Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Belgrade : Dopisna Delanska Univerza, 1977
331.026 ZAK
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Berdnt, Ronald M.
Canberra : Australian Institute of Aboriginal Studies, 1987
305.899 1 BER e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Massey, Doreen
London : Macmillan, 1995
331 MAS s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Alfanny
Abstrak :
ABSTRAK
Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi) merupakan salah satu dari sekian banyak serikat buruh yang ada di Indonesia pada masa Demokrasi Liberal (1950- 1959), Demokrasi Terpimpin (1959-1966) dan pada awal Orde Baru (1966-1973). Sarbumusi lahir di Pabrik Gula Tulangan, Sidoarjo, Jawa Timur pada tanggal 27 September 1955.

Sarekat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi) sebagai sebuah serikat buruh yang berafiliasi pada kelompok politik Islam, dalam hal ini Partai Nahdlatul Ulama (NU) dalam perkembangannya tidak hanya memperjuangkan kepentingan politik NU dalam sektor perburuhan, melainkan juga memperjuangkan aspirasi kaum buruh ketika berhadapan dengan Pemerintahan Orde Baru yang represif terhadap gerakan buruh.

Pada perkembangannya gerakan buruh Indonesia terpecah mengikuti afiliasi politiknya masing-masing. Pada awal pertumbuhannya Sarbumusi sebagai serikat buruh yang berafiliasi pada Partai NU disibukkan oleh persoalan konsolidasi dan eksistensi organisasi terutama demi mengimbangi pengaruh Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI), serikat buruh yang berafiliasi pada Partai Komunis Indonesia (PKI).

Keterkaitan serikat buruh dan politik pada satu sisi telah memberikan kontribusi yang berharga bagi penanaman ruh nasionalisme dalam masa Pergerakan Nasional. Namun di sisi lain nuansa politik yang kental dari serikat-serikat buruh telah menyebabkan perjuangan buruh tidak mencapai basil yang optimal terutama ketika berhadapan dengan pihak pengusaha dan pemerintah. Gerakan buruh tidak mampu bersatu dalam memperjuangkan aspirasinya, tapi terpecah belah oleh orientasi dan afiliasi politiknya masing-masing.

Sarbumusi bersama ormas-ormas NU lainnya mengambil peranan yang cukup besar dalam upaya membersihkan SOBSI pasca G.30 S PKI. Namun di sisi lain TNI AD yang menjadi Ujung tombak dalam operasi pembersihan sisa-sisa PKI telah bertindak sewenangwenang dengan melakukan penangkapan buruh-buruh yang bukan anggota SOBSI.

Sarbumusi mengkritisi Orde Baru yang masih mempertahankan perilaku usang Rejim Orde Lama di bidang perburuhan. Sarbumusi dengan tegas menolak pemecatan massal yang dilakukan oleh beberapa perusahaan negara dan menyatakan bahwa tindakan pemecatan massal merupakan tindakan yang menguntungkan PKI. Sarbumusi juga menuntut pencabutan larangan mogok, sebuah peraturan Rejim Orde Lama yang coba dipertahankan oleh Orde Baru.

Namun menjelang Pemilu 1971, Orde Baru bertekad memenangkan pemilu dengan melemahkan kekuatan masyarakat, yang salah satunya adalah gerakan buruh dengan Sarbumusi sebagai serikat buruh terbesar yang menginduk pada Partai NU yang juga menjadi pesaing utama Golkar, mesin politik Orde Baru, pada Pemilu 1971.

Pemerintah Orde Baru kemudian melakukan proses penataan ulang gerakan buruh Indonesia dengan tiga kebijakannya yang kemudian mendapat penentangan keras dari Sarbumusi. Pertama, kebijakan tentang intervensi asing dalam urusan perburuhan domestik yang dimonopoli hak perantaranya oleh Sekber Golkar. Kedua, tentang rencana pembentukan Korps Karyawan (Kokar) dan yang dilanjutkan dengan ketentuan monoloyalitas pegawai negeri. Ketiga, adalah kebijakan penyatuan kaurn buruh dalam sebuah wadah tunggal. Pasca Pemilu 1971, Pemerintah Orde Baru yang semakin bertambah kuat memprakarsai pembentukan Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI) setelah serangkaian pertemuan di kantor Bakin. Setelah FBSI berdiri, serikat-serikat buruh yang lama tidak dibubarkan secara resmi oleh pemerintah, namun pemerintah menempuh cara lain untuk membubarkan serikatserikat buruh lama yaitu dengan memberikan hak monopoli pembuatan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dalam sebuah perusahaan kepada FBSI.

Kegagalan Sarbumusi dalam menolak kehendak Orde Barn, terutama dalam menolak kebijakan pembentukan Kokar dan monoloyalitas serta pembentukan FBSI disebabkan kepentingan Orde Baru lemahnya posisi NU, induk Sarbumusi, pasca Pemilu 1971. Setelah Golkar memastikan kemenangan telak dalam Pemilu 1971 dan NU hanya mampu meraih urutan kedua, maka posisi tawar Sarbumusi pun kian melemah. Sebagai akibat sikap kritisnya sebelum Pemilu 1971, Sarbumusi mengalami represi oleh Orde Baru dan dipaksa untuk melebur dalam FBSI.
2001
S12160
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Suwasono
Abstrak :
Lahirnya SBII (Sarekat Buruh Islam Indonesia) berawal dari keinginan Partai Masyumi untuk memperkuat basis massanya dari kalangan buruh terutama yang beragama Islam. Sebelum mendirikan SBII, Partai Masyumi telah mendirikan dua anak organisasi Iainnya yaitu STII (Sarekat Tani Islam Indonesia) dan SDII (Sarekat Dagang Islam Indonesia). Keberadaan SBII menjadi semakin penting bagi Partai Masyumi terutama setelah pemilu tahun 1955. Pada pemiiu pertama tersebut realitas di lapangan menunjukkan hal yang sangat ironi dimana sebagian besar kaum buruh ternyata dikuasai oleh SOBSI (Sarekat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia) sebuah anak organisasi PKI (Partai Komunis Indonesia) yang merupakan lawan utama Masyumi. Masyumi dan SBII berpendapat SOBSI hanya memperalat kaum buruh sebagai alat politik semata tapi tidak berupaya untuk meningkatkan kesejahteraannya. Pada kurun waktu 1947 - 1953 ketika SBII dipimpin oleh Mr. Daljono SBII lebih terfokus pada pembenahan organisasi, tapi hal itu tidak berarti SBII meninggalkan fungsi utamanya sebagai alat perjuangan kaum buruh. Pada tahun waktu ini tercatat SBII melakukan beberapa demonstrasi menuntut perbaikan nasib kaum buruh. Langkah kontroversial yang ditempuh SBII pada masa kepemimpinan Mr. Daljono adalah menyetujui peraturan pemerintah mengenai larangan pemogokan pada perusahaan vital. Keputusan SBII tersebut telah dikecam berbagai pihak terutarna SOBSI yang secara terang-terangan menuduh SBII sebagai sarekat buruh yang memihak para majikan. Pengganti Mr. Daljono adalah Jusuf Wibisono yang memimpin SBII tahun 1953 - 1960 pada masa kepemimpinan Jusuf Wibisono permasalahan SBII menjadi semakin kompleks selain berupaya terus memperjuangkan peningkatan kesejahteraan kaum buruh. SBII juga mendapat tekanan terutama dari TNI. Di daerah Sumatra Barat dan Yogyakarta banyak anggota SBII yang ditangkap karena dituduh bersama Masyumi ikut mendalangi pemberontakan PRRI Permesta. Seiring merebaknya isu akan dibubarkannya Partai Masyumi oleh Presiden Sukarno, SBII berusaha untuk keluar dari Partai Masyumi dan menjadi Sarekat Buruh yang mandiri. Perjuangan ini berhasil, ketika Partai Masyumi dibubarkan oleh pemerintah pada tahun 1960 SBII tidak dibubarkan. SBII kemudian bergabung dengan Front Nasional bentukan Sukarno dan namanya berubah menjadi Gasbiindo (Gabungan Sarekat Buruh Islam Indonesia).
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S12743
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marliasni Yuniar
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai profil buruh Gudang Garam dan persaingan Gudang Garam dengan pabrik rokok lainnya. Diawali dengan menjelaskan asal usul rokok kretek di Jawa dan menunjukkan Kediri sebagai produsen rokok kretek di Jawa Timur yang mengalami perkembangan dengan munculnya pabrik-pabrik rokok. Salah satunya adalah Gudang Garam yang menjadi perusahaan rokok kretek terbesar. Kehadiran Gudang Garam pada tahun 1958-1967 merupakan awal perkembangan pabrik rokok tersebut, dilanjutkan dengan kondisi Gudang Garam dengan sistem kekeluargaannya dalam menghadapi persaingan pada tahun 1967-1980.

Pembahasan mengenai buruh Gudang Garam terdapat di bab ketiga dengan melukiskan latar belakang sosial ekonomi masyarakat Kediri sehingga mereka memasuki pabrik-pabrik. Dijelaskan pula syarat-syarat yang dibutuhkan untuk menjadi buruh kretek dan cara perekrutan buruh. Pada bab ini juga memperlihatkan usia tenaga kerja, tingkat pendidikan, status pernikahan, dan motivasi kerja mereka. Melukiskan kondisi kerja yang dihadapi buruh, sistem pengupahan, jam kerja dan fasilitas yang diperoleh bunuh serta seriat buruh yang menaungi mereka.

Pasang surut perkembangan Gudang Garam pada tahun 1980-1988 juga dibahas dalam skripsi yaitu pada bab keempat. Pada tahun 1980-1983 Gudang Garam berhasil mengejar ketertinggalannya dengan pabrik lain dengan mulai melakukan mekanisasi dalam proses produksi. Bab ini juga memperlihatkan masa krisis Gudang Garam, sebab-sebab terjadinya krisis tersebut dan langkah-langkah yang dilakukan Gudang Garam pada akhir 1985 untuk mengatasi permasalahannya serta kondisi Gudang Garam setelah mengalami krisis tersebut sampai tahun 1988.
2001
S12436
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arnold, Hein Ludwig
Munchen : Edition Text und Kritik,, 1977
JER 830 ARN h (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Elly Kuntjorowati
Abstrak :
ABSTRAK
Didorong oleh rasa tertarik akan adanya organisasi_-organisasi buruh yang muncul di Jawa sejak awal abad dua nuluh, penulis telah memutuskan untuk menyajikan skripsi yang berjudul Pembatalan Rencana Pemogokan Personeel Pa_briek Bond tahun 1920.

Selain dorongan tersebut, ada faktor lain yang me_nyebabkan penulis memilih judul ini. Penulis merasa terta_rik akan perjuangan kaum buruh waktu itu dalam melawan kapitalisrne dan imperialisme Belanda. Dalam hal ini perjuang_an mereka sejalan dengan perjuangan nasional bangsa Indone_sia dalam menentang imperialisme Belanda untuk mencapai In_donesia merdeka.

Kecuali itu penulis sangat tertarik kepada cara-ca_ra kaum komunis yang dipimpin oleh Semaoen di dalam usaha_nya untuk menguasai kaum buruh dengan mendiskriditkan golongan lain, khususnya golongan Sarekat Islam yang dalam gerakan buruh dipimpin Soerjopranoto.

Agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai judul tersebut, maka dirasa perlu untuk memberikan beberapa penjelasan. Karena skripsi ini membahas mengenai organisasi.
1984
S12302
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idha Ferdani Scorvita
Abstrak :
Di Jepang, seperti juga di negara lain, terdapat beberapa kaum minoritas, antara lain : suku Ainu, Burakumin, China dan Korea. Orang-orang Korea yang berada di Jepang pada masa sekarang berjumlah sekitar 700.000 orang . Orang-orang ini merupakan generasi kedua, ketiga bahkan keempat dari nenek moyang mereka yang pertama kali datang sebelum Perang Dunia I. Mereka bermigrasi antara tahun 1910 hingga 1945, yaitu setelah aneksasi Korea oleh Jepang. Pada masa itu kebanyakan dari mereka bekerja sebagai buruh harian, pekerja pabrik atau pekerja konstruksi. Sebagian besar dan mereka buta huruf sehingga dalam mencari pekerjaan pun, pekerjaan-_pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian khusus. Generasi orang Korea yang ada sekarang tidak memiliki kesulitan dalam berbicara, membaca dan menulis dalam bahasa Jepang. Status mereka pada masa sekarang ada yang menjadi penduduk tetap dan ada yang menjadi warga negara Jepang melalui naturalisasi, ada juga yang menjadi penduduk khusus yang hams memperpanjang statusnya setiap 3 tahun sekali. Mayoritas dari orang-orang Korea bersekolah di sekolah Jepang, walaupun ada juga sekolah etnik Korea yang berafiliasi dengan Korea Selatan dan Korea Utara. Untuk masalah pekerjaan, banyak dari mereka yang memiliki usaha sendiri, ada juga yang bekerja di perusahaan atau organisasi Jepang, ataupun perusahaan atau organisasi Korea. Pada masa sekarang mereka dapat menjadi pegawai negeri, tetapi tidak semua jabatan dan posisi dapat mereka peroleh. Untuk jabatan yang berhubungan dengan kehendak rakyat dan pengambilan keputusan, mereka belum bisa mendapatkannya. Hingga saat sekarang masih banyak orang Korea yang mengalami kesulitan dalam hal pendidikan dan pekerjaan karena statusnya yang bukan warga negara Jepang. Walaupun demikian mereka sudah mulai dapat beradaptasi dengan kondisi yang ada dan mulai dapat diterima oleh orang Jepang.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S13658
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Retno Onengan
Abstrak :
Skripsi ini membicarakan kondisi sosial ekonomi dan sosial budaya komunitas Magribi di Prancis. Komunitas Magribi di prancis adalah sebuah komunitas yang cukup signifikan. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti, catatan historis kedatangan mereka berbeda dari kelompok pendatang lain, perbedaan budaya antara orang Magribi dan orang Prancis yang cukup signifikan, dan jika dilihat dari segi jumlah, populasi Magribi di Prancis saat ini cukup besar.Itulah beberapa faktor yang membuat komunitas Magribi menarik untuk diteliti. Penelitian tentang kondisi komunitas Magribi di Prancis pada dekade 80-an yang telah dilakukan sebelumnya menyatakan bahwa meskipun mereka telah lama hadir dan menjadi bagian dari masyarakat Prancis kondisi sosial masyarakat Magribi belum banyak berubah sejak mereka pertama kali datang dan tetap berada pada tingkat sosial terendah jika dibandingkan dengan masyarakat Prancis.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S14284
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>