Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Sumartini
"Tesis ini membahas pengembangan software pengolahan dan analisa data Tujuan pengembangan ini tcrbentuknya prototype yang berguna menghasilkan indikator, laporan kegiatan dan kewasapadaan dini KLB gizi buruk balita. Prototype ini dapat menghasilkan banyak informasi penting sebagai Decision Support Sistem (DSS). Pengembangan system dilakukan dengan metode. System Development Lyla Cycle (SDLC) yang terdiri dari tahapan analisa system, perancangan system dan ujicoba prototype. Software yang digunakan untuk aplikasi prototype adalah Microsoft access dan arc.view 3.3. Pengembangan dilakukan di tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon. Hasil penelitian ini adalah pengembangan system yang menghasilkan informasi untuk pelakmnaan monitoring dan evaluasi program perbaikan gizi masyaraknt berupa keluaran indikator SKDNclan kasus infcksi balita sehingga dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengambil keputusan.
......The study focused on developing processed and analysed nutrient data soiiware. T he objective is to develop prototype which produce indicator, activities report, and early waming of underlive malnutrition outbreak. This Prototype can produce a lot of important as Decision Support System (DSS). Developing System conducted with System Development Life Cycle (SDLC) method which consist of analysed system, design system and testing prototype. Microsoft access and arc.vicw 3.3 is used for the application. Developing program was conducted in Cirebon Health District office. The program provides infomiation for monitoring and evaluation of health nutrition which produce indicators of SKDN and infection cases among undertive children. Beside the information is useful for decision makers as an input."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T34395
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Solichin
"Kekurangan Energi dan Protein (KEP) pada balita merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih menjadi beban bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia. KEP pada balita merupakan akibat langsung dari kurangnya asupan zat gizi dan status kesehatan yang buruk karena penyakit infeksi, dan akibat tidak langsung dari ketahanan pangan keluarga, pola asuh anak, pelayanan kesehatan, lingkungan dan faktor yang terdapat pada balita sendiri. Data PSG Balita di Dinas Kesehatan Kabupaten Serang tahun 2001 s/d 2003 menunjukkan adanya kecenderungan meningkat kasus gizi buruk walaupun sempat turun pada tahun 2002, namun kembali meningkat pada tahun 2003.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan basis data Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Gizi di Dinas Kesehatan Kabupaten Serang yang dapat memberikan informasi tentang masalah gizi (termasuk sebaran gizi buruk) dengan cepat dan akurat sehingga dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan/kebijakan dalam program perbaikan gizi masyarakat, baik yang sifatnya penanggulangan (intervensi), maupun pencegahan.
Pengembangan sistem yang dihasilkan berupa pengembangan basis data PWS Gizi di Subdin Kesga, Dinkes Kab. Serang. Keluaran (output) yang dihasilkan dalam pengembangan basis data PWS Gizi berupa data penimbangan bulanan balita (F/III/Gizi), data pelayanan program gizi (LB3 Gizi), grafik kecenderungan penimbangan bulanan balita, grafik kecenderungan balita yang berada dibawah garis merah (BGM), dan grafik kecenderungan balita yang menderita gizi buruk, serta peta penyebaran balita BGM dan balita gizi buruk.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan PWS Gizi di Kabupaten Serang sudah sesuai dengan prosedur. Permasalahan yang ditemui dalam pelaksanaan PWS Gizi meliputi 1) Komponen masukan dimana laporan dari Puskesmas sering terlambat dan tidak tepat waktu, 2) Komponen proses dimana pengolahan dan analisis data yang dilakukan masih secara manual, dan 3) Komponen keluaran dimana informasi yang didapat masih terbatas berupa laporan kegiatan untuk dilaporkan ke tingkat Propinsi.
Untuk mengatasi permasalahan ini diupayakan pembinaan administratif kepada Puskesmas, peningkatan kualitas pengelola program khususnya dalam pengolahan dan analisis data, di samping juga penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung dalam pelaksanaan PWS Gizi.
Daftar Pustaka: 39 (1979 - 2003)

Protein and Energy Malnutrition (PEM) among below 5 years children has been one of health problems burdening the developing countries, including Indonesia. These problems is a direct consequence of lack of nutrient intake and poor health status due to infectious diseases, and an indirect family food security, child rearing pattern, health care service, the environment, and internal factors of under fiver years children. Data of Nutrition Status Monitoring in Serang Regency from 2001 to 2003 showed that the number of malnourished increasing, whether decrease in year 2002 but increase in year 2003.
The objective of this study is to develop the database of local area monitoring on Nutrition Program in Serang Regency, which can give information of nutrition problems (including malnourished) faster and more accurate as source for decision maker in nutritional program, whether for intervention or to prevention.
The result of system development is the database of local area monitoring on Nutrition Program in Serang Regency. Output that resulted in database developing were the report of F/IIIIGizi, the report of LB3 Gizi, the graphic of monthly activity in Posyandu, the graphic of under red line (BGM) and malnourished children, and also the map of under red line (BGM) and malnourished children.
The result of this study showed that the implementing of local area monitoring on Nutrition Program in Serang Regency is good. The problem that faced are I) Input component that the report from Health Center is not routinely and also not on time, 2) Process component the method used in data processing is still manually, and 3) Output component the information still in report form that reporting to Province level.
To overcome the problems, it needed technical guidance for Health Center, enknowaging skill for officer especially in data processing and data analysis, beside to provide means and infrastructures properly in implementing the Local Area Monitoring in Nutrition Program at Serang Regency.
Refferences: 39 (1979 - 2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T 12827
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Karyana
"Diseluruh dunia, setiap tahun ada 12 (dua belas) juta anak meninggal sebelum berusia 5 (lima) tahun, terbanyak pada usia satu tahun pertama. Paling tidak 4-5 juta kematian tersebut disebabkan oleh diare. Di Indonesia diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena 40 % kematian di kelompok usia < 2 tahun disebabkan oleh diare. Angka kejadian diare pada tahun 2000 sebanyak 300 kasus per 1.000 orang. Tingginya kejadian penyakit diare ini dapat menyebabkan kerugian yang besar baik bagi masyarakat maupun bagi pemerintah. Namun selama ini informasi tentang jumlah biaya akibat penyakit diare masih kurang, khususnya untuk biaya yang ditanggung keluarga akibat balita menderita diare akut. Informasi ini dapat digunakan dalam advokasi ke penentu kebijakan dalam usaha menururkan angka insiden diare.
Pemilihan lokasi penelitian di Puskesmas Kelurahan Tugu Selatan yang berada di Kecamatan Koja Kotamadya Jakarta Utara, disebabkan karena wilayah ini mempunyai tingkat kepadatan tinggi di DKI Jakarta, rata-rata tingkat pendidikan masyarakat yang rendah, sosial ekonomi yang kurang, dan banyak pemukiman kumuh yang sangat berpengaruh terhadap kejadian diare.
Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran tentang biaya yang ditanggung oleh keluarga akibat dan penyakit diare akut pada balita. Penelitian ini difokuskan untuk mendapat gambaran keadaan kerugian biaya bagi penderita yang datang berobat ke puskesmas, karena puskesmas merupakan ujung tombak fasilitas pelayanan kesehatan. Perhitungan biaya dilakukan terhadap biaya langsung, biaya tidak langsung dan biaya peluang dalam penanganan balita diare. Penelitian ini dilakukan terhadap 42 balita yang terkena diare akut dan datang berobat ke Puskesmas Tugu Selatan pada bulan Pebruari 2003. Data primer dikumpulkan langsung dari keluarga balita yang menderita diare akut dengan cara wawancara yang dilakukan pada saat kunjungan kerumah 14 hari setelah balita berobat ke puskesmas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh keluarga apabila ada balita menderita diare sebesar Rp. 28.040 per episodnya. Jika dihitung rata-rata per hari biaya yang dikeluarkan oleh keluarga apabila ada balita menderita diare, yaitu sebesar Rp. 4.210. Komponen biaya tersebut terdiri atas biaya konsultasi sebesar 4,7 %, biaya obat 14,7 %, biaya administrasi 8,4 %, biaya transportasi 6,3 %, biaya konsumsi 5,4 %, biaya peluang 60,6 %. Sehingga tampak komponen biaya yang menyebabkan kerugian biaya terbesar akibat penyakit diare pada balita adalah biaya peluang yaitu sebesar 60,6 %.
Dengan hasil yang diperoleh, apabila dilakukan perhitungan kerugian ekonomi yang menjadi beban masyarakat akibat sakit diare di Jakarta Utara didapatkan angka biaya sebesar Rp. 12.072.986.520 setiap tahunnya. Tampak penyakit diare akan memberikan efek memperburuk status sosial ekonomi masyarakat. Sehingga perlu perhatian lebih terhadap pelaksanaan program pemberantasan diare, agar kerugian akibat sakit diare dapat diturunkan.
Saran yang disampaikan adalah perlu penelitian perhitungan kerugian biaya akibat diare yang lebih lengkap, meliputi perhitungan kerugian biaya dan pihak pemerintah dan pihak masyarakat, mengingat diare merupakan salah situ penyakit dengan angka kejadian dan kematian yang tinggi. Bagi divas kesehatan perlu melakukan analisis biaya satuan pelayanan kesehatan di puskesmas dan bagi pemerintah daerah Kotamadya Jakarta Utara perlu memberikan perhatian khusus terutama perbaikan sanitasi lingkungan di pemukiman penduduk, karena sangat berpengaruh terhadap penurunan kejadian diare.

In the whole world, there are 12 (twelve) million children die before five years old in every year; the most is on the beginning of the first year of age. At least 4-5 million of deaths were caused by diarrhea. In Indonesia, diarrhea is still being public health problem because 40% of the death in age group under 2 years old was caused by diarrhea. Diarrhea prevalence in year 2000 was 300 cases per 1000 persons. This high prevalence of diarrhea can cause a big loss to the public and also to the government.
But all this time, information about the cost of diarrhea still less, especially for the cost that the family has to bear because of children under five suffering acute diarrhea. This information can be used in advocacy to the policy makers in the way of decreasing diarrhea prevalence.
Tugu Selatan Sub district Health Center which located in Koja District North Jakarta being selected as the study location because this area has high population density in DKI Jakarta, low education level rate, low social economic rate, and a lot of slum area that affecting to the diarrhea prevalence.
This study is aims at to get the description of financial loss that being a burden of the family as a consequence of diarrhea at children under five. This study being focus to get the description about financial lost of the patient who came to the Health Center, because Health Center is the most important thing in health service facility. Cost calculation was performed to Direct cost, Indirect cost and Opportunity cost in treating diarrhea at children under five. This Study was performed to 42 children under five who have diarrhea and came to Tugu Selatan Health Canter on February 2003. The primary data were collected direct from the family of the children under five who suffering acute diarrhea by interview in their home 14 days after visiting the Health Center.
The results of research shows that the average cost that the family spent when children under five suffering diarrhea is Rp. 28.040 in each episode. If we calculate average cost per day, the cost that being spent when children under five suffering diarrhea is Rp. 4.210. Component of the cost consists of 4,7 % Consultation Cost, 14,7 % Medicine Cost, 8,4 % Administration Cost, 6,3 % Transportation Cost, 5,4 % Consumption Cost, 60,6 % Opportunity Cost. So that seen the cost component that cause the biggest financial lost because of diarrhea at children under five is opportunity cost which is 60,6
The extrapolation to prevalence of diarrhea in North Jakarta use prevalence based study, shows that in North Jakarta is Rp. 12.072.986.520 in every year. Obviously diarrhea will make the social economic status in the community worst. It need to pay more attention to the implementation of diarrhea eliminating program, in order to eliminate the financial lost because of diarrhea.
Suggestion for farther action is that it needs more complete study about calculation of financial lost caused by diarrhea, including calculation of financial lost in the government and in the community, considering diarrhea is one of disease with high prevalence and mortality rate. For the Health Service it necessary to perform cost analysis health service unit cost in Health Center and for the North Jakarta Municipality territory government need to give special attention especially in environment sanitary improvement in habitant residential, because it affecting a lot to the diarrhea prevalence reduction.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12960
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sifatu, Wa Ode
"Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis fenomena sosial-budaya masyarakat Muna yakni praktek perawatan tradisional anak balita dalam rangka mengungkapkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap relative tingginya tingkat kematian anak balita pada masyarakat Muna Sulawesi Tenggara. Tujuan studi tersebut dilandasi oleh fenomena masih luasnya praktek perawatan kesehatan tradisional anak balita di daerah tersebut.
Lokasi penelitian ini adalah di Kelurahan Wasolangka yang dipilih secara purposive dari Kecamatan Parigi Kabupaten Muna. Dari populasi keluarga di Kelurahan wasolangka, dipilih keluarga yang termasuk kategori PUS yang masih melahirkan anak dan masih mempunyai anak balita yang terlibat langsung dalam perawatan anak balita. Kategori keluarga PUS diperoleh melalui sensus, hasilnya distratifikasi menurut lamamnya PUS, masing-masing strata dipilih sebesar sepuluh persen secara acak sehingga diperoleh jumlah sebesar 28 responden keluarga. Selain itu ditambah empat orang tokoh masyarakat (dukun) beranak dan pengobat tradisional yang dianggap memahami permasalahan perawatan tradisional sehingga diperoleh total responden sebesar 32 keluarga.
Studi ini menggunakan pendekatan holistik dengan metode pengumpulan data adalah metode wawancara sebagai instrumen utama, disamping metode observasi partisipasi terhadap keluarga dan Puskesmas serta kuesioner sebagai instrumen pelengkap.
Hasil studi ini menunjukkan bahwa masih relative tingginya tingkat kematian anak balita di Kelurahan Wasolangka lebih banyak disebabkan faktor sosial-budaya dari pada faktor eksternal/teknis medic. Menurut kepercayaan masyarakat bahwa semua penyakit harus diobati oleh pengobat tradisional sebelum diobati secara modern. Pengobat tradisional bukan hanya dukun, tetapi orang yang dipandang terhormat di dalam masyarakat.
Disarankan agar perlakuan, pengaturan, pemberian bantuan pembagunan kesehatan disesuaikan dengan faktor sosial budaya masyarakat Muna. Disamping itu perlu peningkatan fasilitas pelayanan kesehatan di Puskesmas; (b) tingkat pengetahuan dan keterampilan para petugas kesehatan, yang berhubungan dengan peningkatan pola kerja lama antara pengobatan tradisional dan pengobatan di Puskesmas."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ace Yati Hayati
"Indonesia sebagai suatu negara yang sedang berkembang dengan keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat yang kurang menguntungkan maka penyakit menular masih merupakan masalah dari kesehatan masyarakat. Penyakit yang mendapat prioritas untuk diadakan upaya pemberantasan adalah penyakit yang memiliki angka kesakitan dan kematian yang tinggi, terutama yang menyerang golongan anak-anak dan golongan usia produktif yang diantaranya adalah penyakit diare. Oleh karena itu dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui faktor - faktor air bersih dan jamban yang berpengaruh terhadap kesakitan diare pada balita.
Penelitian ini menggunakan analisis data sekunder dengan pengumpulan data secara "cross-sectional" di Kabupaten Belu Prop. NTT. Desain penelitiannya adalah "case-control".
Kasus adalah rumah tangga yang ada balita sakit diare, sedangkan kontrol adalah rumah tangga yang ada balita tidak sakit diare di daerah yang sama.
Penelitian ini dilakukan pada 49 kasus dan 260 kontrol, dengan 11 variabel independen dan 1 variabel dependen, yaitu diare balita. Dari analisis regresi logistik multivariat diketahui besarnya pengaruh setiap faktor yang diteliti dengan mengendalikan semua faktor lain yang ikut mempengaruhi asosiasi tersebut.
Telah dibuktikan dengan analisis bivariat adanya faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko diare pada balita, yaitu, kuantitas air, kondisi jamban dan faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi yaitu jumlah anggota rumah tangga dan kekayaan yang dimiliki.
Penelitian ini berrnaksud untuk mempelajari dampak penyediaan air bersih dan jamban terhadap diare balita daiam Skala terbatas di daerah pedesaan. Dari penelitian ini dapat diungkapkan bahwa hubungan antara air bersih dan kejadian diare balita merupakan "Water Washed Mechanism" disamping itu, ada kemungkinan lain yang dapat diungkapkan yaitu "Water Borne Mechanism", namun hal ini masih perlu ditegaskan dengan pemeriksaan bakteriologis air.
Dengan demikian disarankan kepada masyarakat setempat untuk mengupayakan dalam pengadaan air bersih yang mencukupi dan kualitas yang memenuhi syarat kesehatan untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari disamping memiliki serta memelihara sarana jamban.

Diseases which require the greatest attention are those that lead to high rates of morbidity and mortality, especially among children and people at productive age. A typical example is diarrhea.
Research is therefore needed to identify factors which influence diarrhea in children under five years of age such as water supply and excreta disposal.
This research uses secondary data from Puslitbang, Ministry of Health, and "cross sectional" data collected in Kabupaten Belu, NTT Province. It is designed as a "case control" study.
The case study involves households where child diarrhea is present and the control group consists of households in the same area where child diarrhea is not present.
The data analysis involved 49 eases of child diarrhea and 260 control samples. There were 11 independent variables and 1 dependent variable that was child diarrhea.
Logistic regression multivariate analysis was used to determine the magnitude of influence the risk factor variables on the dependent variable.
Using bivariate analysis it is shown that there are factors which can increase the diarrheal risk in children. These factors include water quality, the condition of latrines and indirect factors such as the number of household members and the level of household prosperity.
This research intends to investigate the impact of water supply and excreta disposal on child diarrhea on a village scale. From this research, it can be shown that the connection between water supply and child diarrhea is "water washed mechanism" as well. However, the latter needs to be proven by water bacteriological analysis.
It is therefore suggested that the local community provide a potable water storage capacity sufficient to meet their daily needs and that latrines are properly maintained.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Iswantoro
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan karena masih tingginya angka KKP di Nusa Tenggara Barat dan tingkat kesehatan yang masih rendah.
Secara umum penelitian bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat konsumsi makanan anak balita pada keluarga nelayan dan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Tingkat konsumsi makanan diperoleh dengan mentransfer makanan yang dimakan dalam bentuk kalori dan protein.
Lebih rinci lagi penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengaruh pendapatan keluarga nelayan terhadap tingkat konsumsi makanan anak balitanya. Juga faktor lain yang terkandung dalam diri Anak seperti umur dan jenis kelamin,dan yang terkandung dalam diri orang tua terutama ibu adalah tingkat pendidikan, pengetahuan tentang makanan yang baik.
Penelitian ini dilakukan di kecamatan Keruak Kabupaten Lombok Timur Nusa tenggara Barat
Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendapatan cross sectional dengan tehnik analisis kuantitatif dan kualitatif. Pengambilan data kuantitatif dilakukan dengan wawancara terstruktur menggunakan kuesioner dan pengukuran pada tehnik recall 24 jam makan. Data kualitatif dilakukan dengan tehnik wawancara mendalam dan observasi lapangan.
Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan tehnik analisis distribusi frekwensi, uji Chi Square , Analisis varians satu faktor (ONEWAY), korelasi Pearson's, regresi sederhana dalam bentuk logaritma dan regresi logistik. Pada data kualitatif diperoleh dengan cara indepth interview, observasi. Data kualitatif dipakai sebagai pendukung data kuantitatif, untuk mempertajam analisis mengenai kondisi sosial masyarakat.
Penelitian ini dilakukan terhadap keluarga nelayan yang mempunyai anak balita dengan jumlah sampel 250. Akan tetapi karena banyak terjadi drop out maka jumlah sampel berkurang menjadi 299 responden. Penelitian dilakukan pada lima desa kawasan pantai yaitu Tanjung Luar, Pijot, Jerowaru, Pemongkong dan Batunampar.
Hasil penelitian mendapatkan bahwa kondisi masyarakat keluarga nelayan di kecamatan keruak masih sangat memprihatinkan. Tingkat Konsumsi Makanan masih rendah untuk mencapai jumlah kalori dan protein yang dianjurkan. Tingkat pendapatan tidak merata, kebanyakan masih berada pada tingkat kemiskinan. Pendidikan yang diperoleh juga masih rendah dan masih banyak responden yang tidak pernah sekolah. Kemampuan membaca juga masih rendah, begitu juga kemampuan berkomunikasi juga masih belum baik.
Hasil analisis hubungan antar variabel dengan tehnik multivariate logistic regression didapatkan bahwa umur batita, kemampuan berbahasa ibu dan kemampuan membaca KK dengan konsumsi makanan bermakna. Sedangkan untuk penegetahuan tentang makanan yang baik tidak menunjukkan hubungan yang bermakana dengan konsumsi makanan. Pada varaibel pendapatan diperoleh hubungan yang berfluktuasi yaitu ketika berhubungan dengan konsumsi kalori bermakna tapi pada protein tidak bermakna dan untuk kedua-duanya bermakna.
Hasil analisis tersebut membuktikan bahwa faktor anak sangat penting dimana pada umur tersebut anak membutuhkan makan yang cukup untuk perkembangan fisik dan mentalnya. Faktor ibu di pedesaan perlu dilihat yaitu ketika tingkat pendidikan tidak bisa memberi indikasi yang baik maka kemampuan berbahsa Indonesia dijadikan sebagai indikator pada ibu di pedesaan. Pada Ayah (KK) diturunkan pada indikator kemampuan membaca. Pengetahuan ibu tentang makanan yang baik tidak selalu menjamin akan terjadinya tingkat konsumsi yang baik pula akan tetapi pengetahuan lebih terkekang adanya dominasi ketidak berdayaan dan kebiasaan makan. Tingkat pendapatan memang sebagai variabel utama dalam menentukan jumlah konsumsi dimana terjadi hubungan positif, akan tetapi dari hasil analisis demand melalui koefisien elastisitas menunjukkan perubahan kenaikan tingkat konsumsi sangat lamban.
Untuk itu perlu dipikirkan bagaimana dalam penanganan masalah kekurangan konsumsi makanan pada anak balita di keluarga nelayan kecamatan Keruak. Beberapa saran yang dapat kami ajukan adalah pertama kali ciptakan rasa aman pada masyrakat. Diberikan alternatif pekerjaan pada saat musim paceklik atau budidaya kawasan pantai. Memberi bantuan tehnologi madya pada nelayan. Penyuluhan tentang pentingnya makanan terutama sumber laut yang optimal, penyuluhan hendaknya disampaikan dengan bahasa yang mereka mengerti. Kembangkan lagi pendidikan non-formal untuk pemberantasan buta aksara, buta bahasa dan buta angka. Mengoptimalkan lembaga-lembaga kesehatan yang sudah ada dengan membentuk jaringan-jaringan dari tingkat dinas Kabupaten sampai kepada tingkat Kader Posyandu. Libatkan tokoh agama untuk menyampaikan informasi masalah kesehatan dan gizi.
Penelitian ini juga menyarankan adanya monitoring tentang kebiasaan makan, diharapkan melalui-beberapa penyuluhan tentang kesehatan dan gizi, masyarakat bisa memanfaatkan sumber makanan yang optimal.
Daftar Bacaan : 65 (1973 - 1992)
"
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library