Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arif Khozin Setiawan
Abstrak :
Chlorella vulgaris Buitenzorg adalah organisme yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai produsen biomassa. Mikroalga ini mengandung banyak nutrisi yang dapat berperan sebagai antioksidan dan antivirus bagi tubuh. Selain itu kandungan klorofilnya yang tinggi menjadikan Chlorella vulgaris Buitenzorg sebagai organisme pemfiksasi CO2 yang efektif. Salah satu cara yang banyak dilakukan adalah melakukan alterasi intensitas cahaya. Penelitian sebelumnya menunjukkan metode ini dapat meningkatkan produksi biomassa Chlorella vulgaris sampai 1,61 kali dan kemampuan fiksasi CO2 meningkat 3 kali dibandingkan pemberian cahaya dengan intensitas yang sama. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari gas buang terhadap ketahanan Chlorella vulgaris Buitenzorg serta mengetahui kemampuan fiksasi karbondioksida oleh mikroalga Chlorella vulgaris Buitenzorg. Penelitian ini menggunakan gas buang dari hasil pembakaran LPG yang komposisinya sudah dimodelkan dengan komposisi gas masukan 0.3 % LPG, 5 % CO2 dan 94.7 % udara. Chlorella vulgaris Buitenzorg akan dikultivasi dalam medium beneck sebagai sumber nutrisi pada temperatur 29_C, tekanan operasi 1 atm dengan sumber cahaya lampu Phillip Halogen 20W/12V/50Hz, volume reaktor 18 dm3, dan rentang intensitas cahaya yang dipakai adalah 4.5-35 klux. Perlakuan alterasi pencahayaan meningkatkan produksi biomassa Chlorella vulgaris Buitenzorg sampai 1.5 kali, sedangkan kemampuan fiksasi CO2 meningkat sebesar 2 kali dibandingkan dengan pencahayaan kontinu. Pencahayaan alterasi juga menghasilkan ketahanan yang lebih baik terhadap LPG daripada pencahayaan kontinyu, hal ini dapat dilihat dari ketahanan sel yang lebih baik, yaitu selama 176 jam, sedangkan pencahayaan kontinyu menghasilkan ketahanan sebesar 128 jam sebelum memasuki fase kematiannya.
Chlorella vulgaris Buitenzorg is a potential organism to be generated as biomass producer. This microalgae species contain some nutrition that can be used as antioxidant and anti-virus for human s body. Besides high amount of chlorophyll compositions make this microalgae as effective organism in CO2 fixation. Previous research using the same method showed that this method can be used to enhance biomass Chlorella sp. production until 1.61 time and by using this method CO2 fixation s ability become greater 3 times than lightening with same intensity. The main purpose of this research is to investigate effect of exhaust gas to the Chlorella sp. resistant and to evaluate CO2 fixation by this microalgae. This research used exhaust gas from LPG combustion that its compositions have been modelized. Inlet gas composition is 0.3 % LPG, 5 % CO2, and 94.7 % air. Chlorella vulgaris Buitenzorg was cultivated in Beneck Medium as source of nutrition in 29_C, 1 atm, light lamp source used is Phillip 20 W/12 V/ 50 Hz. Reactor volume is 18 dm3 and range of light intensity is 4.5-35 klux. Alterating lightening treatment could enlarge Chlorella sp. biomass production until 1.5 times. Besides fixation CO2 ability could escalate until 2 times that constant lighting. Alterating lightment make microalgae resistant to LPG become better than constant lighting. This conclusion known from longer cell life time which about 176 hours. Besides, continues lightening resulted shorter life time which is about 128 hours before death phase.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49684
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Didit Yudi Permana
Abstrak :
Mikroalga Chlorella vulgaris Buitenzorg merupakan salah satu jenis mikroalga hijau yang banyak terdapat di Indonesia yang memiliki kemampuan sebagai penghasil biomassa dan dapat digunakan untuk mereduksi pemanasan global yang disebabkan oleh banyaknya aktifitas manusia dalam penggunaan bahan bakar fosil seperti LPG yang semakin meningkat. Terdapat berbagai macam variabel yang dapat mempengaruhi pertumbuhan Chlorella vulgaris Buitenzorg, diantaranya adalah pencahayaan, suplai CO2 serta nutrisi yang cukup. Pada penelitian ini mikroalga akan diuji ketahanannya dengan adanya tambahan gas model hasil pembakaran LPG sebagai gas masukannya ke dalam medium kultur. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya dimana akan dilakukan pada kondisi pencahayaan kontinu dengan intensitas cahaya yang disesuaikan dengan jumlah inokulum serta menggunakan hasil pembakaran LPG sebagai carbon Source-nya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Chlorella sp. memiliki ketahanan yang cukup baik yang ditandai dengan adanya laju pertumbuhan sel maksimum (_max) sebesar 0,016 h-1 - 0.037 h-1, berat akhir sel (Xakhir) sebesar 3,22.10-3 g/dm3 - 4,09.10-3 g/dm3 dan membutuhkan energi untuk melakukan metabolismenya (Ex) sebesar 85,04 J/g - 88,97 J/g pada tingkat efisiensi energi 0,81 % - 0,95 % dengan penambahan LPG pada kadar 0,3 % - 1 % volume.
One of Indonesian resources is Chlorella vulgaris Buitenzorg, micro algae, which has ability in CO2 fixation through photosynthesis process by converting CO2 to carbon or biomass, valuable ones, such as polysaccharide, protein or lipid. Because of this ability, Chlorella vulgaris Buitenzorg can be used as one of solution to reduce the effects of global warming caused by human activities. There are several variables which can affect CO2 fixation process through photosynthesis, among them: lighting, CO2 supply, and proper nutrition. The optimum CO2 supply is needed in order to give an optimum condition for CO2 fixation process and biomass growth. In this research, the microalgae will be tested its resintance with residue modeling gas of combustion LPG addition as input gas into its medium. This research will use continuous lighting condition with appropriate intensity and inoculums net. Beside that, it will use residue gas of combustion LPG as its carbon source. The result of this research shows that Chlorella sp. has a quite good resistance. It is supported by presence of maximum cell growth rate (_max) of 0,016 h-1 ' 0.037 h-1, final cell weight (Xfinal) of 3,22.10-3 g/dm3 ' 4,09.10-3 g/dm3 and energy necessity for metabolism (Ex) of 85,04 J/g ' 88,97 J/g with energy efficiency of 0,81 % - 0,95 % by adding LPG of 0,3 % ' 1 % volume.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49709
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Grahita Teja Kurmawan
Abstrak :
Chlorella vulgaris Buitenzorg merupakan penghasil biomassa yang memiliki banyak kegunaan khususnya sebagai suplemen makanan dan obat kesehatan, selain itu juga memiliki kemampuan fotosintesis untuk mengurangi efek pemanasan global melalui memfiksasi CO2. Berdasarkan faktor hidrodinamika seperti koefisien transfer massa (KLa) dan juga kecepatan superfisial gas (UG) merupakan faktor penting untuk memaksimalkan produksi menggunakan medium Benneck di volume 40 L fotobioreaktor dengan mengatur temperatur pada 290C; tekanan pada 1 atm; konsentrasi CO2 sebesar 5% dan pencahayaan dengan lampu Halogen Phillip 20W/12V/50Hz. Hasilnya proses scale up berdasarkan iso KLa merupakan faktor yang lebih baik untuk menghasilkan jumlah biomassa yang lebih tinggi dibandingkan iso UG. Dapat disimpulkan bahwa dengan iso KLa mampu memberikan hasil 30,4% biomassa dibandingkan iso UG dan menunujukkan bahwa parameter iso KLa lebih sesuai untuk scale up fotobioreaktor. ......Chlorella vulgaris Buitenzorg is an useful biomass product that was especially for supplement food and health holistic drug, beside it's photosynthetic capability for minimizing global warming effect in through to CO2 fixation. Investigating an optimum hydrodynamic factor such as mass transfer coefficient (KLa) and also superficial gas velocity (UG) is important for maximizing Chlorella biomass production using 40 L Benneck medium in bubble column photo bioreactor that was set at temperature of 29_C; Pressure of 1 atm; CO2 concentration in bubbled gas 5%; and illuminated by a Phillip Halogen Lamp 20W/12V/50Hz. As a result, a scale up process based on similarity value of KLa at its optimum hydrodynamic factor tend an achieving higher biomass concentration than similarity of UG value. It was concluded that similarity value of KLa shown around 30,4 %
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51891
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Omar Mohtar
Abstrak :
Penelitian ini membahas perkembangan rancang bangun Bendung Katulampa yang ada di Buitenzorg pada 1910 hingga 1912. Sebelum tahun 1911, Bendung Katulampa dibangun dari bahan yang mudah rusak, sehingga Departemen BOW (Burgerlijke Openbare Werken) kerap melakukan perbaikan terhadap bangunan bendung. Pada 1905 hingga 1910, departemen BOW melakukan perbaikan menggunakan usulan dari Ir. P.L. van Blanken dan Ir. van Rossum yang memperkuat struktur bendung dengan keranjang besi yang diperkuat dengan bebatuan. Meskipun sudah diperkuat, bendung kembali rusak pada tahun 1910. Ir. Herman van Breen kemudian mengusulkan pembangunan Bendung Katulampa yang baru dengan menggunakan campuran batu dan semen atau beton yang dilengkapi dengan pintu air untuk mengatur aliran Sungai Ciliwung. Setelah disetujui oleh pemerintah, Departemen BOW memulai pembangunan dengan dana 66.200 gulden yang dikerjakan pada April 1911 hingga Oktober 1912. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengapa Pemerintah Hindia Belanda kemudian memutuskan untuk membangun ulang Bendung Katulampa. Dari permasalahan tersebut muncul beberapa pertanyaan penting yang diajukan, yaitu apa faktor-faktor yang membuat Bendung Katulampa dibangun ulang oleh Departemen BOW? dan bagaimana perkembangan rancang bangun Bendung Katulampa? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, digunakan metode sejarah. Dari hasil analisis, Bendung Katulampa yang baru dibangun karena kenaikan debit air Sungai Ciliwung dan bahan bendung yang tidak dapat bertahan lama. Bahan awal yang menggunakan keranjang dan bebatuan kemudian berkembang dan digantikan dengan beton. ......This research discusses the design development of the Katulampa Weir in Buitenzorg from 1910 to 1912. Before 1911, the Katulampa Weir was built from materials that were easily damaged, so the BOW Department (Burgerlijke Openbare Werken) often made repairs to the weir building. In 1905 to 1910, the BOW department made improvements using design from Ir. P.L. van Blanken and Ir. van Rossum by strengthening the weir structure with iron baskets reinforced with rocks. Even though it had been strengthened, the weir was damaged again in 1910. Ir. Herman van Breen then suggested that the new Katulampa Weir built using a mixture of stone and cement or concrete equipped with a sluice to regulate the flow of the Ciliwung River. After being approved by the government, the BOW Department started construction with funds of 66,200 guilders which was carried out from April 1911 to October 1912. The problem discussed in this research is to know why the Dutch East Indies Government decide to rebuild the Katulampa Weir. From these problems a number of important questions emerged, namely what were the factors that caused the Katulampa Weir to be rebuilt by the BOW Department? and how is the development of the Katulampa Weir? To answer this question, the historical method is used. From the results of the analysis, the newly built Katulampa Weir was due to an increase in the water discharge of the Ciliwung River and the materials of the weir could not last long. The initial material that used baskets and rocks then developed and was replaced with concrete.
Depok: Fakultas Ilmu pengetahuan Budaya Universitas Indonesia;, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nita Anggreani
Abstrak :
Hidrodinamika merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroalga. Dua parameter hidrodinamika yaitu kecepatan superfisial (UG) dan Retention Time Distribution (RTD) setelah direview dari hasil penelitian sebelumnya, tidak dapat digunakan sebagai basis scale up. Dua parameter lainnya yaitu gas holdup (ε) dan koefisien perpindahan massa (kLa) diujicobakan. Pada kondisi operasi iso-ε dan iso-kLa terhadap acuan, pengujian produksi biomassa Chlorella vulgaris Buitenzorg dilakukan pada volume 18 L (acuan) dan 40 L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan pada kondisi iso-ε relatif paling sama dengan acuan. Parameter gas holdup (ε) merupakan parameter hidrodinamika yang bisa menjadi basis scale up......Hydrodynamic is one factor that influences microalgae grwoth. Two hydrodynamic parameter, superficial velocity (UG) and Retention Time Distribution (RTD), after reviewed from the last research, they can?t used as scale up basis. Another parameter, gas holdup (ε) and mass transfer coefficient (kLa), trial tested then. In operation condition which iso-ε and iso-kLa respect to reference, a test of Chlorella vulgaris Buitenzorg biomass production has been done in two reactor volume, 18 L (reference) and 40 L. The result shows that the microalgae growth in iso-ε condition is more similar relatively with the reference. It?s mean that gas holdup (ε) parameter can be used as scale up basis.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Permatasari
Abstrak :
Buitenzorg atau sekarang disebut Bogor merupakan salah satu kota penting pada masa kolonial. Oleh karena itu, banyak peninggalan berupa bangunan yang sampai saat ini masih tetap berdiri. Pada bangunan-bangunan tersebut dapat terlihat adanya percampuran kebudayaan Barat dan lokal. Bangunan dengan ciri itu disebut memiliki gaya Indis. Skripsi ini membahas tentang percampuran kebudayaan yang terdapat pada bangunan Middelbare Landbouwschool (MLS). Percampuran kebudayaan tersebut dapat terlihat dari gaya-gaya yang digunakan pada komponen-komponen bangunan. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat beberapa gaya yang terdapat di MLS, mulai dari klasik, modern, lokal, dan indis. Berdasarkan hal tersebut, bangunan MLS juga dapat dikatakan sebagai bangunan bergaya Indis. ......In a colonial period, Buitenzorg or also known as Bogor is one of important city, because of that there are so many inheritance in form of building which still exist until now. In that buildings can show a culture mixed between local and an occident culture. The building with that appearance have an Indis style. A culture mixed in a building of Middelbare Landbouw School (MLS) revealed in this research. A culture mixed can be shown on the building's interior. Some style in the MLS building, starting from classic, modern, local, and indis style has been found as a result of the research. Inother words, MLS is a building with the Indis style according to the research.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S64696
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rigan Agus Setiawan
Abstrak :
Artikel ini hadir untuk memberikan gambaran bagaimana proyek perluasan kota Buitenzorg pada awal abad ke-20 dilaksanakan serta dampaknya terhadap tata kota dan kehidupan masyarakat. Terdapat tiga studi yang mengamati hal serupa, yakni Ontwerpen aan de stad, Stedenbouw in Nederlands-Indie en Indonesie (1905–1950) karya Pauline K.M. Van Roosmalen (2008), Kota Bogor: Studi Tentang Ekologi Kota Abad ke-19 hingga ke-20 karya Mumuh Muhsin Zakaria (2010), serta Peran Thomas Karsten dalam Pengembangan Permukiman Eropa di Buitenzorg, 1903–1942 karya Widdy Nuril Ahsan (2023). Berbeda dengan karya sebelumnya, artikel ini memberikan perhatian pada satu proyek perluasan kota yang menggambarkan peran pemerintah kota (gemeente) dalam membentuk kota dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat. Pada awal abad ke-20 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan UU Desentralisasi dan menetapkan beberapa kota sebagai Gemeente atau kota mandiri. Hal ini sejalan dengan peningkatan kedatangan orang Eropa ke Hindia Belanda, termasuk Buitenzorg. Kebutuhan akan kompleks peru mahan dan pemukiman menjadi faktor utama proyek perluasan di kota-kota kolonial pada awal abad ke-20. Artikel ditulis menggunakan metode sejarah yang didasarkan pada data berupa arsip Binnenlandsch Bestuur (BB), laporan (verslag) dari berbagai instansi terkait, surat kabar dan majalah sezaman, koleksi foto, kartografi, buku, disertasi serta artikel. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa proyek perluasan kota Buitenzorg memberikan dampak bagi tata kota yang ditunjukkan dengan dibangunnya wilayah tersebut, khususnya sub-distrik Kedoeng Halang sesuai prinsip kota taman yang semula adalah tanah partikelir menjadi permukiman dengan berbagai fasilitas di dalamnya. Lebih dari itu, perluasan kota juga berdampak pada kehidupan sosial masyarakat seperti munculnya kompetisi renang, asosiasi ibu rumah tangga, hingga perbaikan kampung. ......This article is here to provide an overview of how the expansion project for the city of Buitenzorg in the early 20th century was carried out and its impact on urban planning and people's lives. Three studies observe the same thing, namely Ontwerpen aan de stad, Stedenbouw in Nederlands-Indie en Indonesie (1905–1950) by Pauline K.M. Van Roosmalen (2008), Bogor City: A Study of City Ecology in the 19th to 20th Century by Mumuh Muhsin Zakaria (2010), and the Role of Thomas Karsten in the Development of European Settlements in Buitenzorg, 1903–1942 by Widdy Nuril Ahsan (2023). Unlike previous work, this article pays attention to an urban expansion project that describes the role of municipal governments (gemeente) in shaping cities and their impact on people's lives. At the beginning of the 20th century, the Dutch East Indies government issued a Decentralization Law and designated several cities as Gemeente or independent cities. This was in line with the increasing arrival of Europeans to the Dutch East Indies, including Buitenzorg. The need for housing and settlement complexes became a major factor in expansion projects in colonial cities in the early 20th century. Articles are written using historical methods based on data in the form of Binnenlandsch Bestuur (BB) archives, reports (verslag) from various relevant institution, contemporary newspapers and magazines, photo collections, cartography, books, dissertations and articles. The research results show that the Buitenzorg city expansion project has an impact on urban planning as indicated by the development of the area, especially the Kedoeng Halang sub-district according to the principle of a garden city which was originally private land to become settlements with various facilities in it. More than that, the expansion of the city also has an impact on the social life of the community, such as the emergence of swimming competitions, housewives associations, and kampung improvements.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Wulan Sari
Abstrak :
Tugas akhir ini memberikan sebuah gambaran dan penjelasan mengenai perkembangan pariwisata di wilayah Buitenzorg (Bogor), Jawa Barat, pada masa pemerintah kolonial di awal abad ke-20. Pembangunan jalur kereta api Batavia-Buitenzorg yang dibuka untuk umum pada 1883 dan sarana transportasi lainnya, serta berdirinya berbagai departemen telah berdampak pada kegiatan pariwisata. Buitenzorg disebut-sebut mirip dengan Kota Bloemendal yang terletak di dekat Haarlem serta wilayah Scheveningen di Den Haag terkenal dengan kesejukannya. Buitenzorg memiliki jarak tempuh yang paling dekat dengan Batavia dibandingkan dengan wilayah pedalaman Priangan lainnya. Masyarakat kolonial Hindia Belanda terutama penduduk Batavia memiliki kebiasaan piknik di akhir pekan dengan melakukan kegiatan berdarmawisata (piknik) ke luar kota. Kegiatan ini memunculkan istilah naar boven atau menuju puncak. Dalam berbagai buku panduan dan catatan perjalanan, ‘S Lands Plantentuin (Kebun Raya Pemerintah) Buitenzorg dan sekitarnya merupakan tempat yang menjadi primadona bagi para turis yang menyuguhkan panorama alam. Penelitian ini memberikan gambaran secara lebih mendalam mengenai dinamika kegiatan pariwisata di Buitenzorg yang membedakan dengan penelitian-penelitian sebelumnya mengenai pariwisata. Metode sejarah merupakan metode yang digunakan dalam penulisan. Sumber-sumber yang digunakan berupa majalah pariwisata, koran, buku panduan, serta catatan perjalanan sezaman. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Buitenzorg merupakan tempat yang sangat strategis bagi para turis asing maupun domestik untuk berlibur. ‘S Lands Plantentuin menjadi objek utama wisata. Walaupun tempat ini memiliki fungsi utamanya sebagai pusat penelitian ilmiah. Namun, disisi lain pihak pengelola dari ‘S Lands Plantentuin memiliki kepedulian yang tinggi dalam meningkatkan arus turisme asing di Buitenzorg yang dilakukan dengan meningkatkan sarana dan prasarana yang bekerjasama dengan VTV atau Perhimpunan Arus Turisme maupun asosiasi lokal. ......This final project provides an overview and explanation of the development of tourism in the Buitenzorg (Bogor), West Java, area during the colonial government in the early 20th century. The construction of the Batavia-Buitenzorg railway line which was opened to the public in 1883 and other means of transportation, as well as the establishment of various departments have had an impact on tourism activities. Buitenzorg was said to be similar to the City of Bloemendal which is located near Haarlem and the Scheveningen area in The Hague is famous for its coolness. Buitenzorg had the closest distance to Batavia compared to other interior areas of Priangan. The Dutch colonial community, especially the residents of Batavia, had a habit of picnicking on the weekends by doing excursions outside the city. This activity gave a rise to the term naar boven or towards the top. In various guidebooks and travel notes, 'S Lands Plantentuin Buitenzorg and its surroundings were a favorite place for tourists who offer natural panoramas. This study provides a more in-depth description of the dynamics of tourism activities in Buitenzorg which distinguishes it from previous research on tourism. The historical method is a method used in writing. The sources used are tourism magazines, newspapers, guide books, and contemporary travel records. The results of the study show that Buitenzorg was a very strategic place for foreign and domestic tourists for vacation. 'S Land Plantentuin (Governments Botanical Gardens) certainly became the main tourism attraction. Although the place had its main function as a center for scientific inquiries. But on the other hand, the management of the 'S Land Plantentuin certainly had a high concern in increasing flow of foreign tourists in Buitenzorg which was done by improving facilities and infrastructures in collaboration with VTV or Tourist Flow Association and local associations.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2   >>