Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kade Yudi Saspriyana
Abstrak :
Tesis ini membahas manfaat pelatihan navigasi kamera laparoskopi di kotak pelvik dalam meningkatkan keterampilan navigasi kamera laparoskopi peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) 1 Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Juga untuk mengetahui hubungan faktor umur, jenis kelamin, minat, pendidikan, pengalaman, dan pengetahuan laparoskopi sebelum pelatihan terhadap perubahan keterampilan navigasi kamera laparoskopi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental (pre-post interventional study). Jumlah subyek 23 orang, intervensi berupa pelatihan navigasi kamera laparoskopi menggunakan kotak pelvik. Penilaian dikerjakan sebelum pelatihan, 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu setelah pelatihan dengan menggunakan Objective Structured Assessment Of Camera Navigation Skills (OSA CNS) oleh dua orang Konsultan. Analisis data menggunakan perbandingan rerata 2 kelompok berpasangan, yaitu: paired-T test. Hasil penelitian: terdapat perubahan skor OSA CNS sebelum dan setelah penelitian yang bermakna secara statistik, di mana penilaian 3 minggu setelah pelatihan menunjukkan perubahan terbesar. Analisis lebih lanjut didapatkan bahwa jenis kelamin perempuan dan pengalaman merupakan faktor yang berhubungan dengan perubahan keterampilan navigasi kamera laparoskopi setelah pelatihan. Kata kunci: kamera laparoskopi; keterampilan navigasi; OSA CNS; pelatihan
This research objective were to know benefits of laparoscopic camera navigation training in the pelvic box in improving laparoscopic camera navigation skills of participants in the Obstetric and Gynaecology recidency program Faculty of Medicine Universitas Indonesia. Other objective was to find out the relationship between age, sex, interests, education, experience, and laparoscopic knowledge before training on changes in laparoscopic camera navigation skills. This research was experimental study (pre-post interventional study). The number of subjects was 23 samples, the intervention was camera navigation training in the pelvic box. Assesment was carried out before training, 1 week, 2 week, 3 week after traing used Objective structured assessment of camera navigation skills (OSA CNS) by two consultants. Data analysis used mean comparison of 2 pair groups: paired-T test. Results: there was statistically significant different OSA CNS score before and after training, where asessment 3 weeks after training showed the greatest change. Further analysis revealed female gender and low experience were related to changes in laparoscopic camera navigation skills after training. Keywords: laparoscopy camera; navigation skill; OSA CNS; training
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58690
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaenab
Abstrak :
Infeksi sistem saraf pusat diantaranya dapat disebabkan oleh S. pneumoniae dan S. agalactiae. Serotipe dari kedua bakteri tersebut dibedakan berdasarkan kapsul polisakaridanya yang merupakan faktor virulensi dominan ketika menginfeksi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis spesifisitas dan sensitivitas antibodi poliklonal anti-vaksin konjugat pneumokokus 13-valen (PCV13) terhadap kapsul polisakarida S. pneumoniae dan S. agalactiae untuk pengembangan uji immunodiagnostik pada infeksi sistem saraf pusat. Pada penelitian ini dilakukan produksi antibodi poliklonal anti-kapsul PCV13 pada kelinci, isolasi kapsul polisakarida dari S. pneumoniae serotipe 6B dan 19F isolat Indonesia juga S. agalactiae serotipe II untuk melihat reaksi silang antar spesies. Metode indirect ELISA, multipleks PCR, purifikasi kapsul, dan western blot dilakukan dalam penelitian ini. Antibodi anti-kapsul PCV13 antara kelompok kontrol dan uji memiliki perbedaan bermakna terhadap kapsul polisakarida S. pneumoniae serotipe 6B dan 19F. Sensitivitas tertinggi antara kapsul S. pneumoniae standar dan hasil isolasi yaitu pada serotipe 6B sebesar 88% dengan spesifisitas 67%. Namun, S.agalactiae menunjukkan nilai spesifisitas yang cukup tinggi juga dengan S.pneumoniae 6B sebesar 80%. Hal tersebut dikonfirmasi juga berdasarkan hasil western blot yang menunjukkan adanya pita pada tiga kapsul polisakarida hasil isolasi tersebut. Sehingga hasil penelitian menunjukkan adanya reaksi silang pada antibodi poliklonal anti-PCV13 terhadap S. agalactiae serotipe II. ......Central nervous system infections can be caused by S. pneumoniae and S.agalactiae. The serotypes of the two bacteria are differentiated based on their polysaccharide capsule which is the dominant virulence factor when infecting. This study aims to analyze the specificity and sensitivity of the anti-capsule polyclonal antibody of the 13-valent pneumococcal conjugate vaccine (PCV13) against the polysaccharide capsules of S.pneumoniae and S.agalactiae for the development of an immunodiagnostic test in central nervous system infections. In this research, the production of anti-PCV13 polyclonal antibodies was carried out in rabbits, isolation of polysaccharide capsules from Indonesian isolates S. pneumoniae serotypes 6B and 19F, and S. agalactiae serotype II to observe cross-reactions between species. Indirect ELISA, capsule purification, and western blot methods were performed in this study. The anti-capsule PCV13 antibodies between control and test groups had significant differences against polysaccharide capsules of S. pneumoniae serotypes 6B and 19F. The highest sensitivity between standard S. pneumoniae capsule and isolated results was serotype 6B of 88% with a specificity of 67%. However, S.agalactiae also showed a high specificity value with S.pneumoniae 6B of 80%. So the results of the study showed that there was a cross-reaction of the anti-PCV13 polyclonal antibody against S.agalactiae serotype II.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Audria Graciela
Abstrak :
Latar Belakang: Tumor sistem saraf pusat (SSP) merupakan salah satu penyebab utama morbiditas di seluruh dunia yang menyebabkan disabilitas dan penurunan kualitas hidup. Tumor SSP menyebabkan defisit neurologis dan berisiko terjadinya kaheksia. Kaheksia dihubungkan dengan penurunan respons pengobatan dan penurunan kesintasan. Peradangan sistemik merupakan ciri khas kaheksia. Rasio neutrofil limfosit (RNL) merupakan penanda inflamasi sistemik yang mudah dan rutin diperiksa dengan harga yang tidak mahal. Belum diketahui hubungan antara RNL dengan kejadian kaheksia pada tumor SSP. Metode: Studi potong lintang ini dilakukan pada subjek berusia 18–65 tahun di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, yang dirawat dengan diagnosis tumor SSP pada bulan November hingga Desember 2023. Nilai RNL diambil dari pemeriksaan darah perifer lengkap dan dilakukan penegakan diagnosis kaheksia berdasarkan kriteria Evans. Dilakukan analisis hubungan RNL dengan kejadian kaheksia. Hasil: Terdapat 50 subjek dengan diagnosis tumor SSP. Median RNL adalah 4,13 (1,26; 23,22). Nilai RNL secara signifikan lebih tinggi pada kelompok subjek yang mengalami kaheksia (median RNL 7,19 (1,26; 23,22)) dibandingkan tanpa kaheksia (median RNL 3,10 (1,40; 8,48)) (p<0,001). Simpulan: RNL berhubungan dengan kejadian kaheksia pada tumor SSP. Subjek yang mengalami kaheksia memiliki RNL yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak kaheksia. ......Background: Central nervous system (CNS) tumors are one of the leading causes of morbidity worldwide, causing disability and decreased quality of life. Central nervous system tumors cause neurological deficits and are at risk of developing cachexia. Cachexia is associated with decreased treatment response and reduced survival. Systemic inflammation is the hallmark of cachexia. Neutrophil lymphocyte ratio (NLR) is a systemic inflammation that included in routine laboratory examination and inexpensive. The association between NLR and the incidence of cachexia in CNS tumors remain unknown. Methods: This cross-sectional study was conducted on subjects aged 18–65 years old at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, who were admitted with CNS tumor diagnosis from November to December 2023. The NLR value was taken from the complete peripheral blood examination and the diagnosis of cachexia was based on Evans criteria. The relationship between NLR and the incidence of cachexia was analyzed. Results: There were 50 subjects with CNS tumor diagnosis. The median NLR was 4,13 (1,26; 23,22). The mean NLR was significantly higher in the group of subjects with cachexia (median NLR 7,19 (1,26; 23,22)) than without cachexia (median NLR 3,10 (1,40; 8,48)) (p<0,001). Conclusion: NLR is associated with the incidence of cachexia in CNS tumors. Subjects with cachexia had higher NLR compared to those withoit cachexia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Hanifa
Abstrak :
Latar Belakang: Diperkirakan 20-40% pasien kanker mengalami metastasis ke sistem saraf pusat (SSP). Kondisi inflamasi sistemik pada kanker yang dimediasi sitokin berkaitan dengan penurunan massa otot. Pada kondisi inflamasi, sel hepatosit terstimulasi untuk memproduksi protein fase akut c-reative protein (CRP). Kadar CRP di sirkulasi mengalami peningkatan pada lebih dari 50% pasien keganasan. CRP diperkirakan berhubungan dengan penurunan massa otot dan menjadi prediktor dini dalam kehilangan jaringan lean. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kadar CRP dengan indeks massa otot skeletal (skeletal muscle mass index, SMI) pada pasien metastasis SSP. Metode: Penelitian ini adalah studi potong lintang pada pasien kanker dengan metastasis SSP di RSCM. Karakteristik subjek berupa usia, jenis kelamin, tipe metastasis, lokasi tumor primer, defisit neurologis, status performa Karnofsky, penyakit komorbid, penyakit infeksi, terapi glukokortikoid, sedang menjalani kemoterapi, radioterapi, dan tindakan bedah, indeks massa tubuh (IMT), status gizi berdasarkan IMT dan kriteria ASPEN, asupan energi, asupan protein, kadar CRP, dan nilai SMI. Dilakukan analisis hubungan kadar CRP dengan SMI. Hasil: Terdapat 57 pasien yang mengalami metastasis SSP. Mayoritas subjek perempuan (56,1%). Median usia 47 tahun. Lokasi metastasis lebih banyak ditemukan di otak (56,1%), tipe metastasis berdasarkan lokasi susunan saraf terbanyak adalah sinkronus (86%), seluruh subjek merupakan oligometastasis, dan lokasi tumor primer mayoritas berasal dari nasofaring (17,5%), payudara (15,8%), dan paru (14%). Defisit neurologis terbanyak yaitu nyeri kanker (68,4%), nyeri kepala (56,1%), dan kelemahan anggota gerak (43,9%). Kelemahan anggota gerak mayoritas hemiparesis (22,8%). Sebagian besar status performa Karnofsky pasien terganggu sedang (45,6%), 63,2% subjek tidak memiliki penyakit komorbid, 68,4% tidak memiliki penyakit infeksi, 52,6% tidak dalam terapi glukokortikoid, 75,4% subjek tidak sedang menjalani kemoterapi, masing-masing 1,8% subjek sedang menjalani radioterapi dan tindakan bedah. Rerata IMT estimasi 21,28 kg/m2 dan mayoritas status gizi berdasarkan IMT estimasi adalah berat badan normal (43,9%). Berdasarkan kriteria ASPEN, mayoritas termasuk malnutrisi sedang (49,1%) dan berat (31,6%). Rerata asupan energi 19 kkal/kgBB dan median asupan protein 0,6 g/kgBB. Median kadar CRP 46,6 mg/L dan 96,5% subjek mengalami peningkatan kadar CRP. Rerata SMI seluruh subjek yaitu 6,17 kg/m2, rerata SMI laki-laki 7,2 kg/m2 sedangkan rerata SMI perempuan 5,4 kg/m2. Terdapat korelasi negatif lemah (r=-0,373) yang bermakna secara statistik (p=0,005) antara kadar CRP dengan SMI pasien metastasis SSP . Kesimpulan: Terdapat korelasi yang bermakna antara kadar CRP dengan SMI pada pasien metastasis SSP. ......Background: It is estimated that 20-40% of cancer patients experience metastases to the central nervous system (CNS). Systemic inflammatory conditions in cancer mediated by cytokines are associated with a decrease in muscle mass. In inflammatory conditions, hepatocyte cells are stimulated to produce the acute-phase protein called c-reactive protein (CRP). Circulating CRP levels increase in over 50% of cancer patients. CRP is believed to be related to a decrease in muscle mass and serves as an early predictor in lean tissue loss. This study was conducted to determine the relationship between CRP levels and the skeletal muscle mass index (SMI) in patients with CNS metastases. Methods: This study is a cross-sectional study on cancer patients with CNS metastases at RSCM. Subject characteristics include age, gender, metastases type, primary tumor location, neurological deficits, Karnofsky performance status, comorbidities, infectious diseases, glucocorticoid therapy, undergoing chemotherapy, radiotherapy, and surgery, body mass index (BMI), nutritional status based on BMI and ASPEN criteria, energy intake, protein intake, CRP levels, and skeletal muscle mass index (SMI). An analysis of the relationship between CRP levels and SMI was conducted. Results: There were 57 patients with CNS metastases. Most subjects were female (56.1%). The median age was 47 years. Metastases was more commonly found in the brain (56.1%), and the most common type of metastasis based on the nervous system location was synchronous (86%). All subjects had oligometastasis, and most primary tumor locations were in the nasopharynx (17.5%), breast (15.8%), and lungs (14%). The most common neurological deficits were cancer pain (68.4%), headaches (56.1%), and limb weakness (43.9%). Most limb weakness was hemiparesis (22.8%). Most Karnofsky performance status was moderately impaired (45.6%), 63.2% had no comorbidities, 68.4% had no infectious diseases, 52.6% were not on glucocorticoid therapy, 75.4% were not undergoing chemotherapy, and 1.8% each were undergoing radiotherapy and surgery. The estimated mean BMI was 21.28 kg/m2, with the majority having a normal weight (43.9%). According to ASPEN criteria, the majority were moderately malnourished (49.1%) and severely malnourished (31.6%). The mean energy intake was 19 kcal/kgBW, and the median protein intake was 0.6 g/kgBW. The median CRP level was 46.6 mg/L, with 96.5% of subjects experiencing an increased CRP level. The mean SMI for all subjects was 6.17 kg/m2, with male subjects having a mean SMI of 7.2 kg/m2 and female subjects having a mean SMI of 5.4 kg/m2. There was a weak negative correlation (r=- 0.373) that was statistically significant (p=0.005) between CRP levels and SMI in patients with CNS metastases. Conclusion: CRP levels are correlated with SMI in patients with CNS metastasis. Higher CRP levels are associated with lower SMI in patients with CNS metastases.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library