Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 268 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lambey, David
Abstrak :
ABSTRAK
Pasar modal di Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat walaupun relatif Iebih lambat dibandingkan dengan negara - negara di Asia Tenggara lainnya, seperti Singapura dan Malaysia. Tetapi perkembangan yang pesat ¡ni tidak didukung pengetahuan masyarakat yang baik tentang pasar modal dan teknik - teknik analisa investasi khususnya Dalam kondisi kinerja Bursa Efek Jakarta yang semakin terpuruk saat ¡ni, pengetahuan akan teknik -teknik analisis investasi semakin dibutuhkan masyarakat karena terbuka suatu kesempatan untuk memperoleh saham suatu perusahaan yang baik kinerjanya dengan harga yang jauh lebih rendah daripada harga intrinsiknya.

Tugas akhir ini bertujuan untuk menganalisis implementasi teknik Warren Buffett dalam keputusan investasi saham di Indonesia. Teknik Warren Buffett menggabungkan antara analisis kuantitatif yang dikembangkan Benjamin Graham dengan analisis kualitatif yang díkembangkan Philip Fisher. Analisis implementasi teknik Warren Buffett pada keputusan investasi di Bursa Efek Jakarta dibagi menjadi dua tahapan besar, yaitu:

1. Tahapan pertama adalah membentuk portfolio berdasarkan teknik Warren Buffett. Portfolio yang terbentuk pada tahapan pertama terdiri dan lima perusahaan (Daya Guna Samudera, Indosat, Jaya Real Property, Surya Toto dan Tambang Timah).

2. Tahapan Kedua adalah mengukur kinerja dan resiko portfolio yang terbentuk dan membandingkannya dengan pasar. Pengukuran kinerja portfolio dan pasar menggunakan dua metode, yaitu metode holding period return dan return - Tisk adjusted. Resiko yang diperhitungkan meliputi resiko sistematik dan non-sistematik. Selain itu, periode yang digunakan dibagi dua, yaitu periode sebelum pemerintah (Bank indonesia) inencabut band intervensi terhadap nilai tukar mata uang Rupaih dan periode sepanjang tahun 1997.

Dari analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa portfolio yang dibentuk mempunyai tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan tingkat pengembalian pasar baik untuk metode holding period return dan retrun - risk adjusted maupun untuk periode sebelum pemerintah mencabut kurs intervensi (kondisi normal) maupun sepanjang tahun 1997. Portofolio juga memiliki tingkat resiko yang lebih rendah dibandingkan pasar untuk dua periode berbeda. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teknik Warren Buffett dapat diimplementasikan pada Bursa Efek Jakarta. Walaupun demikian ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi analisis, yaitu kondisi fundamental masing - masing perusahaan, penggunaan metode akuntansi yang berbeda, penggunaan data historis, krisis keuangan dan kondisi pasar modal yang relatif masih muda. Untuk itu ada pula saran - saran untuk mengoptimalkan implementasi teknik Warren Buffett, yaitu: analisis prinsip usaha dan manajemen, penyesuaian current earning untuk memberikan prediksi pertumbuhan dan owner?s earning di masa depan dan memasukkan hutang dalam mata uang asing sebagal salah satu faktor pertimbangan.
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
S19355
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
S25987
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baer, Juliur B.
New York: Harper , 1949
332.64 BAE c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Grushcow, Jack
New York, N.Y.: John Wiley , 1980
332.632 8 GRU p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
S6242
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meliani Rachmawaty
Abstrak :
Pasar Modal sangat berperan bagi pembangunan ekonomi yaitu sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana investasi masyarakat. Seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan akan cara berinvestasi yang efektif maka bentuk Efek yang semula berbentuk fisik saham berubah tanpa saham. Dengan adanya perubahan bentuk tersebut menyebabkan fungsi utama dari kustodian sebagai lembaga penunjang pasar modal berubah. Dalam penelitian ini akan dianalisa dan dibahas eksistensi dari Bank Kustodian selaku lembaga penunjang pasar modal pasca pemberlakuan kebijakan Scripless Trading dan apakah konsep penitipan kolektif pasca Scripless Trading dapat mengoptimalkan sistem perdagangan efek, baik efek yang dibeli di primary market atau secondary market serta apakah dengan sistem Scripless Trading para pemegang portfolio sudah terlindungi hak-haknya. Analisa kasus dilakukan di Citibank NA Kustodian dengan menganalisa keuntungan dan kerugian dari penerapan sistem scripless trading bagi nasabah / investor Citibank NA dan bagi bank kustodian itu sendiri. Metode penelitian yang digunakan adalah kepustakaan bersifat yuridis normatif dengan cara mempelajari berbagai literatur dan peraturan perundangan yang berkaitan dengan penelitian ini, basil penelitian dituangkan dalam simpulan berbentuk evaluatif analitis dengan harapan dapat menjadi suatu rekomendasi untuk meningkatkan efektifitas dan kinerja Bank Kustodian selaku lembaga penunjang pasar modal di Indonesia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan ternyata Bank Kustodian tetap eksis selaku lembaga penunjang pasar modal pasca pemberlakuan kebijakan Scriptless Trading meskipun peranannya tidaklah sebesar saat masih berlaku sistem perdagangan dengan warkat. Pemberlakuan Scriptless Trading di Pasar Modal Indonesia meningkatkan optimalisasi pedagangan saham, semua pelaku pasar modal, terlebih bagi perusahaan Efek dan investor akan diuntungkan dengan penerapan sistem perdagangan tanpa warkat. Bagi nasabah pemegang portfolio dengan diberlakukannya scriptless trading hak-haknya lebih terlindungi. Dengan perubahan sistem ini penulis membuat kesimpulan penerapan scriptless trading di Pasar Modal Indonesia membawa peningkatan kinerja Pasar Modal dan minat investor untuk berinventasi di Bursa Efek.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T16532
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pangemanan, Andriani
Abstrak :
Dalarn melakukan investasi di pasar modai, investor akan bcrusaha memilih saham-mam yang memniki kineaja yang lebih bam dm mam-sanam nimfa. Bcrbagai penelitian terdahulu telah menunjukkan adanya dua anomali di pasar modal yang dikenal sebagai smalljirrn eject dan value qiect. Smalkfirm qkct adalah kondisi dimana return saham dai penmahaan-perusahaan yang berukuran kecil mcngungguli return saham dari porusahaan-perusahaan berukuran besar. Value e_@2*ct adalah kondisi dimana remm saham perusahaan-perusahaan dmgan rasio P/B yang rendah mcngungguli return pemsahaan-perusahaan dengan rasio P/B yang tinggi. - Akan tetapi hasil peneliiian Jensen, Johnson dan Mercer (1997,l998) menunjukkan bahwa di Amerika Serikat, keberadaan kedua fenomcna di atas sangat dipengaruhi oleh kondisi monster. Tidak selamanya strategi inveatasi dengan memanfaatkan kedua fenomena terscbut dapat memberikan return yang tinggi. Fcnomcna smalljirm eject dan value eject hatlya ditemui secara konsistcn dan signilikan pada saat kondisi moneter bcrada dalam periods ckspansif. Tujuan dari pcnelitian ini adalah untuk mclihat apakah kondisi scrupa juga dapat ditemui di Indonesia, khususnya di Bursa Efek Jakarta. Apakah fenomena smallgirm eject dan value eject dipengaruhi oleh kondisi moneter dan dalam kondisi yang bagaimanakah kedua fenomena torsebut mempunyai nilai yang signiEkan. Selain itu juga diipelajari bagaimana huhungan antara return saham dengan rasio P/B, ukuran pcrusahaan sorta kondisi monetef. Hasil penelitian mcnunjukkan bahwa hanya dalam kondisi moneter yang ekspansif fcnomena smallqirm e_1?éct dan value eject mempunyai nilai yang signiikan. Dalam periode tcrsebut, return yang diberikan oleh portfolio saham- saham yang termasuk ke dalam kelompok ?value? dan ?smalljirm? secara signitikan mcngungguli return portfolio kelompok ?growth? dan ?Iarge;firm?. Sebaliknya dalam perriode restriktii kedua fenomena tersebut tidak menunjukkan nilai yang signiiikan. Melalui analisis rcgresi dapat dilihat adanya hubungan negatif yang signitikan antara return saham dengan xasio P/B dan return saham dCll@1 ukumn penlsahaan sorta hubungan positif yang signifikan antara return saham dengan kondisi moneter. Hasil regresi lainnya menurqukkan bahwa dalam kondisi moneter yang ekspansiii return saham perusahaan-perusahaan yang termasuk kc dalam kelompok ?S>alue? dan ?small¢/?irrn" lcbih tinggi daripada return saham-saham yang terrnasuk kc dalam kelompok lainnya. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam menggunakan slrategi investasi yang berkaitan dengan fenomcna value qééct dan srnallfirm eject investor hams mempcrhatikan kondisi moneter. Hanya dalam kondisi ekspansif saja kedua strategi tersebut dapat mcmberikan return yang tinggi. Dengan demikian dalam kondisi monetzr yang reslriklill sebaiknya investor tidak menggunakan kedua strategi tersebut.
Abstract
When investing in capital market, investors will try to choose stocks that can give higher retum. Previous researches had found that there are two anomalies in the capital market, known as small-limi effect and value effect. Small-tirm effect is a condition in which stock returns from small iinns are higher than retums from large lirms. Value eifect is a condition in which stock returns ii'om iirms with low price- to-book (P/B) ratio are higher than retums from firms with high P/B Ratio. However, Jensen, Johnson and Mercer (1997, 1998) had folmd that in the United States monetary policy has a Bi@mC3Ilt impact on small-Hrm and value effect. Investor does not always receive high return by using investment strategies which exploits small-firm and value elfect phenomenon Both phenomenons can only be seen consistently and signidcantly in expansive monetary condition. The purpose of this research is to leam whether the same condition can be found in Indonesia, especially in the Jakarta Stock Exchange. Does monetary condition have any effect on small-Elm and value eEect ? In what kind of monetary condition that we can find small-Itirm and value eifect had significant value ? In addition we also learn about the relationship between stock return, price-to-book ratio, inn size and monetary condition The results show that only in expansive monetary condition small-5111 and value eH`ect had signiicant values. In that period, returns from ?value? and ?small- lirm? portfolios are significantly higher than returns from ?growth? and ?large-firm
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T5525
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pabunag, Maria Theresia Romeo
Abstrak :
Dana merupakan hal yang utama dalam rangka melaksanakan kegiatan investasi. Dana dapat berasal dari modal sendiri atau dari pinjaman. Namun dengan tersedianya dana tidak otomatis investasi dapat langsung dilakukan, karena sering ditemukan fakta bahwa investor mengalami kesulitan dalam menggunakan dana investasi yang dimilikinya atau diperolehnya dan salah satunya adalah mengenai pendistribusian dana investasi. Untuk masalah ini investor sering menghadapi dilema antara dua pilihan strategi, yaitu: Apakah pendistribusian dana tersebut lebih baik dilakukan sekaligus atau secara bertahap? Di dalam dunia investasi, dikenal 2 strategi untuk pendistribusian dana investasi, yaitu strategi pendistribusian dana secara sekaligus yang disebut lump-sum (LS) dan strategi distribusi dana secara bertahap yang disebut dollar-cost averaging (DCA). Penerapan kedua strategi ini akan memberi dampak signifikan atas return yang akan diperoleh dan risk yang harus dihadapi. Dari kedua strategi ini sering dipertanyakan: Strategi manakah yang dapat memberikan return yang paling maksimal? Untuk menjawab pertanyaan ini telah muncul berbagai studi dan penelitian yang membedah dan menyajikan perbandingan keunggulan dari penerapan kedua strategi ini. Banyak jumal ilmiah diterbitkan untuk melakukan pembuktian keunggulan salah satu dari kedua strategi ini. Beberapa karya akhir yang ditulis oleh mahasiswa MMUI sebelumnya juga telah menganisis keunggulan strategi LS dan DCA atas investasi dalam reksa dana saham dan reksa dana pendapatan tetap di Indonesia. Dalam karya akhir ini penulis mencoba melakukan perbandingan antara strategi LS dan DCA untuk investasi dalam saham di Indonesia. Fokus penelitian dalam karya akhir ini adalah untuk: 1. Mengetahui strategi distribusi dana inveslasi mana yang lebih unggul jika diaplikasikan dalam melakukan pembelian saham. 2. Mengetahui strategi distribusi dana investasi mana yang sesuai untuk sasaran investasi saham yang dipilih. 3. Mengetahui strategi distribusi dana investasi mana yang sesuai dengan sasaran investasi yang memiliki kinerja portofolio terbaik. 4. Menguji rumus dari Michael S. Rozeff tentang perbandingan keunggulan antara 2 strategi distribusi (LS dan DCA) dan mengetahui apakah rumus tersebut dapat diaplikasikan untuk menghasilkan return/wealth investasi yang maksimal. Adapun manfaat dari penulisan karya akhir adalah untuk memberikan gambaran kepada para investor mengenai penerapan strategi LS dan DCA untuk investasi dalam saham di Indonesia. Saham yang merijadi sasaran penelitian adalah saham PT. Indosat Tbk. (ISAT) dan saham PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dalam periode tahun 2001-2005. Adapun data yang digunakan adalah harga penutupan harian saham dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dari BEJ dan suku bunga Surat Berharga Indonesia (SBI). Penelitian ini menggunakan berbagai tools, meliputi antara lain tools untuk pengukuran kinerja portofolio investasi (Sharpe Ratio, Treynor's Measure, Jensen's Alpha, dan Information Ratio) dan rumus penghitungan terminal wealth, variance of terminal wealth, comparison of terminal wealth and variance of terminal wealth, dan equalization of return yang diajukan oleh Michael Rozeff dalam salah satu jumal ilmiahnya yang membahas tentang keunggulan salah satu strategi distribusi investasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa strategi LS dan DCA 4 bulan unggul dalam memberikan return yang maksimal (27.85% dan 20.29% untuk saham ISAT, 73.92% dan 24.46% untuk saham TLKM, 64.45% dan 47.02% untuk portofolio 2 saham). Hal ini juga secara tidak langsung menyatakan bahwa semakin lama rentang waktu penanaman dana investasi maka imbal hasil yang diperoleh akan lebih baik. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa rumus-rumus yang diajukan oleh Michael Rozeff ternyata tidak dapat digunakan untuk mencapai return yang maksimal antara kedua strategi, khususnya dalam penerapannya untuk investasi saham di Indonesia. Berdasarkan analisis tersebut maka disarankan bahwa untuk melakukan distribusi sebaiknya menggunakan strategi LS atau DCA dengan rentang waktu investasi yang panjang, dengan didasarkan pada pertimbangan bahwa waktu yang panjang diyakini cukup untuk mengumpulkan return selama pasar melakukan penyesuaian kondisi setelah melalui beberapa gejolak. Penerapan salah satu strategi tetap dibutuhkan kedisiplinan tinggi. Jika telah memilih satu strategi maka harus tetap digunakan selama satu investment horizon yang telah ditetapkan, misalnya 1 tahun. Juga disarankan untuk menerapkan strategi LS dan DCA 4 bulan atas saham atau portofolio saham berkinerja tinggi. Selain itu dalam melakukan penerapan salah satu strategi tidak diperlukan melakukan penyetaraan dana investasi yang telah ditetapkan, karena basil yang kelak diperoleh tidak akan maksimal.
Fund is an important element to execute investment activities. Source of fund can be self-funded or from loan-financing. However, well-prepared fund does not automatically smoothing the investment activities. Investors often face dilemma to decide how to distribute the fund: Should it better to invest the fund all at once or gradually? Investment fund distribution can be executed in 2 strategies, that are Lump-sum (LS) and Dollar-cost averaging (DCA). In LS investment fund is distributed all at once, while in DCA the fund is distributed gradually in fixed amount and fixed time intervals within one investment horizon. Applying one of the strategies will give significant impact in investment return, which gives the reason why they are often be the subject in lots of studies to find out which one is more superior. This thesis tries to find out which strategy is more superior, if applied in stock equities investment in Jakarta Stock Exchange (JSX) during year 2001-2005. This thesis also wants to give another perspective in the benefit of applying investment fund distribution strategy in stock equity investment, especially in Jakarta Stock Exchange. Besides using usual tools such as risk & return portfolio analysis and investment portfolio performance analysis, a set of investment performance tools specifically generated by Michael S. Rozeff to compare superiority between both strategies is also used. Equity stocks within the period of year 2001-2005 of PT. Indosat Tbk. (ISAT) and PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) become the subject of examination and analysis. Data used as raw material for calculation is the historical monthly closing price. Another data sources are the monthly closing price of JSX price index and Bank Indonesia monthly interest rate. All data are inputted into the calculation tools, and then results are being analyzed. Tests and analysis results show that LS and DCA 4 months are superior in giving maximum returns (27.85% and 20.29% on ISAT, 73.92% and 24.46% on TLKM, 64.45% and 47.02% on portfolio combination of both stocks). Results also give evident proof that long time intervals within one investment horizon in investing fund will give higher return. The portfolio performance test and analysis also shows that TLKM gives the highest performance. Results also shows that the performance tool set from Rozeff cannot be applied for fund distribution strategy for equity stock in Indonesia. Based on the conclusion, this thesis then recommends that long time intervals within one investment horizon in applying fund investment distribution strategy is suggested to achieve high return. LS and DCA 4 month strategies are recommended for equity stock that has high performance. Applying the fund investment distribution strategy needs military discipline to achieve desired return, and once a strategy is applied investor cannot move to another strategy in the middle of the investment horizon. Another recommendation is that to achieve maximum return, investment performance tools from Rozeff is not needed.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18584
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christanto Yanuar S.
Abstrak :
ABSTRAK
Suatu investasi selain mengharapkan return di masa mendatang juga melekat unsur resiko adanya ketidakpastian. Pada Capital Asset Pricing Model oleh Sharpe (I964), Linmer (1965) dan Black (1972), dinyatakan bahwa portfolio paw yang efisien membuktikan adanya penganih positif antara faktor excess market return (beta) terhadap rata-rata return saham. Banyak pcnclitian menantang argumen hanya beta yang merupakan premi resiko (risk premium) bagi return saham. Banz. (1981), Bhandari (1988), Basu (1983), dan Rosenberg, Reid, dan Lanstein (l985),Daniel dan Titman (1997), menemukan karakteristik perusahaan yaitu ukuran perusahaan, leverage, rasio earnings/price (E/P), dan rasio book-to-market equity memainkan peranan penting dalam return saham cross-sectional dibanding oleh premi resiko (riskpremium). Konsisten dengan ?resiko iilndamental? dari efek size dan BMME, FF(l993) mengembangkan 3 faktor asset pricing model yang menghubungkan rata-rata return ponofolio setelah dilcurangi tingkat bunga bebas resiko terhadap 3 faktor: i). excess market return, ii). size e@ect (SMB) dan iii). book-to-market eject (HMI). Hasil dari penclitian Fama dan French (1993) menunjukkan bahwa size dan BE/ME sesungguhnya proksi bagi sensitivitas faktor resiko dalam retum saham. Penclitian tzrhadap saham pemsahaan non-tinansial yang terdaiiar di Bursa Efek Jakarta periode 1998 - 2002 menunjukkan pada saham size kecil, model tign faktor Fame dan French lebih memiliki pengnruh signifiknn terhadap rata-rata return saham dibandingkan dengan variabel excess market return dalam model CAPM. Sedangkan sallam dengan size besar, model tiga faktor Fama dan French memillki pengaruh signitikan terhadap rata-rata return Saham dibandingkan dengan model CAPM. Pads saham size bcsar dan rasio PBV tinggi serta medium, model tiga fakior Fama dan French tidak mcmiliki pengamh signiflkan terhadap mta-rata return saham dibandingknn dengan model CAPM. Sehingga disimpulkan bahwa model tiga faktor Fama dan French hanya memiliki pengamh terhadap return portfolio saham dengan ukuran perusahaan besar dan memiliki rasio PBV lendah. Sedangkan model CAPM lebih memiliki pengnruh signiiikan pada retum portfolio saham dengan ukuran perusahaan bcsar dan memiki rasio PBV tinggi dan medium.
Investor will not ont) get expected return jbr their investment, but their investment will fbllow by uncertainty risk factor. CAPM by Sharpe (1964), Lintner (1965) dan Black (I 9 72) defined investor as risk-averter so their model stated in efficient market portfolio has a positive and significant relationsh¢ between beta (systematic risld and average return saham.
ABSTRACT
Much research argue that not only beta (risk premium) influence return saham. In US Stock exchange. Average cross section saham has a weak relationshhv with market bm Bw (1981), Bhandarf (1988), emu (1983), and Rosenberg Reza and Lanstein (1985) Daniel dan Tltrnan (I99D jbund thatfirm characteristics like size or market equity, leverage, E/P rattb and BME ratio have a significant role in average rerun saharn cross-sectional, than common jizctor risk pnemium. Consisterzt with jitrtdamental risk eject fiom ska and BE/AE, FF (1993) developed 3 factors as common factors in as-set pricing model: excess return market pargblia, book-to-market eject (SHE) whtbh is digenence between return big and small stocks poryblio and sake eject (HMI) which is dwzrence between return high and low PBVBE/ME stocks porg%lio. This model explain that size and BE/ME is the real proxy _kr risk factor in stock return. This research in nonfinancthlfirms continoue listed in Jakarta stock exchange from I 997-2002 is to _find out relationship between CAPM model and 3 factors FF with average stock return that qualified based on size and PBVrmio. Stocks with small sake has a significant relationship with 3 factors FF and have bigger contribution _/br average return than beta variabel in CAPM Only stocks with big size and low PBV ratio has a significant relationshqv with 3 factors FF and have bigger contribution for average retum than beta varlabel in CAPMBut stocks with big size and high and medium PBI? ratio has not significant relationshqu with 3 factors FF and have not contribution jbr average return than beta varzabel in C/IPM in szanmam 3 factor FF only has a sigzgficant relationshhz to portfolio stocks return with big she and low PB V ration. CAPM model has a signyicant nelationshzp to porthlio stocks return with big size and high and medium PBV ratzb.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T34450
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>