Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elmerillia Farah Dewi
"Penyakit campak adalah penyakit yang sangat menular dan disebabkan oleh Campak merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus paramyxoviridae. Virus tersebut mampu menekan imunitas atau daya tahan tubuh anak. Penyakit campak memiliki gejala klinis, kemerahan di tubuh berbentuk makulo papular didahului panas badan >38oC (teraba panas) selama 3 hari atau lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek atau mata merah. Kasus campak masih sering dijumpai di beberapa daerah di Indonesia. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah respon imun yang kurang optimal. Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan respon tersebut. Dengan perbaikan mutu vaksin, peningkatan status gizi masyarakat dan penanganan kasus yang baik diharapkan kasus campak dapat dikurangi. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan desain ekologi korelasi.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa hubungan insiden campak dengan imunsasi campak menunjukkan hubungan yang lemah (r = 0,240) dan berpola negatif, dengan nilai p > 0,05 (0,647) yang berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara imunisasi campak dengan insiden campak. Untuk hubungan insiden campak dengan status gizi buruk dan kurang menunjukkan hubungan yang lemah (r = 0,001) dan berpola positif, dengan nilai p > 0,05 (0,999) yang berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara status gizi buruk dan kurang dengan insiden campak. Pada hubungan insiden campak dengan kepadatan penduduk menunjukkan hubungan yang lemah (r = 0,096) dan berpola negatif, dengan nilai p = 0,856 yang Hubungan berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara imunisasi campak dengan insiden campak. Untuk meningkatkan menurunkan insiden campak perlu dilakukan peningkatan status gizi anak serta penyuluhan mengenai pentingnya imunisasi campak. Selain itu perlu ditingkatkannya system pencatatan dan pelaporan sehingga dapat diperoleh data yang akurat."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizal Kurniawan
"ABSTRAK
Jumlah kasus campak di propinsi Lampung tahun 2010 sebanyak 573 kasus dengan IR=0,75/10.000 populasi dan kejadian luar biasa sebanyak 135 kasus. Di kabupaten Lampung Tengah kasus campak dari periode 2005-2011 cenderung fluktuatif, peningkatan tajam angka incidence rate terjadi pada tahun 2011 sebesar 2,36/1000 balita. Tujuan umum penelitian ini adalah menghasilkan model sistem informasi surveilan campak yang menampilkan hasil perhitungan surveilan campak. Pendekatan studi kualitatif digunakan untuk mengevaluasi kebutuhan pengembangan sistem informasi surveilan campak. Model pengembangan sistem menggunakan metode rapid application development (RAD) system prototyping yang bertujuan untuk menyusun model aplikasi surveilan penyakit campak. Dari hasil analisa kelayakan disimpulkan bahwa pengembangan sistem informasi surveilan campak dapat dilaksanakan dengan menghasilkan hasil perhitungan indikator surveilan campak berupa grafik attack rate kasus tidak campak dan tidak diketahui status imunisasi, grafik distribusi proporsi kasus campak, grafik attack rate campak yang diimunisasi, grafik efikasi vaksin, dan case fatality rate yang berguna untuk peningkatan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa penyakit campak. Kehandalan sistem dapat dilihat dengan melakukan implementasi dan penelitian lanjut selama lebih kurang 6 bulan pada dinas kesehatan kabupaten Lampung Tengah dan puskesmas dengan melakukan asessment tentang aspek determinan.

ABSTRACT
The number of cases of measles in the province of Lampung in 2010 as many as 573 cases with IR = 0.75 / 10,000 population and extraordinary events as much as 135 cases. In Lampung Tengah district regency measles cases tend to fluctuate from period 2005-2011, a sharp increase in numbers occurred in the incidence rate of 2.36 in 2011/1000 toddler. The general objective of this research is to produce a model of measles surveillance information system that displays the results of the calculation of measles surveillance. Qualitative study approach is used to evaluate the need for measles surveillance information system development. Model of system development using rapid application development (RAD) prototyping system that aims to create a model for measles surveillance applications. From the results of the feasibility analysis concluded that the measles surveillance information system development can be carried out with the calculation result of measles surveillance indicators in the form of graphs attack rate of measles cases and unknown immunization status, the proportion of cases of measles distribution charts, charts are immunized against measles attack rate, vaccine efficacy graphs, and the case fatality rate is useful for the improvement of early warning system and measles outbreaks. System reliability can be seen with the implementation and conduct further research for about 6 months in Lampung Tengah district health offices and health centers to conduct assessment and on aspects of the determinants."
2013
T38260
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratno Widoyo
"Pneumonia pada anak di Indonesia merupakan penyebab kematian tertinggi setelah diare. Pengendalian pneumonia dapat dilakukan dengan peningkatan cakupan imunisasi campak. Tujuan dari penulisan tesis ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian imunisasi campak terhadap kejadian pneumonia. Metode penelitiannya adalah cross sectional dengan memanfaatkan 13.062 data anak yang terdapat pada data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012. Hasil analisis menunjukan prevalensi pneumonia pada anak di Indonesia adalah 5.4% sedangkan cakupan imunisasi campak 82.57%. Pemberian imunisai campak disertai dengan pemberian vitamin A dapat mencegah terjadinya kejadian pneumonia pada anak umur 12-59 bulan sebesar 26,5%. Intervensi pemberian imunisasi campak disertai pemberian vitamin A dilakukan sebagai upaya yang efektif dalam penurunan kejadian pneumonia sehingga dapat dijadiakan salah satu alternative yang dapat disarankan dalam upaya preventif.

In Indonesia, Pneumonia is the highest cause of death on children after diarrhea. improve vaccines against measles substantially can reduce pneumonia morbidity in children. The aim of this thesis was to determine the effect of vaccines against measles on the prevalence of pneumonia. The method of study is a cross sectional, utilize 13.062 child data contained in the data Indonesia Demographic and Health Survey on 2012. Results of the analysis showed the prevalence of pneumonia in children in Indonesia is 5,4% whereas 82,57% have been vaccines against measles. Results of analysis showed that Giving vaccines against measles supplemented by vitamin A can prevent the prevalence of pneumonia in children aged 12-59 months was 26,5%. Intervention vaccines against measles supplemented by vitamin A as part of efforts were effective in decreasing the incidence of pneumonia that can dijadiakan one alternative that can be suggested in preventive efforts.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arihni Supriati
"Penyakit campak adalah penyakit yang sangat poteusial untuk menimbulkan wabah. Masalah kematian campak di dunia yang dilaporkan oleh WI-IO pada tahun 2002 sebanyak 777.000 diantaranya berasal dari negara ASEAN, dan I5% dari kematian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penolakan imunisasi campak pada Crash Program Campak di UPF Puskesmas Cimandala Kecamatan Sukaraia Kabupaten Bogor.
Penelitian ini memakai rancangan studi kasus kontrol tidak berpadanan, dengan menggunakan perbandingan kasus kontrol 1:1. Sampel penelitian adalah balita usia 12-59 bulan yang terdaftar dan mengikuti Crash Program campak dengan datang ke pos imunisasi. Jumlah sampel kasus dan kontrol sebanyak 400 orang yang terdiri dari 200 kasus dan 200 kontrol. Balita yang tidak diimunisasi dan orang tuanya tidak bersedia menandatangani infzrmed consent ditetapkan sebagai kasus, sedangkan kontrol adalah balita yang diimunisasi dan orang manya bersedia menandatangani irjormed consent dan berasal dari pos imunisasi yang sama dengan kasus. Komrol dipilih secara acak.
Analisis yang digunakan adalah analisis univariat, bivariat dan multivariat. Berdasarkan llasil penelitian ditemukan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan penolakan imunisasi campak adalah penilaian kondisi kesehatan anak OR 15,560 (OR CI 95% 8,84l-27,388), status imunisasi campak OR 3,732 (OR CI 95% 2,122-6,564) dan dukungan tokoh masyarakat OR 3,213 (OR CI 95% 1,763-5,853).
Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis menyarankan kepada UPF Puskesmas Cimandala Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor untuk memberikan kesempatan imunisasi campak kepada balita yang belum diimunisasi campak pada Crash Program campak, memberikan penyuluhan kepada rnasyarakat mengenai imunisasi campak, vaksin campak yang aman, kondisi anak sakit yang boleh dan tidak boleh diberikan imunisasi campak efek samping imunisasi campak dan KIPI, prioritas penyuluhan kepada orang tue balita yang anyéznya belum diimunisasi campak, memberikan kesempatan imunisasi kepada balita yang yang belum diimunisasi campak, serta meningkatkan pendekatan sosial kepada tokoh masyarakat, kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor penulis menyarankan untuk merencanakan strategi baru agar Crash Program campak berikulnya dapat mencapai target lanpa melakukan sweeping dan melakukan advokasi kepada pengambil kebijakan.
Campak tersebut berasal dari Indonesia. Dengan mempertimbangkan serokonversi rate 85% pada bayi umur 9 bulan, cakupan imunisasi campak sebesar 9l,8% pada tahun 2004 hanya dapat memberikan perlindungan sekitar 76,5% bayi, sisanya sebesar 23,5% masuk dalam kelompok rentan campak. Kelompok rentan campak ini akan terus terakumulasi biia tanpa adanya perbaikan cakupan imunisasi dan tanpa intervensi imunisasi tambahan campak. Berdasarkan kenyalaan tersebut di atas maka Indonesia memutuskan untuk melakukan Crash Program campak pada anak balita di daerah risiko tinggi.
Adanya penolakan imunisasi campak merupakan salah satu peuyehab tidak tercapainya target cakupan imunisasi campak di Puskesmas Cimandala Kecamatan Sukaraja Kabupaien Bogor. Namun penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penolakan imunisasi campak belum pernah dilakukan Hal tersebut diatas menarik minat penulis untuk meneliti tentang faktor yang berhubungan dengan penolakan i munisasi campak pada Crash Program Campak tahun 2007.

Measles is known as a disease that potentially creating an outbreak. There are about 777,000 death reported by WHO in 2002, caused by measles, is occur in the ASEAN countries, and l5% of the deaths are from Indonesia. In considering with the sero- conversion rate 85% of 9 months old baby, the coverage of measles immunization at 9l.8% in 2004 is only give protection around 76.5% babies and the other of 23.5% babies are categorized as a group of vulnerable for measles. This group of baby can be continuously accumulated if there is no improvement on the coverage of measles immunization and without any intervention of addition on immunization of measles. Based on the situation, Indonesia is, therefore, established a Crash Program on measles immunization towards children under-five (CU5) at the high risk region.
Unfortunately, there are some refusals of being immunized which make the target on mwsles immunization coverage at Puskesmas Cimandala is cannot be reached Therefore, factors related to reiiisal on measles immunization are interested to study, especially to those that occur during the crash program on measles in 2007. The aim of the study is to find out factors related to the retiisal on measles immunization on the measles? crash program at the UPF Puskesmas Cimandala of Sukaraja sub-district at the District of Bogor.
The design of the study is an unpaired case-control study, with lrl comparable case-control. Sample is children under-tive (CU5) aged 13 to 59 mom's who registered for the crash program of measles immunization at the immunization post. The size of sample is 400 that comprises as 200 sample of case and 200 sample of control. The case is CU5 who are not immunized and the parent is refused to sign the informed consent, while the control is CU5 who have immunized and the parent is agree to sign the informed consent. Both case and control are taken from the same immunization post, and control is chosen randomly. Analysis is in the fomt of univariate, bivariate, and multivariate.
Based on the result of the study, factors related to the refusal of measles immunization are: child health condition assessment (OR: l5.560, 95% CI: 8.841 - 27388); status of measles immunization (OR: 3.732, 95% CI: 2.122 - 6564), and support from community leader (OR: 3.2I3, 95% Cl: 1.763 - 5.853). The study suggested that puskesmas Cimandala should give another chance for measles immunization towards those CU5 who have not been immunized in the crash program, addressing IEC about measles immunization towards community, harmless measles? vaccine, the child condition for being able and unable to immunize, the side effect of measles immunization and KIPI (?), prioritized in giving IBC to those parent whose CU5 is have not immunized, provide another chance of measles immunization for those CU5 that have not been immunized, and increase the approaching towards local community leaders. Suggestion towards the District Health Authority of Bogor that there is a need for new strategy for the next measles Crash Program that in order to reach the target without doing the sweeping and do advocating to the policy's decision makers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34477
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina
"Penyakit campak adalah salah satu penyakit yang menyebabkan kematian anak-anak di dunia termasuk di Indonesia. Setiap negara diajak secara bertahap mereduksi dan mengeliminasi penyakit campak dengan memberikan imunisasi rutin kepada bayi dan dilakukan imunisasi campak tambahan untuk menjangkau anakanak yang belum pernah divaksinasi atau belum pernah menderita penyakit campak, serta kesempatan kedua untuk kasus kegagalan vaksinasi campak. Di Indonesia, Departemen Kesehatan memberikan imunisasi campak tambahan melalui kegiatan ?Kampanye Imunisasi Campak? yang dilakukan dalam lima tahap dari bulan Januari 2005 sampai dengan 10 September 2007 tetapi hingga saat ini belum ada informasi tentang dampaknya.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran epidemiologi penyakit campak dan imunisasi campak, serta korelasi cakupan imunisasi kampanye campak dengan insiden penyakit campak di Indonesia tahun 2004 - 2008. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder surveilans penyakit campak dari Sub Direktorat Surveilans dan data cakupan imunisasi dari Sub Direktorat Imunisasi Direktorat Jendral P2PL Departemen Kesehatan RI. Data dianalisis secara univariat untuk melihat distribusi frekuensi kasus campak berdasarkan umur, provinsi, tahun, dan bulan, serta secara bivariat untuk melihat hubungan antara cakupan imunisasi kampanye campak dengan insiden campak yang menggunakan uji Korelasi dan Regresi Linier Sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan insiden kasus campak tertinggi terjadi pada kelompok umur 0-4 tahun dan tertinggi kedua pada kelompok umur 5-9 tahun, terjadi pada provinsi yang padat penduduknya yaitu DKI Jakarta pada tahun 2004 dan 2005, dan pada provinsi yang tidak padat penduduknya yaitu Sulawesi Selatan pada tahun 2006 dan Kalimantan Timur pada tahun 2007. Insiden kasus campak terendah terjadi pada provinsi Bengkulu, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Maluku dimana kelengkapan data surveilans campak yang tidak lengkap, dan di provinsi DI Yogyakarta oleh karena tingginya cakupan imunisasi campak (100,19%) pada tahun 2007. Terjadi peningkatan insiden campak pada tahun 2005 sebesar 7,40 per 10.000 penduduk dari tahun 2004. Terjadi peningkatan insiden campak pada tahun 2006 sebesar 8,35 per 10.000 penduduk dari tahun 2005. Terjadi penurunan insiden campak pada tahun 2007 sebesar 6,12 per 10.000 penduduk dari tahun 2006.
Kecendrungan peningkatan insiden campak di Indonesia terjadi pada bulan September dari tahun 2004 ? 2008. Cakupan imunisasi kampanye campak tertinggi terjadi di provinsi Kalimantan Tengah. Cakupan imunisasi kampanye campak terendah terjadi pada provinsi Sumatera Barat. Dan Peningkatan cakupan imunisasi kampanye campak meningkatkan insiden campak satu tahun sesudah kampanye campak.
Berdasarkan penelitian ini, disarankan agar program pencegahan penyakit campak lebih difokuskan pencegahan pada kelompok umur 0-4 tahun dan 5-9 tahun setiap tahunnya, tidak hanya pada provinsi dengan padat penduduknya tetapi juga pada populasi yang tidak padat penduduknya, dan pada bulan September. Agar penguatan surveilans campak terus ditingkatkan khususnya di provinsi yang pelaksanaan surveilans campaknya kurang baik. Agar dilakukan kegiatan peningkatan cakupan imunisasi pada provinsi-provinsi yang cakupan imunisasi campak belum diatas 90%. Agar dilakukan penelitian lanjutan untuk membuktikan adanya hubungan di tingkat individu untuk hubungan antara cakupan imunisasi kampanye campak dengan insiden campak khususnya untuk melihat dampak dari kampanye campak di Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Hariyanti
"Pneumonia adalah pembunuh utama Balita di dunia, lebih banyak dibandingkan penyakit lain seperti AIDS, Malaria dan Campak. Survei kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992, 1995, 2001 menunjukkan bahwa Pneumonia adalah penyumbang terbesar pada kematian bayi dan balita. Berdasarkan laporan Riskesdas 2007, menyebutkan prevalensi Pneumonia di DKI berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan rtesponden sebesar 1,67%.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan imunisasi campak dengan kejadian pneumonia pada balita usia 12-59 bulan setelah dikontrol covariat (umur, jenis kelamin, Berat badan lahir, ASI exclusive, pendidikan, pemberian vitamin A, kepadatan hunian, ventilasi, dan adanya perokok didalam rumah).
Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei sampai dengan Juli di Rumah Sakit Islam Pondok Kopi Jakarta tahun 2010. Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol. Kasus adalah balita usia 12-59 bulan yang menderita pneumonia. kontrol adalah balita usia 12-59 bulan yang tidak menderita pneumonia. Dalam penelitian ini sampel sebanyak 220 (kasus 110 dan control 110). Data dianalisis dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariate dengan uji regresi logistic ganda.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara imunisasi campak dengan pneumonia pada balita. Anak yang tidak diimunisasi campak berisiko 2,06 kali untuk menderita pneumonia dibandingkan anak yang mendapatkan imunisasi saat bayi. Setelah dikontrol pendidikan dan ASI exclusive. Pada pengukuran dampak dihasilkan bahwa anak yang diimunisasi campak dapat mencegah pneumonia sebesar 51,456%. Selanjutnya upaya untuk melindungi anak dari penyakit pneumonia adalah dengan memberikan imunisasi campak saat usia 9 bulan dan anak diberikan ASI exclusive.

Pneumonia is the leading killer of babies in the world, more than other diseases such as AIDS, malaria and measles. Household Health Survey (SKRT) 1992, 1995, 2001 showed that pneumonia is the biggest contributor to the death of infants and toddlers. Based Riskesdas 2007 report, citing the prevalence of pneumonia in the Municipality based on the diagnosis of health workers and complaints rtesponden 1.67%.
The purpose of this study was to find out the relationship with the incidence of pneumonia, measles immunization in infants aged 12-59 months after covariat controlled (age, sex, birth weight, exclusive breast feeding, education, provision of vitamin A, the density of occupancy, ventilation, and the presence of smokers in home).
This research was conducted from May to July at Pondok Kopi Islamic Hospital in Jakarta 2010. This study uses the case control design. The cases were infants aged 12-59 months who suffered from pneumonia. controls were toddlers aged 12-59 months who are not suffering from pneumonia. In this study, 220 samples (110 cases and 110 controls). Data were analyzed by univariate analysis, bivariate, and multivariate multiple logistic regression.
The results showed a relationship between measles immunization with pneumonia in infants. Children who are not immunized against measles 2.06 times the risk for pneumonia than children who get immunized when infants. After controlled education and exclusive breastfeeding. In measuring the impact produced that children who are immunized measles can prevent pneumonia by 51,456%. Further efforts to protect children from pneumococcal disease is to provide measles immunization at the age of 9 months and children are given breast milk exclusively.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T31096
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hafyarie Harnan
"Jumlah kasus Campak di Indonesia tahun 2011 berjumlah 21.893 kasus dari 237.556.363 jumlah penduduk (IR=9,22 per 100.00 penduduk). Sedangkan jumlah kasus Campak di Provinsi Jawa Barat tahun 2011 sebanyak 4.276 kasus dari 43.021.826 jumlah penduduk (IR= 9,94 per 100.000 penduduk). Menurut Riskesdas 2010 Cakupan Imunisasi Campak di Jawa Barat berjumlah 72,8 persen dan Cakupan Nasional Campak berjumlah 74,4 persen. Artinya Cakupan Imunisasi Campak di Indonesia belum mencapai target.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan status Imunisasi Campak pada balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Bakti Jaya Kota Depok Tahun 2013. Penelitian ini dilakukan pada Desember 2012 sampai Januari 2013 dan desain penelitian yang digunakan cross sectional, dengan populasi adalah ibu-ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun di kelurahan Bakti Jaya tahun 2013.
Hasil dianalisis baik secara univariat dan bivariat dengan program EpiInfo. Hasil penelitian menunjukkan proporsi imunisasi Campak pada balita usia 1-5 tahun di kelurahan Bakti Jaya tahun 2013 sebesar 76,7 %. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel yang berpengaruh adalah umur ibu dan tingkat pendidikan ibu. Diperlukan upaya dan peran serta keaktifan berbagai pihak serta kesadaran masyarakat tentang pentingnya Imunisasi Campak.

The number of cases of measles in Indonesia in 2011 amounted 21.893 cases amounted to 237.556.363 of the total population ( IR = 9.22 per 100.00 inhabitants ). While the number of cases of measles in the province of West Java in 2011 as many as 4,276 cases of 43,021,826 total population ( IR = 9.94 per 100,000 population ). According Riskesdas 2010 Measles Immunization Coverage in West Java amounted to 72.8 percent and National Coverage Measles totaled 74.4 percent. This means Measles Immunization Coverage in Indonesia has not reached the target.
The purpose of this study is to describe and factors associated with measles immunization status in children aged 1-5 years in the working area of the Puskesmas Bakti Jaya in 2013. Study was conducted in Desember 2012 until January 2013 and the design of the study used a crosssectional, the population is mothers who have children aged 1-5 years in the village Bakti Jaya in 2013.
Results were analyzed both univariate and bivariate EpiInfo program. The results showed the proportion of measles vaccination in infants aged 1-5 years in the village Bakti Jaya in 2013 amounted to 76.7 %. Based on the results of this research is that the variables that influence the mother's age and education level of the mother. Required effort and the participation of various parties liveliness and importance of public awareness of Measles.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55965
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Sulistiadi
"Pemberian vaksin campak kepada anak berumur 9-11 bulan berguna untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Untuk mendapatkan kekebalan kelompok terhadap penyakit campak diperlukan suatu program imunisasi campak yang dapat mencakup seluruh sasaran.
Perilaku ibu dalam mengimunisasi campak anaknya sangat penting dan menentukan status imunisasi anaknya yang berarti juga menentukan cakupan imunisasi campak di masyarakat. Di Kabupaten Belitung ternyata masih ada ibu-ibu yang tidak melengkapi status imunisasi dasar anaknya dengan imunisasi campak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam mengimunisasikan campak anaknya.
Metode: Studi ini menggunakan desain kasus kontrol. Kasus adalah ibu yang mempunyai anak berumur 12-24 bulan yang anaknya belum memperoleh imunisasi campak sedangkan kontrol adalah ibu yang mempunyai anak berumur 12-24 bulan yang anaknya sudah memperoleh imunisasi campak. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner pada ibu-ibu yang terpilih sebagai kasus dan kontrol. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis bivariat dan untuk analisis multivariat digunakan regresi logistik ganda dengan kekuatan 80% dan derajat kepercayaan 95%.
Hasil: Hasil akhir uji multivariat menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna antara sikap ibu terhadap imunisasi nampak p=0.000 dan odds ratio 5.333(95%CI 3.128-9.092), pengetahuan ibu tentang imunisasi campak p=0.0000 dan odds ratio 3.497 (95%CI 2.081 - 5.876), persepsi ibu tentang jarak dari rumah ketempat pelayanan imunisasi p=0.000 dan odds ratio 15.921 (95% CI 4.507 - 56.243), umur ibu p=0.021 dan odds ratio 1.057 (95% CI 1.008 - 1.108) terhadap perilaku ibu dalam mengimunisasikan campak anaknya.
Kesimpulan: Sikap ibu terhadap imunisasi campak, pengetahuan ibu tentang imunisasi campak, persepsi ibu tentang jarak dari rumahnya ketempat pelayanan imunisasi dan umur ibu mempengaruhi perilaku ibu dalam mengimunisasikan campak anaknya.

The Factors Which Influencing Mother Behavior in the Giving Measles Immunization to Their Children in the District of Belitung Year 2000Awarding of vaccine to the child in 9-11 years old is useful to give the immunity on the sick of measles. To obtain the group immunity on the sick of measles is needed a program of measles immunization which able to include all objectives.
Mother behavior in the giving measles immunization to their child which also means determining the scope of measles immunization in the population. In the District of Belitung it turns out that still have mothers who are did not fulfilled status of basic immunization of their child with measles immunization. This research is performed in order to know the factors which influencing the mother behaviour in the giving measles immunization to their child.
Method: This study using design of control cases. Case are the mother who are have child in age 12-24 months who are their child still not obtained measles immunization while control are the mother who are have child in age 12-24 months who are their child is have measles immunization. Data obtained from the result of interview with using questionnaire on the mother who is selected as the case and control. Analysis performed with using bivariate analysis and for multivariate analysis used regression of double logistic with the power 80% and degree of trusty 95%.
Result: Final result of multivariate examination shown the existence of influence which have meaning between mother behavior on the measles immunization p=0.000 and odds ratio 5.33 (95%CI 3.128-9.092), the knowledge of mother on the measles immunization p=0.0000 and odds ratio 3.497 (95%CI 2.081-5.876), perception of mother on the distance from house to the place of immunization service p=0.000 and odds ratio 15.921 (95% CI 4.507-56.243), age of mother p=0.021 and odds ratio 1.057 (95% CI 1.008-1.108) on the mother behavior in the giving immunization to their child.
Conclusion: The attitude of mother on the measles immunization, knowledge of mother on the measles immunization, perception of mother on the distance from her house to the place of immunization service and age of mother are influencing the behavior of mother in the to give immunization to their child."
2000
T8310
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aniza Dwi Sukma
"ABSTRACT
Campak (morbili atau measles) adalah penyakit sangat menular yang disebabkan oleh virus dalam keluarga Paramyxovirus melalui kontak langsung dan udara. Di Indonesia, sejak tahun 2014 hingga Juli 2018, Kementerian Kesehatan mencatat terdapat 57.056 kasus terduga campak dan rubella (campak Jerman), dengan 8.964 kasus di antaranya merupakan kasus positif campak. Pada skripsi ini dibahas mengenai model matematis yang digunakan untuk menggambarkan perilaku dari data insiden lapangan penyakit campak di DKI Jakarta. Pada model tersebut, estimasi parameter laju penularan penyakit campak dilakukan agar parameter dapat menggambarkan data insiden lapangan penyakit campak di DKI Jakarta. Pendekatan yang digunakan dalam estimasi parameter adalah teori kontrol optimal dengan metode langsung yang meminimumkan selisih antara hasil I simulasi dan I data insiden penyakit campak di DKI Jakarta. Simulasi dilakukan untuk membahas skenario yang mungkin dapat menghasilkan estimasi parameter β terbaik. Hasil simulasi numerik menunjukkan bahwa hasil estimasi parameter terbaik diperoleh jika menggunakan dengan 1 sebagai koefisien pemberat pada selisih antara hasil simulasi I dan data I. Hasil simulasi numerik juga menunjukkan bahwa hasil estimasi parameter hanya baik digunakan untuk menghampiri satu periode kejadian penyakit campak, tetapi kurang baik dalam memprediksi kejadian campak di masa mendatang.

ABSTRACT
Measles is a highly contagious disease caused by a virus in the Paramyxovirus family through direct contact and air. In Indonesia, from 2014 to July 2018, Ministry of Health noted 57,056 cases of suspected measles and rubella, with 8,964 cases were positive cases of measles. In this thesis, a mathematical model explaining the behavior of incident data of measles in DKI Jakarta, is discussed. On the model, parameter of the rate of transmission of measles ( ) is estimated so the parameter could describe the behavior from incident data of measles in DKI Jakarta. The approach used is the optimal control theory with the direct method which minimizes the difference between the simulation results and the incident data in DKI Jakarta. Simulations are carried out to disscus which scenario that can provide the best parameter estimation. The numerical simulation results indicate that the estimated parameter is best generated if with 1 as the weight coefficient on the difference between the results of the I simulation and I data. Numerical simulation results also show that the results of parameter estimation are only good for approaching a period of measles incidence, but not good at predicting the incidence of measles in the future."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Setiawan
"Measles immunization has been introduced since 1960, thereby markedly reducing the number of cases in developed countries. However, measles epidemics still occur even in developed countries. In the United States, in 1988-1992 an increase in the number of measles cases reaching 50,000 cases was reported. Some of these cases occurred in previously immunized patients. This was thought to be caused by genetic mutation of the measles virus, aside from weaknesses of the vaccine and low immunization coverage.
Since measles immunization was employed in Indonesia, the number of measles patients has decreased. However, epidemics are still frequently reported. About 15-30% of reported cases occurred in those previously immunized, raising the question of whether a genetic difference exists between the wild-type measles virus circulating in Indonesia and the vaccine virus being used. Such a difference may lead to the differences in the antigenicity of the wild-type and vaccine viruses, rendering the resulting antibody incapable of neutralizing the wild-type viruses. Based on the above, this study is aimed to demonstrate the extent of genetic and antigenic differences between the wild-type and vaccine measles viruses.
We conducted an experimental laboratory study to sequence the N, H, and F genes of the wild-type measles viruses (G2, G3, and D9) and the CAM-70 vaccine virus. To show antigenic differences, the wild-type viruses (G2, G3, and D9) and the CAM-70 and Schwarz viruses were injected to BALB/c mice. Serum antibodies of the mice were analyzed using ELISA, cross-neutralization test, and immunoblotting using antigens from the respective viruses.
Results of this study showed that the wild-type and the vaccine viruses differ in the sequence of the N gene by 73-79 nucleotides, resulting in amino acid substitution of 17-24 residues; the H gene by 60-99 nucleotides, resulting in amino acid substitution of 13-29 residues; the F gene by 71-88 nucleotides, resulting in amino acid substitution of 4-3 I residues. Differences between the wild-type and the CAM-70 and Schwarz vaccine viruses were also found in the epitope site of the CTL and antibodies, which are important to virus antigenicity.
We conclude that a significant difference in antigenicity exists between the wild-type measles viruses circulating in Indonesia with the CAM-70 measles virus. We also found the immunogenicity of the CAM-70 and Schwarz vaccine viruses to be lower than that of the wild-type viruses."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
D620
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>