi dalam rangka untuk menyerap ion logam Ni^"", Co^'^ dan Gd^"^ di dalam air. Untuk mengetahui daya serapnya, bentonit tersebut divariasikan dengan 3 perlakuan 1. Bentonit alam Karangnunggal tanpa aktivasi 2. Bentonit alam Karangnunggal diaktivasi dengan H2SO4 0,025 M; 0,05 M; 0,10 M; 0,25 M; 0.5 M; 1,0 M; 1,5 M; 2,0 M dan 2,5 M. 3. Bentonit alam Karangnunggal diaktivasi dengan pemanasan 150 °C: 200 °C: 250 °C; 300 °C dan 500 °C. Masing-masing bentonit diuji daya serapnya terhadap ion logam Ni^'^, Co^"" dan Cd^"" dengan pengadukan menggunakan shaker selama 120 menit. selanjutnya diukur adsorpsinya dengan menggunakan alat AAS. Selain itu untuk mengetahui adanya perubahan struktur dari bentonit dilakukan dengan MU.IK PEHPUSTfiKAAN menggunakan alat XRD. _____F_MIPA-U I Dari percobaan yang dilakukan diperoleh hasil adsorpsi maksimal pada bentonit alam Karangnunggal dengan aktivasi asam sulfat 0,025 M dan aktivasi pemanasan pada suhu 150-200 °C jika dibandingkan dengan bentonit tanpa aktivasi. Ketika Ni^"" 0,1703 mek dicampurkan dengan 0,5 g bentonit aktivasi pemanasan, Ni^"" yang terserap mencapai 0,1360 mek/g (200 °C) dan 0,1549 mek/g (0,025 M), untuk Co^"^ 0,1697 mek/g yang terserap mencapai 0,2111 mek/g (150 °C) dan 0,1844 mek/g (0,025 M) serta untuk Cd^"" 0,0890 mek yang terserap mencapai 0,1218 mek/g (150 °C) dan 0,1159 mek/g (0,025 M). Selanjutnya bentonit yang menyerap maksimal dilakukan varigsi terhadap pH buffer phosfat 4, 5 dan 6. Didapat hasil untuk Ni^" yang terserap 0,1023 mek/g (0,025 M) dan 0,0971 mek/g (150 °C), untuk yang terserap 0,1439 mek/g (0,025 M) dan 0,1575 mek/g (150 °C) serta untuk yang terserap 0,1615 mek/g (0,025 M) dan 0,1615 mek/g (150 °C).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Hadi Astuti
Abstrak :
ABSTRAK
Bentonit merupakan salah satu jenis lempung yang telah banyak diketahui manfaatnya. Cadangan bentonit di Indonesia sebesar ± 380 juta ton merupakan aset potensial yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Salah satu pemanfaatan bentonit adalah dalam bentuk organoclay. Organoclay adalah bentonit yang telah diberi surfaktan agar sifat bentonit yang semula hidrofilik menjadi organofilik, perubahan sifat ini adalah hasil dari penggantian kation anorganik pada bentonit dengan kation organik surfaktan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat organoclay yang bahan bakunya berasal dari bentonit alam Indonesia. Agar bisa menjadi bahan baku organoclay bentonit harus dipurifikasi dulu dari berbagai pengotor yang terdapat bersamanya di alam. Purifikasi yang dilakukan meliputi penghilangan karbonat, pengurangan kadar besi, pengurangan materi organik dan pemisahan mineral pengotor dengan pengendapan. Setelah dipurifikasi kemudian bentonit dipadukan dengan surfaktan kationik jenis amonium kuarterner. Surfaktan yang digunakan adalah alkildimetilbenzil amonium klorida (ADBA) dan di(hydrogenatedtallow)dimetil amonium klorida (DTDA). Dari hasil pengujian, organoclay menggunakan surfaktan DTDA lebih baik karena mempunyai d-spacing yang cukup tinggi sebesar 2,58 nm dan stabil terhadap pemanasan (suhu awal degradasi 279,950C).
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, ], [2005;2005;2005;2005;2005, 2005]
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Komalasari Dewi
Abstrak :
Salah satu pemanfaatan bentonit adalah untuk penjernihan minyak dalam proses pemurnian minyak kelapa sawit (curah). Untuk memperoleh daya pemucatan yang maksimum diperlukan suatu kondisi optimum. Peningkatan kualitas daya serap, meliputi purifikasi (penghilangan karbonat, pengurangan kadar besi, pengurangan materi organik, serta fraksionasi) dan dilanjutkan dengan aktivasi (asam dan pemanasan). Variasi konsentrasi H2SO4 yang digunakan sebesar 0,8 M; 1,0 M; dan 1,2 M. Bentonit yang telah diberi perlakuan dikarakterisasi dengan XRD, XRF, dan FTIR. Analisis data XRD digunakan untuk mengetahui perubahan struktur pada kristal bentonit, XRF untuk mengetahui komposisi unsur, dan FTIR untuk mengetahui gugus fungsi. Berdasarkan hasil pengujian dan karakterisasi diperoleh efektivitas adsorpsi bentonit purifikasi sebesar 42,82%, raw bentonit sebesar 54,32%, bentonit tanpa purifikasi dan diaktivasi 0,8 M sebesar 63,29%, bentonit tanpa purifikasi dan diaktivasi 1,0 M sebesar 85,81%, bentonit tanpa purifikasi dan diaktivasi 1,2 M sebesar 79,69%.
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S30631
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puteri Aprilia Sitadevi
Abstrak :
Pada metode deteksi fosfat konvensional, sampel yang diuji secara ex-situ mempunyai akurasi yang rendah karena fosfat adalah senyawa yang labil dan dipengaruhi kondisi penyimpanan. Metode yang digunakan untuk pengujian fosfat adalah metode Diffusive Gradient in Thin Film DGT . Metode ini lebih dapat diandalkan dalam mengukur keberadaan senyawa fosfat yang tersedia bioavailable di lingkungan akuatik. Prinsip metode ini adalah pengikatan fosfat pada binding gel dalam DGT. Binding gel dalam penelitian ini dimodifikasi menggunakan adsorben dari kitosan, bentonit, dan ion logam Co. Ketiga bahan tersebut dibuat menjadi biokomposit Co-Loaded-Kitosan-Bentonit Co-CSBent agar mempunyai kapasitas pengikatan yang lebih besar. Selain itu, dibuat binding gel bikomposit Kitosan-Bentonit CSBent sebagai perbandingannya. Metode ini menggunakan binding gel dan diffusive gel yang terbuat dari akrilamida, ammonium persulfat, dan cross-linker N,N-metilenbisakrilamida. Pada optimasi kontrol 2 ppm, biokomposit Co-CSBent mempunyai kapasitas penyerapan 0.9416 mg/g yang lebih besar dibandingkan CSBent yaitu 0.8474 mg/g. Pada metode DGT, optimasi kontrol 2 ppm DGT-Co-CSBent dan DGT-CSBent didapatkan CDGT sebesar 1.9127 g/mL dan 1.6643 g/mL. Binding gel Co-CSBent mampu mengikat fosfat lebih banyak dibandingkan CSBent karena adanya ion logam tambahan. Kedua binding gel pada DGT tersebut diuji dengan sejumlah variasi anion yaitu Cl-, SO42-,HCO3-, dan NO3- dengan konsentrasi 0.5 mg/L sampai 2.5 mg/L. Pada konsentrasi maksimal gangguan anion SO42-, CDGT yang didapatkan pada nilai 1.0153 g/mL CSBent dan 1.2736 g/mL Co-CSbent . Sedangkan konsentrasi maksimal gangguan anion Cl-, CDGT yang didapatkan sampai pada nilai 1.2934 g/mL CSBent dan 1.9584 g/mL Co-CSbent . Pada konsentrasi maksimal gangguan anion HCO3-, CDGT yang didapatkan pada nilai 0.7371 g/mL CSBent dan 0.8628 g/mL Co-CSbent . Sedangkan konsentrasi maksimal gangguan anion NO3-, CDGT yang didapatkan sampai pada nilai 0.4590 g/mL CSBent dan 0.5889 g/mL Co-CSbent . Berdasarkan data, anion NO3- dan HCO3- menyebabkan CDGT menurun secara drastis dibandingkan dengan nilai optimasi DGT. Pengikatan fosfat oleh biokomposit Co-CSBent diatur oleh pertukaran ion, daya tarik elektrostatik dan kompleksasi ion logam Lewis. Sementara biokomposit CSBent tidak mempunyai kompleksasi ion logam Co. Binding gel dan biokomposit non-DGT hasil sintesis dikarakterisasi dengan menggunakan FTIR, XRD, dan SEM EDS. Pada karakterisasi tersebut didapatkan hasil bahwa biokomposit telah berhasil disintesis. ......In conventional phosphate detection methods, ex situ analysed sample has poor accuracy due to phosfate labile trait as a substance and its dependence on storage conditions. Diffusive Gradient in Thin Film DGT method is used for phosfate analysis. The chosen method is more reliable for measuring phosphate bioavailability in aquatic environment. The principle of this method is to bind the phosphate on the DGT binding gel. The binding in thi study was modified with adsorbent from chitosan, bentonite, and cobalt metal ion. The three components are used to create Co loadedChitosan Bentonite biocomposite Co CSBent in order to enhance its binding capacity. Chitosan Bentonite biocomposite CSBent is used as a comparison. The binding and diffusive gel for this method are made from acrylamide, ammonium persulfate, and N,N methylenebisacrylamide. In 2 ppm optimation control, Co CSBent has a Sorption Capacity of 0,9416 mg g, higher than CSBent with 0,8474 mg g. In DGT method, 2 ppm optimation control of Co CSBent DGT and CSBent DGT, CDGT value of 1.9127 g mL and 1.6643 g mL were obtained respectively. Co CSBent binding gel was able to bind more phosphate than CSBent due to the metal ion addition. Both binding gels in DGT were tested with various anions like Cl , SO42 , HCO3 , dan NO3 with concentration ranging from 0.5 mg L to 2.5 mg L. At maximum SO42 inhibitor anion concentration, CDGT value of 1.0153 g mL CSBent and 1.2736 g mL Co CSBent were obtained. Whereas at maximum Cl anion inhibitor, CDGT value of 1.2934 g mL CSBent and 1.9584 g mL Co CSBent were obtained. At maximum HCO3 inhibitor anion concentration, CDGT value of 0.7371 g mL CSBent and 0.8628 g mL CoCSBent were obtained. And At maximum NO3 inhibitor anion concentration, CDGT value of 0.459 g mL CSBent and 0.5889 g mL Co CSBent were obtained. Based on the obtained data, NO3 and HCO3 anions drastically reduced the CDGT value compared with optimated CDGT value. Phosphate binding by Co CSBent biocomposite is controlled by ion exchange, electrostatic force, and Lewis metal ion complexation whereas CSBent biocomposite does not have Co metal ion complexation. Synthesized binding gel and non DGT biocomposite were characterized using FTIR, XRD, and SEM EDS. Characterization results shown that biocomposites had been synthesized successfully.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>