Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, 1992
R 333.95 IND
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Kurnia Andrianto
"Sistem Informasi Biological Diversity Universitas Indonesia adalah suatu sistem untuk mensurvei seluruh tanaman/tumbuhan yang berada di Kampus Baru Universitas Indonesia di Depok. Proses pencatatan informasi dapat dilakukan dengan melibatkan mahasiswa baru Universitas Indonesia untuk membuat daftar tanaman yang ada diseluruh kawasan kampus yang luanya mencapai 320 hektar. Setiap mahasiswa mendapatkan tugas untuk mensurvei tanaman dengan luas 100 m2. Pembagian letak koleksi untuk survei yang dilakukan oleh mahasiswa dapat dimasukkan ke sistem dan dilihat dari peta tanaman. Sistem dapat digunakan untuk menentukan koordinat X dan Y untuk posisi survei setiap mahasiswa. Dalam sistem informasi biological diversity ini menggunakan Google Earth untuk memvisualisasikan peta. Metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan sistem informasi ini adalah Proses Model Waterfall dan menggunakan Unified Modeling System (UML) untuk pemodelannya. Untuk implementasi dilakukan dengan menggunakan script language PHP versi 5.2.9 + PEAR dan basis datanya menggunakan MySQL-phpMyAdmin versi 3.1.3.1. Sistem informasi biological diversity ini berjalan dengan baik (rata-rata skala 3 dari skala 4). Untuk mahasiswa berpendapat bahwa tampilan untuk koleksi, family, genus, nama tanaman, detail koleksi, peta tanaman menilai menilai sistem informasi baik (rata-rata skala 3 dari skala 4).

Biological Diversity Information system of University of Indonesia is a system for surveying the whole plants in the New Campus of University of Indonesia in Depok. The process of information record can be done by involving the new students of University of Indonesia to create a list of plants in a particular area. For example, every student got a duty to survey the plant with an area of 100 m2. The distribution of location assign to students can be seen done use the system and can be inputted the system and can be viewed using the map of plant. This system determines X and Y coordinates for each student. In this Biodiversity Information System we use Google Earth to visualize the map. The methodology used in the implementation of information system is the waterfall process model and use Unified Modeling Language (UML) for modeling. The system is implemented using the scripting language PHP version 5.2.9 + PEAR and MySQL-database using phpMyAdmin version 3.1.3.1. The testing of the system by the users record the data collections of the plant based on the coordinates in the campus area generate some response. Of the common visitor response to the biological diversity of information systems that the avarage user rate is good enough (the average scale of 3 on the scale 4). For students argued that the display for the collection, family, genus, plants name, details of collections, maps crop information system to assess rate is good enough (the average scale of 3 on the scale 4)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T30803
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Due to scientific uncertainties and political problems, policymakers rely on socially constructed norms when drafting what they hope to be an efficient patent system....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Badarsyah
"Masyarakat adat mendiami dan tersebar di seluruh dunia dari Kutub Utara sampai dengan Pasifik Selatan, mereka berjumlah sekitar 370 juta. Sebaran wilayah tempat tinggal mereka mencangkup 22 persen dari permukaan bumi yang secara kebetulan merupakan daerah di mana 80 persen konsentrasi keanekaragaman hayati dunia berada. Masyarakat adat memiliki keterikatan yang erat dengan alam. Keterikatan itu menjadikan mereka memiliki sikap hidup, cara pandang dan budaya yang sangat menghargai alam. Praktek kehidupan mereka selaras dengan upaya menjaga keanekaragaman hayati. Hukum Internasional melalui Konvensi Keanekargaman Hayati mulai mengapresiasi dan memberikan perlindungan kepada hak masyarakat adat atas keanekaragaman hayati. Meski demikian, praktek‐praktek perampasan hak atas tanah, wilayah, dan biopiracy masih marak terjadi. Masyarakat adat juga sampai saat ini masih berjuang untuk mendapatkan pengakuan penuh atas hak menentukan nasib mereka sendiri karena dengan adanya pengakuan hak inilah mereka tidak hanya dapat menjamin keberlangsungan mereka tetapi juga dapat meneruskan sumbangsih positif mereka dalam menjaga lingkungan dan keanekaragaman dunia. Melihat kesenjangan antara pengakuan dan perlindungan hukum dengan praktik yang terjadi atas hak masyarakat adat di bidang keanekaragaman hayati, skripsi ini berupaya memberikan gambaran bagaimana hukum internasional melindungi hak masyarakat adat di bidang keanekaragaman hayati? Bagaimana negara‐negara seperti Brazil, Kamerun, Australia dan Malaysia melindungi hak tersebut bagi masyarakat adat di negara mereka masing‐masing? Kemudian bagaimana Indonesia melindungi hak keanekaragaman hayati masyarakat adatnya?

Indigenous Peoples live and dwell stretch from north pole to southern pacific, approximately there are about 370 milions of them. They live in areas that cover 22 percents of earth surfaces, where apparently 80 percents of biological diversities concentrated. Indigenous peoples have strong and long ties with mother earth. The strong‐connection induces their ways of live, paradigms and cultures in so that they cherish, preserve and honor the nature. Their daily life practices intact with biodiversity preservation. Through the Convention of Biological Diversity, international law has begun to apreciate and protect Indigenous Peoples' Biodiversity Right. Nevertheless, practices of lands dispossession, miss‐appropriations of their traditional knowledges, biopiracy, existed until this very day. Meanwhile, Indigenous Peoples have been struggling to seek full acknowledgement of their self‐determination right, because with the recognition, they are not just may preserve their existance but also continue their positive contributions in preserving and protecting the environments and the world's biodiversity. Knowing the imbalance between the recognition, and protection of laws and negative practices against indigenous peoples right on biodiversity, this paper would like to draw how does international law protect indigenous peoples rights on biodiversity? How do international communities, specifically Brazil, Cameroon, Australia and Malaysia protect their Indigenous Peoples' Rights on biodiversity? Then, how Indonesia protecting such rights?"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009
S26246
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ardian Alhadath
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S8179
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library