Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 81 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hasjuddin Hamka
Abstrak :
[ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji aplikasi strategi pembentukan portofolio saham berdasarkan model penilaian aset Fama-French three-factors, Carhart four-factors dan Fama-French five-factors yang didasarkan pada pertumbuhan Earning Per Share /EPS, Momentum dan pertumbuhan pendapatan dari saham LQ45. Setiap portofolio yang dibentuk selanjutnuya di-hold selama 1 bulan, 3 bulan dan 6 bulan dengan mencari strategi manakah yang memberikan abnormal return positif. Hasilnya diperoleh abnormal return positif dengan menggunakan EPS Growth dan Revenue Growth. Sedangkan berdasarkan momentum tidak diperoleh abnormal return yang positif.
ABSTRACT
The study aims to examine the application of stock portfolio construction strategies based on the asset valuation models Fama-French three-factors, Carhart four-factors and Fama-French five-factors focus on variables EPS growth, momentum and earnings growth of LQ45. Each constructed portfolio is held for 1 month, 3 months and 6 months to find strategy that produce a positive abnormal return. The result found positive abnormal return using EPS growth and revenue growth, while based on momentum is not obtained positive abnormal return., The study aims to examine the application of stock portfolio construction strategies based on the asset valuation models Fama-French three-factors, Carhart four-factors and Fama-French five-factors focus on variables EPS growth, momentum and earnings growth of LQ45. Each constructed portfolio is held for 1 month, 3 months and 6 months to find strategy that produce a positive abnormal return. The result found positive abnormal return using EPS growth and revenue growth, while based on momentum is not obtained positive abnormal return.]
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reivictoria Genia Putri
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat pengungkapan wajib dan sukarela segmen, serta pengaruh kualitas laba terhadap tingkat pengungkapan sukarela segmen, dengan menggunakan sampel sejumlah 141 perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan rentang waktu penelitian dari tahun 2012-2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan wajib segmen sebesar 56% dari yang diwajibkan oleh PSAK 5 revisi 2009. Sedangkan untuk tingkat pengungkapan sukarela segmen, yaitu sebesar 17.97%. Terkait dengan variabel kualitas laba dan tingkat pengungkapan sukarela segmen, penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas laba tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela segmen.
ABSTRACT
This study aims to analyze the level of mandatory and voluntary segment disclosure. This study also examines the impact of earnings quality on voluntary segment disclosure level using a sample of 141 companies listed on the Indonesia Stock Exchange and from 2012-2014. The result shows that mandatory segment disclosure level is 56% from the total items required in PSAK 5 (2009 Revision), while the voluntary segment disclosure level is 17.97%. Related to earnings quality and voluntary segment disclosure level, this study shows that earnings quality has no significant influence on voluntary segment disclosure level
2016
S64880
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Affie Sofyan Adibuddien
Abstrak :
Dalam konteks Pasar Efisisen, keberadaan informasi baru akan diantisipasi oleh investor dan diikuti oleh pergerakan harga saham. Segera setelah informasi baru tersebut tercermin dalam harga saham, pasar saham akan lebih efisien. Hipotesis Pasar Efisien (HPE) menurut penelitian Fama (1970), pergerakan harga bersifat random dan tidak bisa diperkirakan. Teori ini sangat berlawanan dengan hipotesis anomali pasar (Levy, 1996) yang menyatakan bahwa para investor dapat memiliki return abnormal. Salah satu contohnya adalah anomali musiman seperti day of the week effect atau pengaruh hari dalam setiap minggu terhadap imbal hasil saham. Rogalski (1984), dalam penelitiannya mencoba meneliti day of the week dengan mengelompokkannya ke dalam periode perdagangan (trading) dan non perdagangan (non trading) sedangkan D Keim (1983), menyatakan bahwa porsi January Effect (month of the year) terbesar terjadi pada lima hari pertama perdagangan pertama pada bulan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi bagaimana day of the week terjadi di Indonesia, terutama pada saat periode perdagangan dan non perdagangan dan menghubungkannya dengan month of the year effect dan lima hari pertama perdagangan pada bulan dengan rata-rata imbal hasil tertinggi (month of the year). Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapatnya efek hari dalam seminggu dan menemukan bahwa terdapat perbedaan volatilitas imbal hasil yang signifikan pada setiap periode yang di uji, terutama pada periode perdagangan dan non perdagangan serta dalam hubungannya dengan month of the year (desember) dan pada lima hari pertama perdagangan pada month of the year (desember) Keadaan hari dalam setiap minggu dapat digunakan sebagai pedoman bagi para investor untuk membangun strategi perdagangan. Strategi perdagangan ini dapat membawa keuntungan jika para investor dapat memutuskan kapan saat yang tepat untuk membeli, menahan atau menjual saham tersebut. In context of Efficient Market, existence of new information will be anticipated by the investors and followed by stock prices movement. As soon new information reflected on stock price, stock market become more efficient. Efficiency Market Hypothesis (EMH), papers by Fama (1970), assumes that movement of price is random and unpredictable. But this theory is contradictory with the hypothesis of market anomaly (Levy, 1996) which states that the investors have a chance to get an abnormal return. For an example is seasonal anomaly like day of the week effect toward stock returns. Rogalski (1984), in his paper examines day of the week over trading and nontrading periode. And Keim (1983), in his paper found that most of January Effect were happened in the first five trading days in month of January. This study purposely to identify how The Day of The Week happens in Indonesia, especially over Trading and Nontrading periode. This studydecomposes daily close to close return into Trading and Nontrading day returns and examine the relation with month of the year effect and at the first of five trading days in the month with the highest return (month of the year). Results of this study finds that the existence days of the week effect and documented that there is significantly different return over all periode that is being tested. Especially over trading periode and non trading periode and seeing their relation with month of the year effect and at the first five trading days at the month of the year. The Condition of Day of the Week could be use as a guide for investors to develop trading strategies. These trading strategies could earn profits if the investors choose the right decision to buy, hold, or sell the stock.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jefri Riyadi Kusuma
Abstrak :
Perusahaan mempunyai kecenderungan untuk menentukan pemilihan sumber pendanaan yaitu dengan internal equity. Apabila internal equity dianggap tidak mencukupi baru menggunakan external finance. Penggunaan external finance sendiri menggunakan hutang, dan apabila hutang tidak mencukupi baru kemudian perusahaan menggunakan external equity. Internal equity yang diperoleh dari laba ditahan merupakan sumber pendanaan yang lebih baik dibanding hutang karena tidak mempunyai risiko. Hutang merupakan sumber dana yang lebih baik dibandingkan penerbitan saham baru. Meskipun keduanya mempunyai risiko, tetapi risiko hutang lebih kecil dibandingkan dengan penerbitan saham baru. Apabila suatu investasi perusahaan tersebut sebagian besar didanai dari internal equity, maka akan mempengaruhi besarnya dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Semakin besar investasi yang dilakukan maka semakin berkurang dividen yang akan dibagikan. Sebaliknya bagi perusahaan yang cenderung menggunakan sumber dana dari luar untuk mendanai tambahan investasi akan membagikan dividen yang lebih besar. Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang. Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang mencapai keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang dan memaksimumkan harga saham perusahaan. Investment Opportunity Set (IOS) menguraikan pengertian perusahaan yaitu sebagai suatu kombinasi antara aktiva riil (asset in place) dan opsi investasi masa depan. Opsi investasi masa depan tidak hanya ditunjukkan dengan adanya proyek ? proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja namun juga kemampuan perusahaan dalam mengekploitasi kesempatan mengambil keuntungan dibanding dengan perusahaan sejenis dalam kelompok industrinya. Bentuk yang membedakan pilihan investasi atau pertumbuhan adalah nilai perusahaan itu tergantung pada kebebasan pemilihan pengeluaran yang ditentukan oleh manajer dimasa depan. Faktor utama yang menentukan IOS adalah faktor industri seperti rintangan untuk masuk dan daur hidup produk. Faktor tersebut memungkinkan perusahaan untuk membuat investasi yang dapat meningkatkan rintangan untuk masuk (substitusi modal untuk tenaga kerja yang merupakan hasil dari skala ekonomi). Peluang pertumbuhan tidak hanya diwujudkan dalam proyek baru yang didukung oleh penelitian dan aktivitas pengembangan yang luas, tetapi juga mempunyai pilihan yang lebih untuk melaksanakan proyek baru. Pada penelitian ini, perusahaan akan dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu: perusahaan yang tumbuh dan perusahaan yang tidak tumbuh. Dengan memperbandingkan dengan unsur-unsur realisasi pertumbuhan. Prediksi awal yang diajukan adalah proksi-proksi pembentuk IOS tidak memiliki korelasi terhadap unsur-unsur pertumbuhan perusahaan. Proses lebih lanjut yang dilakukan pada penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi perbedaan antara kebijakan pendanaan dan kebijakan dividen antara perusahaan tumbuh dan perusahaan yang tidak tumbuh. Prediksi awal yang diajukan yaitu: tidak ada perbedaan antara Perusahaan yang tumbuh dan perusahaan yang tidak tumbuh dalam melakukan kebijakan pendanaan, dan tidak ada perbedaan antara Perusahaan yang tumbuh dan perusahaan yang tidak tumbuh dalam melakukan kebijakan dividen. Pengelompokan perusahaan tumbuh dan tidak tumbuh berdasarkan hasil dari analisis faktor. Untuk menyelidiki korelasi antara proksi-proksi IOS dengan unsur-unsur realisasi pertumbuhan, peneliti menggunakan analisis korelasi dengan menggunakan metode Sperman Rank. Penelitian selanjutnya, untuk mengidentifikasi perbedaan antara kebijakan pendanaan dan kebijakan dividen antara perusahaan tumbuh dan perusahaan yang tidak tumbuh, peneliti menggunakan metode analisis ANCOVA. Dimana faktor utama A: Pertumbuhan perusahaan dengan IA1:"Perusahaan Tumbuh" dan IA2: "Perusahaan Tidak Tumbuh"; faktor utama B: "Kebijakan Pendanaan" dengan IB1:"Book debt equity (BDE)" dan IB2: "Market debt equity (MDE)" dan faktor utama C: "Kebijakan Dividen" dengan IC1:"Dividen Payout (DP)" dan IC2: ? Dividen yield (DY)?, serta unsur-unsur realisasi pertumbuhan sebagai kovariat. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa hubungan korelasi yang terjadi berupa korelasi positif dan negatif. Korelasi yang positif menunjukkan hubungan yang searah antara proksi-proksi IOS dengan realisasi pertumbuhan, dimana peningkatan atau pertambahan nilai tiap proksi IOS akan diikuti dengan peningkatan atau pertambahan nilai unsur-unsur realisasi pertumbuhan yang berkorelasi dengan proksi IOS. Korelasi yang negatif menunjukkan hubungan yang tidak searah antara proksi-proksi IOS dengan realisasi pertumbuhan, dimana peningkatan atau pertambahan nilai tiap proksi IOS akan diikuti dengan penurunan atau pengurangan nilai unsur-unsur realisasi pertumbuhan yang berkorelasi dengan proksi IOS. Hasil penelitian yang kedua, penelitian ini dapat membuktikan bahwa terdapat perbedaan mengenai kebijakan pendanaan antara perusahaan yang tumbuh dengan perusahaan yang tidak tumbuh. Kebijakan pendanaan yang melalui BDE lebih dominan pada perusahaan yang tumbuh (M=2,224) ketimbang pada perusahaan yang tidak tumbuh (M=2,147), sebaliknya kebijakan pendanaan yang melalui MDE lebih dominan pada perusahaan yang tidak tumbuh (M=2,500) ketimbang perusahaan yang tumbuh (M=2,150). Hasil penelitian ketiga, penelitian ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan mengenai kebijakan dividen antara perusahaan yang tumbuh dengan perusahaan yang tidak tumbuh. Kebijakan dividen antara perusahaan yang tumbuh dan tidak tumbuh tidak memiliki perbedaan pada kebijakan dividen yang melalui dividen yield (Mtumbuh = Mtidaktumbuh = 2,500) namun pada kebijakan dividen yang melalui dividen payout terdapat perbedaan rata-rata, dimana perusahaan yang tidak tumbuh memiliki kebijakan dividen payout yang lebih dominan (M = 2,147) ketimbang perusahaan yang tumbuh (M=2,049).
Each company tends to use internal equity as its financing source. If the internal equity wasn?t enough to finance its activities, company would use external finance such as debt as an alternative way of financing. If debt wasn?t enough to finance its activities, then the company has other alternative way to finance their activities such using external equity. Company obtain internal equity from its retained earning which is risk free and better to finance its activities than debt. Yet comparing to reissuing new shares, debt is better than reissuing new shares as a financing source. Even both debt and reissuing new shares are risky; the risk of debt is less than reissuing new shares. If company used its internal equity to finance almost all its activities, it would have an effect to the distribution of dividend to the stockholders. The bigger the investment, the lesser the dividend distributed to the stockholders. Thus, the company is funded by external resources such as debt, it would distribute bigger dividend to its stockholders. The dividend policy is a decision in using company?s profit whether to distribute it or to save it as retained earning and use it to invest in the future. Balancing the present dividend and future growth in order to maximizing company stock price is the optimum dividend policy. Investment Opportunity Sets (IOS) describes the company is as a combination of real assets (assets in place) and future investment option. Future investment option is not just shown by the projects which are supported by researches and development activities, but also by company capability to explore the opportunity in taking advantage comparing to others among the industries. Differentiations in investment option or growth depend on the freedom of company expenditure determined by the managers in the future. The main factor in determining IOS is industrial factors, such as entry barriers and product life cycle. This factor enables the company to make an investment which increases the level of entry barriers (capital substitution for human capital as a result of economic of scale). Growth opportunity in new projects is not only supported by sophisticated researches and development activities, but the more important is it also has more choices in doing the new project. These research classified companies into two groups, growth companies and un-growth companies by comparing the growth realization factors. First assumption was the forming proxies of IOS weren?t related to the growth factors of the companies. The next process in this research is identifying the differences between financing policies and dividend policies among growth companies and un-growth companies. The proposed early assumption is that there are no differences between growth and un-growth companies in implementing financing and dividend policies. Classification of growth and un-growth companies is a result of factor analysis. Rank Spearman method was used to investigate the correlation between proxies IOS and growth realization factors. For further analysis, ANCOVA analysis method was used to identify the differences among financing and dividend policies between growth and un-growth companies. This research used A as a main factor of growth which IA1: "Growth Company" and IA2: "Un-Growth Company"; B as a main factor of financing policy which IB1: "Book Debt Equity(BDE)" and IB2: "market Debt Equity (MDE)" and C as a main factor of dividend policy which IC1: "Dividend Payout (DP) and IC2: "Dividend Yield (DY)" and growth realization factors as covariant. Positive and negative correlation is the first result of the research. Positive correlation showed a direct relation between IOS proxies and growth realization, which the growth or additional value for each IOS proxy will be followed by growth or additional value of growth realization factors correlating with IOS proxy. Negative correlation showed a indirect relation between IOS proxies with growth realization, which the growth or additional value for each IOS proxy won?t be followed by growth or additional value of growth realization factors correlating with IOS proxy. The second result showed that there are differences in making financing policy between growth companies and un-growth companies. Financing policy with BDE is dominant to growth companies (M=2.224) compared to un-growth companies (M=2.147). On the contrary, the financing policy with MDE is dominant (M=2.500) to un-growth companies compared to growth companies (M=2.150). The third result is to prove if there were differences between growth and un-growth companies in dividend policy. Dividend policy for growth and ungrowth companies has no differences in using dividend yield (Mgrowth = M un-growth = 2.500) but it has differences in using dividend payout which un-growth companies i (M=2.049).
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T25755
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abdurrahman
Abstrak :
Penelitian kali ini menginvestigasi pengaruh kebijakan pengelolaan modal kerja terhadap profitabilitas dan nilai pasar sebuah perusahaan. Dengan menggunakan data panel untuk periode tahun 2008-2011, penulis akan mengevaluasi bagaimana pengaruh agresivitas kebijakan investasi dan pendanaan modal kerja terhadap return on assets dan Tobin?s q yang merupakan ukuran profitabilitas dan nilai pasar perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang menggunakan pendekatan konservatif dalam kebijakan investasi modal kerja memiliki tingkat profitabilitas, sedangkan kebijakan pendanaan yang konservatif nilai pasar ternyata lebih disukai oleh investor. Sementara kebijakan investasi modal kerja dinyatakan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai pasar perusahaan, sebagaimana kebijakan pendanaan modal kerja yang tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. ......The present study investigates the impact of working capital management policies to profitability and firm?s value. Using the panel data set for the period of 2008-2011, we will evaluate how aggressiveness of working capital investment and financing policy influence the the return on assets and Tobin's q which is the measurement of profitability and company's market value. The results show that companies using a conservative approach in working capital investment policy has a higher level of profitability, whereas a conservative financing policy was more favored by the investors. While the working capital investment policy doesn?t have a significant effect on the market value of the company, as well as working capital financing policy that has no significant effect on profitability.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S46872
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Prastowo
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S9768
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Irwan Setyawan
Abstrak :
Penelitian ini mengenai hubungan likuiditas dan return di pasar modal terus mengalami perkembangan sejak pertama kali dilakukan oleh Amihud dan Mendelson (1986) terutama dalam hal ukuran yang digunakan. Penelitian kali ini dilakukan untuk menguji persistensi ada tidaknyan premi likuiditas di Indonesia dengan mempelajari portofolio berdasarkan tiga ukuran likuiditas, yakni zeros, amihud dan FHT. Berdasarkan analisis yang dilakukan, peneliti menemukan bahwa permintaan premi likuiditas terjadi pada saat krisis finansial. Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa investor dalam mengkoreksi keputusan investasi mereka setiap enam minggu.
Research on the relationship of liquidity and return on capital markets has been developing since the first conducted by Amihud and Mendelson (1986), especially in terms of the measurement used. This study is conducted to examine the persistence liquidity premiums in Indonesia by studying a portfolio based on three measures of liquidity, zeros, Amihud, and FHT. Based on the analysis, found that the demand for liquidity premium exists on the financial crisis. In addition, it is also found that investorsadjust their investment decision in every six weeks.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S45717
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Katoppo, Intansari Abdams
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini ingin melihat seberapa jauh peristiwa peledakan bom yang merupakan risiko sosial politik berpengaruh pada abnormal return dan volume aktifitas perdagangan saham untuk saham-saham unggulan yang masuk dalam indeks LQ45 di BEJ. Dua tragedi besar yang gemanya menjadi sorotan dunia intemasional yaitu peristiwa peledakan born di gedung BEJ pada tangga113 September 2000_dan born Bali tanggal 12 Oktober 2002.

Untuk rnenguji pengaruh peristiwa-peristiwa tersebut pada abnormal return dan volume akti'fitas, maka digunakan metode event study. Metode ini juga dapat digunakan untuk menguji efisiensi pasar modal, yaitu mengukur besarnya darnpak suatu peristiwa dengan menilai kecepatan reaksi harga saham terhadap peristiwa yang bersangkutan. Semakin efisien suatu pasar modal, maka akan semakin cepat informasi diserap dan terefleksikan pada harga saham.

Hasil uji signifikansi abnormal return selama periode kejadian peristiwa peledakan born di gedung BEJ (t-10 hingga t+ 1 0) rnemperlihatkan adanya abnormal return yang signifikan bagi para pemegang saham untuk delapan hari bursa, yaitu t-10, t-2, t-1, tO t+1, t+2, dan t+8. Abnormal return pada saat tO merupakan abnormal return yang negatif. Sedangkan abnormal return pada t+2 merupakan abnormal return yang positif. Munculnya abnormal return negatif pada tO dan t+ 1 rnenunjuk:kan adanya respon negatif dari bahwa investor terhadap peristiwa peledakan born Gedung Bursa Efek Jakarta. Nilai Cumulative Average Abnormal Return (CAAR) ditemukan bernilai negatif sejak t-1 hingga t+ 10. hal ini mengindikasikan adanya penurunan laba dari saham-saham LQ45 dan penurunan tingkat kekayaan investor.

Rata-rata abnormal return antara sebelum dan setelah peristiwa peledakan born di gedung BEJ temyata ditemukan tidak ada perbedaan. Demikian pula halnya dengan total volume aktivitas, dimana hasil uji statistik terhadap rata-rata Trading Volume Analysis {TV A) sebelum dan rata-rata TV A sesudah rnenunjukkan tidak ada perbedaan TV A antara sebelum peristiwa peledakan dengan setelah peristiwa tersebut. Hal ini dapat disebabkan karena adanya kebijakan Bapepam dan BEJ untuk rnenutup perdagangan setelah peristiwa peledakan born BEJ sehingga investor tidak rnelakukan aksi jual yang berlebihan dalam mengantisipasi peristiwa tersebut.

Hasil uji signifikansi abnormal return selama periode kejadian peristiwapeledakan born di Bali rnenunjukkan adanya delapan hari bursa yang rnenghasilkan abnormal return yang signifikan bagi para pemegang saham, yaitu t-9, t-8, t-5, t-2, t-1, tO, t+1, dan t+4. Abnormal return pada tO rnerupakan abnormal return yang negatif, sedangkan hari setelah tO, yaitu t+ 1 dan t+4, rnerupakan abnormal return yang positif. Nilai CAAR adalah negatif sejak t-10 hingga t+4. Namun, kernudian terjadi peningkatan laba yang ditunjukkan oleh CAAR yang bernilai positif hingga t+ 10. Hal ini rnenunjukkan tidak ada pengaruh yang besar dari tragedi born Bali terhadap kinerja saham-saham LQ45.

Hasil uji statistik terhadap rata-rata abnormal return sebelum dan rata-rata abnormal return sesudah peristiwa peledakan born di Bali rnenunjukkan bahwa rata-rata abnormal return antara sebelum peristiwa peledakan adalah sama dengan setelah peristiwatersebut. Sedangkan hasil uji statistik terhadap rata-rata TV A sebelum dan rata-rata TV A sesudah peristiwa peledakan born di Bali rnenunjukkan tidak adanya perbedaan rata-rata TVA antara sebelum dengan setelah peristiwa tersebut. Hal ini dapat disebabkan karena selain pernerintah rnenghirnbau agar investor tetap tenang dan tidak meninggalkan Indonesia, pemerintah juga berkomitmen kuat untuk rnernberantas rnasalah terorisme tersebut.

Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa BEJ merupakan pasar modal tidak efisien bentuk setengah kuat. BEJ bukan merupakan pasar modal efisien karena investor mampu memperoleh abnormal return, dan merupakan pasar efisien bentuk setengah kuat karena adanya informasi publik yang mempengaruhi harga saham serta cepat direspon oleh investor.
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chika Fadlunissa Kastari
Abstrak :
PT. Bursa Efek Indonesia (PT.BEI) merupakan sebuah bursa efek dengan bentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT), namun PT.BEI memiliki beberapa karakter yang berbeda dengan karakter badan hukumnya, dimana karakter tersebut lebih mencerminkan PT. BEI sebagai sebuah organisasi yang berbasis keanggotaan dibandingkan sebagai PT yang seharusnya merupakan sebuah persekutuan modal. Adapun pengesahan Undang-Undang No. 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan membuka peluang demutualisasi bursa efek yang akan berimplikasi terhadap karakter dari PT. BEI. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bentuk badan hukum yang ideal serta meninjau implikasi demutualisasi bagi PT. BEI dengan mempelajari dan mengambil contoh best practice dari bursa efek di negara lain yang telah melakukan demutualisasi seperti Amerika Serikat, Belanda dan Hong Kong. Penelitian ini merupakan penelitian hukum doktrinal dengan tipologi penelitian eksplanatoris. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan dan diperkuat dengan wawancara. Hasil penelitian menghasilkan bahwa bentuk badan hukum yang lebih ideal dengan karakteristik PT.BEI saat ini adalah Perkumpulan Berbadan Hukum. Adapun penerapan demutualisasi pada PT.BEI dapat menimbulkan implikasi positif antara lain meningkatkan daya saing PT.BEI secara global, meningkatkan rasa memiliki dan kepedulian masyarakat terhadap pasar modal Indonesia, serta meningkatkan tata kelola perusahaan yang baik. Sementara implikasi negatif yang perlu menjadi perhatian adalah potensi benturan kepentingan dan potensi monopoli, untuk dapat meminimalisir potensi implikasi negatif tersebut dapat diterapkan beberapa solusi antara lain menyesuaikan beberapa peraturan pada PT.BEI, menetapkan batasan kepemilikan saham pada bursa efek, mendirikan bursa efek lain, serta menyesuaikan kewenangan SRO pada PT. BEI. ......Indonesia Stock Exchange (IDX) is a stock exchange with a legal entity in the form of a limited liability company. However, in carrying out its role as a stock exchange, IDX has several characteristics that differ from its legal entity, which more reflect IDX as a membership-based organization rather than a capital association. The enactment of Law No. 4 of 2023 about Strengthening the Financial Sector provides an opportunity for the demutualization of the stock exchange, which will have implications for the characteristics of IDX and impact the dynamics of the capital market in Indonesia. This study aims to examine the ideal legal form of legal entity for IDX according to its characteristics and review the implications of demutualization for IDX by studying and taking examples of best practices from stock exchanges in other countries that have demutualized such as United States, Netherlands, and Hong Kong. This research is a doctrinal legal research with an explanatory research typology, using secondary data obtained through literature studies which are further strengthened by interviews. The research findings indicate that the more ideal legal form for IDX with its current characteristics is a Legal Entity Association with its rights, position, and authority detailed in its Articles of Association. Regarding the implications of demutualization for IDX, it can have positive impacts such as increasing the global competitiveness of IDX, increasing public ownership and concern for the Indonesian capital market, and improving corporate governance. However, there are also negative impacts that need to be addressed, including potential conflicts of interest and monopolistic tendencies that may occur. There are several solutions to minimize these negative impacts, such as setting limits on stock ownership in the stock exchange, establishing stock exchanges, and adjusting the authority of the Self-Regulatory Organization (SRO) in IDX.
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Medy Affandy
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T27239
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>