Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marinus Martin Dwiantoro
Abstrak :
Denial of Service adalah salah satu serangan siber yang dapat mengakibatkan gangguan layanan dan kerugian finansial. Akibat dari serangan DoS tentunya akan memberikan dampak buruk dan sangat merugikan. Untuk dapat menanggulangi dan meminimalisir dampak serangan DoS, dirancanglah sebuah sistem deteksi serangan DoS dan klasifikasi serangan yang terjadi menggunakan machine learning. Pada penelitian ini, akan dilakukan perancangan sistem deteksi serangan DOS melalui pengumpulan traffic data yang dikumpulkan oleh Wireshark dan dikonversi menggunakan CICFlowMeter. Serangan DoS dilancarkan oleh GoldenEye, HULK, dan SlowHTTPTest. Pengklasifikasian diterapkan pada salah satu dataset pada CICIDS2017, menggunakan algoritma Random Forest, AdaBoost, dan Multi-layer Perceptron. Hasil akurasi klasifikasi tertinggi adalah Random Forest sebesar 99,68%, hasil rata-rata Cross-Validation tertinggi juga dipegang oleh Random Forest sebesar 99,67%, dan untuk perbandingan performa antara hasil algoritma yang dilakukan oleh penulis dan paper konferensi DDOS Attack Identification using Machine Learning Techniques yang menjadi acuan, hasil yang paling mendekati adalah Random Forest dengan besar yang sama. ......Denial of Service is a cyberattack that can result in service disruption and financial loss. The consequences of a DoS attack will certainly have a bad and very detrimental impact. To be able to overcome and minimize the impact of DoS attacks, a DoS attack detection system and classification of attacks that occur using machine learning was designed. In this research, a DOS attack detection system will be designed by collecting traffic data collected by Wireshark and converted using CICFlowMeter. DoS attacks were launched by GoldenEye, HULK, and SlowHTTPTest. Classification was applied to one of the datasets in CICIDS2017, using the Random Forest, AdaBoost, and Multi-layer Perceptron algorithms. The highest classification accuracy result is Random Forest at 99.68%, the highest average Cross-Validation result is also held by Random Forest at 99.67%, and for performance comparison between the algorithm results carried out by the author and the conference paper DDOS Attack Identification using Machine Learning Techniques are the reference, the closest result is Random Forest with the same size.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Wafiyulloh
Abstrak :
Serangan jaringan semakin beragam seiring berkembangnya internet. Dalam menghadapi serangan-serangan tersebut, diperlukan juga pengembangan sistem keamanan internet terhadap pengguna salah satunya adalah IDS. Intrusion detection system (IDS) merupakan sistem keamanan dalam mengawasi aktivitas jaringan yang berbahaya bagi pengguna. Metode yang umum digunakan yaitu signature-based IDS. Signature-based IDS menggunakan daftar serangan siber yang diketahui dalam menentukan jaringan berbahaya atau normal. Akan tetapi, IDS hanya mengetahui serangan yang diketahui saja dan membutuhkan input secara manual untuk mengubah daftar serangan sehingga tidak efektif dalam mengatasi serangan yang tidak ketahui. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus pada pengembangan IDS dengan pendekatan machine learning menggunakan model autoencoder untuk reduksi dimensi dan pengaruhnya terhadap model IDS. Autoencoder yang digunakan pada penelitian ini terdapat 2 model yaitu non-symmetric deep autoencoder (NDAE) dan modifikasi dari NDAE menggunakan metode variational autoencoder (VAE) yang disebut sebagai V-NDAE, serta model PCA. Modifikasi NDAE bertujuan untuk mengambil informasi penting dengan menggunakan distribusi probabilistik sehingga menjadi data yang berkualitas untuk pelatihan model IDS. Pengujian reduksi dimensi dari model-model ini dilakukan dengan melatih model IDS yaitu model random forest. Penelitian ini dilakukan pada 2 dataset yang berbeda yaitu dataset CICIDS2017 dan dataset dari simulasi serangan jaringan. Metrik yang digunakan adalah metrik accuracy, precision, recall, F-1 score, ROC curve. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan terhadap dataset CICIDS2017, model NDAE memiliki nilai rata-rata akurasi validasi sebesar 90.85% sehingga memiliki nilai yang lebih besar daripada model V-NDAE yang memiliki nilai rata-rata akurasi validasi sebesar 87.65%. Pelatihan model NDAE menggunakan hyperparameter yang paling optimal yaitu dengan optimizer RMSProp dan batch size sebesar 128. Pada pengujian terhadap dataset dari simulasi serangan jaringan, model NDAE memiliki performa yang lebih baik daripada model V-NDAE dan model PCA. Model NDAE memiliki nilai rata-rata akurasi validasi sebesar 94.66% dan model V-NDAE memiliki nilai rata-rata akurasi validasi sebesar 66.32%. Pelatihan model NDAE menggunakan hyperparameter yang paling optimal yaitu dengan optimizer Adam dan batch size sebesar 32. ......The variety of network attacks increases as the internet evolves. In dealing with these attacks, the development of an internet security system for users is necessary, one of which is IDS. An intrusion detection system (IDS) is a security system designed to monitor network activity that is dangerous for users. The commonly used method is signature-based IDS. Signature-based IDS uses a signature database of known cyber attacks to determine whether a network is dangerous or normal. However, this IDS only recognizes known attacks and requires manual input to change the signature database of attacks, making it ineffective in dealing with unknown attacks. Therefore, this research focuses on developing an IDS using a machine learning approach, specifically using an autoencoder model for dimensionality reduction and its impact on the IDS model. The models used in this research consists of a non-symmetric deep autoencoder (NDAE), modification of NDAE using the variational autoencoder (VAE) method, and PCA model. The modified NDAE can capture important information from the latent distribution, which helps stabilize the training of the model. Dimensionality reduction testing for both models is performed by training an IDS model, specifically a random forest model. This research is conducted on two different datasets: the CICIDS2017 dataset and a dataset from network attack simulations. The evaluation metrics used are accuracy, precision, recall, F-1 score, and ROC curve. Based on the testing performed on the CICIDS2017 dataset, the NDAE model achieves an average validation accuracy of 90.85%, which is higher than the average validation accuracy of 87.65% for the V-NDAE model and PCA model. The NDAE model's training is done using the most optimal hyperparameters, specifically the RMSProp optimizer and a batch size of 128. In the testing on the dataset from network attack simulations, the NDAE model outperforms the V-NDAE model and PCA model. The NDAE model achieves an average validation accuracy of 94.66%, while the V-NDAE model achieves an average validation accuracy of 66.32%. The NDAE model's training is done using the most optimal hyperparameters, specifically the Adam optimizer and a batch size of 32.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library