Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Lina Ratna Sari
"ABSTRAK
Kesantunan dapat digunakan di segala situasi untuk membangun dan memelihara hubungan yang baik di masyarakat, termasuk hubungan dalam keluarga. Dalam buku anak Hallo baby! yang ditulis oleh Carry Slee dan Dagmar Stam, beragam bentuk strategi kesantunan ditemukan dalam percakapan antara kakak-adik, orang tua, serta antara orang tua dan anak. Jurnal ini mengidentifikasi bagaimana strategi kesantunan bald on record, on record, dan off record digunakan, serta jenis strategi kesopanan manakah yang paling mendominasi dalam buku ini. Jurnal ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan tiga teori strategi kesantunan Brown dan Levinson yaitu; bald on record, on record, dan off record, serta teori face-keeping (menjaga-muka) Goffman.
Hasil menunjukkan bahwa strategi bald on record kebanyakan ditemukan dalam pertengkaran kakak-adik, on record dalam permintaan disertai imbalan hadiah, dan off record, dalam perintah tak langsung. Bald on record diidentifikasi sebagai strategi kesantunan yang mendominasi buku ini karena adanya beberapa faktor sosial, yaitu; hubungan yang dekat antara anggota keluarga dan usia yang masih balita.

ABSTRACT
Politeness can be used in any situation to build and maintain good relationship in the society, including within a family. In Hallo baby! a children book written by Carry Slee and Dagmar Stam, some various forms of politeness strategies are found in conversation between siblings, parents, and also between parents and children. This journal identifies how the politeness strategies such as bald on record, on record, and off record are used, and which kind of politeness strategy is dominant in this book. This journal uses the descriptive qualitative method and the three politeness strategies of Brown and Levinson namely; bald on record, on record and off record, and also Goffman‟s face-keeping theorie.
The outcomes show that bald on record strategy are found mostly in quarrels between siblings, on record strategy in request with rewards, and off record in indirect instruction. Bald on record identified as the most dominant politeness strategy in the book because of the social factors: the close relationship among family members and the age of the toddlers.
"
2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tomy Lutvan Abqory Muttabi Taha
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh Debat Kandidat Kedua Pemilihan Umum Maroko 2016 yang diselenggarakan pada 22 September 2016 di Al-Akhawayn University, Ifrane. Debat Kandidat tersebut terindikasi mengandung banyak unsur kesantunan pragmatik. Penelitian ini memfokuskan pada analisis strategi kesantunan dan analisis unsur-unsur kesantunan yang terdapat pada tuturan peserta debat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penulis menggunakan teori pragmatik Leech terj. 2015, Yule terj.2014, Kridalaksana 2008, Kushartanti 2005, dan teori strategi kesantunan Brown dan Levinson 1987, yang menyebut bahwa terdapat lima strategi kesantunan yaitu Strategi Langsung Tanpa Basa-Basi Bald-On Record, Strategi Kesantunan Positif Positive Politeness, Strategi Kesantunan Negatif Negative Politeness, Strategi Kesantunan Tidak Langsung Off-Record, dan Strategi Diam Don't Do the FTA Strategy. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah video dokumentasi Debat Kandidat Kedua Pemilihan Umum Maroko 2016 yang dapat diakses di situs berbagi video YouTube www.youtube.com/medi1tv.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 31 proposisi yang terindikasi menggunakan strategi kesantunan Brown dan Levinson. Terdapat 4 strategi kesantunan yang ditemukan dalam penelitian, yaitu Strategi Langsung Tanpa Basa-Basi Bald-On Record, Strategi Kesantunan Positif Positive Politeness, Strategi Kesantunan Negatif Negative Politeness, dan Strategi Kesantunan Tidak Langsung Off-Record. Strategi yang paling banyak digunakan adalah Strategi Kesantunan Positif berjumlah 17 proposisi, sementara substrategi kesantunan positif yang paling sering digunakan adalah substrategi kedua membesar-besarkan perhatian, persetujuan, dan simpati kepada lawan tutur yang berjumlah 7 proposisi. Hal ini menunjukkan bahwa para peserta debat berupaya mengurangi dan meminimalkan jarak dengan lawan tutur pemirsa debat untuk meraih sebanyak mungkin suara dukungan dari rakyat Maroko pada hari pemilihan.

The research was motivated by the Second Candidate Debate of Morocco 2016 Election held on 22 September 2016 at Al Akhawayn University, Ifrane. The Candidate Debate is indicated to contain many elements of pragmatic politeness. This research focuses on the analysis of politeness strategy and analysis of the elements of politeness in the debate participants speech. This research uses qualitative method with descriptive approach. The author uses the pragmatic theory of some experts and theory of politeness strategy proposed by Brown and Levinson 1987, which mentions that there are five strategies of politeness namely Bald On Record Strategy, Positive Politeness Strategy, Negative Politeness Strategy, Off Record Strategy, and Silent Strategy Do not Do the FTA Strategy. The data corpus used in this study is a documentary video of the Second Candidate Debate of Morocco 2016 Election which can be accessed on the official channel of Medi1 TV on the YouTube video sharing website www.youtube.com medi1tv.
The results of this study indicate that there are 31 propositions indicated using Brown s and Levinson s politeness strategies. There are 4 strategies of politeness that the author finds in the research corpus, the Bald On Record Strategy, Positive Politeness Strategy, Negative Politeness Strategy, and the Off Record Strategy. The most widely used strategy of debate participants is Positive Sensitivity Strategy amounting to 17 propositions, while the most commonly used positive politeness substrategy is the second substrategy exaggerating attention, approval, and sympathy to the opposite of 7 propositions. This suggests that the debate participants seek to reduce and minimize the distance with the opposite speakers viewers of the debate to achieve as many votes as possible support from the Moroccan people on election day.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Haristianti
"Kesantunan berbahasa sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Namun, tindak tutur yang mengancam muka mitra tutur tidak dapat dihindari pada beberapa situasi tertentu, salah satunya tindak tutur menghina yang penuh konflik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi tindak tutur menghina yang dituturkan tokoh film animasi al-Riḥlah dengan menggunakan teori strategi Face-Threatening Acts (FTA) atau Tindakan Mengancam Muka oleh Brown dan Levinson 1987. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analitis. Teknik pengumpulan data dilakukan dalam tiga tahap, yaitu 1) teknik simak bebas libat cakap; 2) transkripsi; dan 3) catat. Selanjutnya, data dianalisis menggunakan teknik analisis padan ekstralingual dan disajikan melalui metode informal. Penelitian ini menemukan 20 tindak tutur menghina yang terdiri dari 1) 16 tindak tutur menghina yang termasuk dalam kategori strategi langsung tanpa basa-basi (bald on-record) dan 2) terdapat 4 tindak tutur menghina yang menggunakan strategi tidak langsung (off record) berupa pertanyaan retorik, ironi (al-Sikhriyyah), dan menggantikan mitra tutur (displace Hearer) yang digunakan oleh para tokoh film animasi al-Riḥlah untuk menghina.

Language politeness is necessary for social life. However, speech acts threatening Hearer’s face are unavoidable in some specific situations, one of which is insulting speech acts full of conflict. This research aimed to investigate the insulting speech acts strategy from al-Riḥlah animated movie characters and used Brown and Levinson’s Face-Threatening Acts (FTA) strategies theory. This study is qualitative research with a descriptive-analytical method. The data collecting techniques comprised 1) uninvolved conversation observation; 2) transcription; and 3) note-taking. Furthermore, the data were analyzed using the extra lingual equivalent analysis method and presented by informal methods. The result showed 20 insulting speech acts comprising 1) 16 insulting speech acts in the bald on-record strategy category and 2) 4 insulting speech acts in the off-record strategy comprised of rhetorical questions, irony (al-Sikhriyyah), and displace Hearer, which is used by al-Riḥlah animated movie characters."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rifqi Kurnia
"Raja Willem-Alexander dari kerajaan Belanda melakukan tiga kunjungan kenegaraan pada tahun 2022 ke Austria, Swedia, dan Yunani. Pada kunjungan tersebut dilakukan jamuan kenegaraan, dan terdapat pidato kenegaraan sebagai bentuk komunikasi formal dalam rangkaian acaranya. Dalam pembukaan pidato tersebut, ditemukan adanya penggunaan strategi kesantunan berbahasa. Penelitian ini membahas bagaimana penggunaan strategi kesantunan positif, strategi kesantunan negatif, serta strategi kesantunan mana yang paling dominan digunakan oleh Raja Willem-Alexander dalam pembukaan pidato pada jamuan kenegaraan saat kunjungan kenegaraan tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa Raja Willem-Alexander paling banyak menggunakan strategi kesantunan positif dari pada kesantunan negatif. Strategi kesantunan positif yang digunakan seperti menggunakan bahasa yang sama dengan pendengar, memuji dengan metafora, mengakui kepemilikkan atau pencapaian pendengar, serta menunjukkan optimisme hubungan dengan pendengar. Hal ini menunjukkan bahwa Raja Willem-Alexander lebih memilih memenuhi kebutuhan pendengar untuk merasa dihargai, dibutuhkan, dan diakui (kesantunan positif), ketimbang untuk mengutamakan atau memberi kebebasan pendengar (kesantunan negatif).

King Willem-Alexander of the Kingdom of the Netherlands made three state visits in 2022 to Austria, Sweden and Greece. During these visits, state banquets were held, and there was a state speech as a form of formal communication in the series of events. In the opening of the speech, the use of language politeness strategies was found. This research discusses how the use of positive politeness strategies, negative politeness strategies, and which politeness strategies are most dominantly used by King Willem-Alexander in the opening speech at the state banquet during the state visit in 2022. This research uses descriptive qualitative method. The results showed that King Willem-Alexander used more positive politeness strategies than negative politeness. He used positive politeness strategies such as using the same language as the listener, praising with metaphors, recognizing the listener's ownership or achievement, and showing optimism in the relationship with the listener. This shows that King Willem-Alexander prefers to fulfill the listener's need to feel valued, needed, and recognized (positive politeness), rather than to prioritize or give the listener freedom (negative politeness)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library