Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mamosey, Welly E.
"Salah satu masalah kesehatan yang dihadapi negara sedang berkembang termasuk Indonesia adalah masalah kesehatan pada golongan anak bawah lima tahun (balita). Pada golongan anak balita ini angka kematian dan kesakitan masih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa derajat kesehatan masih rendah. Di negara-negara maju atau industri angka kematian bayi (0-1 tahun) rata-rata 5/1000/tahun, sedangkan di negara-negara sedang berkembang rata-rata 50/1000/tahun (Morley, 1879:1). Di Indonesia khususnya, pada tahun 1983 angka kematian bayi masih sekitar 90,3/1000/tahun (Depkes RI, 1987: 30), sedangkan angka kematian anak balita (1-5 tahun) masih sekitar 40/1000/tahun (Ditjen P2MPLP Depkes RI, 1984:20).
Pada tahun 2000 ditargetkan angka kematian bayi dapat ditekan menjadi 40/1000/tahun, dan angka kematian balita menjadi 20/1000/tahun (SKN Depkes RI, 1982:19). Jumlah angka kematian yang masih tinggi tersebut di atas tidak merata disetiap daerah di Indonesia. Di propinsi Jawa Barat pada tahun 1980 angka kematian bayi 129/1000/tahun, di propinsi Sulawesi Utara 83/1000/tahun. Daerah yang paling tinggi angka kematian bayi adalah propinsi NTB yaitu 187/1000/tahun, sedangkan yang paling rendah adalah Yogyakarta (Adhyatma, 1986 ; Munir, 1986:5).
Tingginya angka kematian bayi dan balita tersebut terutama disebabkan oleh tingginya prevalensi penyakit diare, infeksi saluran pernapasan (ISP), penyakit menular dan gangguan gizi (Munir, 1986:5 ; Morley, 1979:1). Dari jenis penyakit di atas, penyebab angka kematian paling tinggi adalah penyakit diare, kurang lebih 25 % (Morley, 1979:203). Khususnya angka kesakitan penyakit diare yaitu 200-400/1000/ tahun. Angka kesakitan penyakit diare tersebut bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia sekarang ini, maka rata-rata dalam setahun dapat ditemukan kurang lebih 40 juta kejadian penyakit diare/tahun. Dari 40 juta penderita diare ini, yang, meninggal kurang lebih 350.000/tahun jen P2MPLP Depkes RI, 1984:21). Untuk penyakit campak, diperkirakan 90 % dari semua anak pernah terserang. Angka kematian yang disebabkan penyakit campak ini kurang lebih 4,7 % dari jumlah bayi dan balita yang ada (Morley, 1979: 254), sedangkan penyakit malnutrisi menunjukkan bahwa kurang lebih 25 % dari semua kelahiran bayi, berat badannya di bawah 2,5 kg, sehingga menyebabkan tingginya angka kematian perinatal dan neonatal (Morley, 1979:190).
Untuk menanggulangi masalah kesehatan tersebut di atas beberapa program telah diterapkan seperti pembangunan sarana kesehatan (puskesmas, klinik, rumah sakit), penyediaan obat-obatan, tenaga medis (dokter, bidan, paramedik) dan lain-lain. Dari program-program tersebut masih banyak yang belum mencapai sasaran yang diharapkan karena adanya berbagai hambatan. Hambatan atau kegagalan tersebut sebagaimana yang dikemukakan Foster karena dalam perencanaan dan pelaksanaan program kurang memperhatikan dengan saksama karateristik-karateristik sosial, budaya dan psikologis dari kelompok yang menjadi sasaran atau recipient (Kalangie, 1987: 207). Hal ini menunjukkan bahwa faktor sosial budaya masyarakat perlu diperhatikan dalam penyusunan dan pelaksanaan program. Namun demikian bukan berarti bahwa bagi pelaksana program (provider) tidak terdapat masalah, seperti juga yang dikemukakan oleh Foster dalam kutipan tersebut di atas.
Dalam inovasi kesehatan banyak kesulitan yang dihadapi terutama pada masyarakat tradisional. Pada masyarakat ini, sistem medis tradisional telah lama tertanam dalam kognisi mereka sehingga sulit menerima sistem medis baru (modern). Penerimaan dan perubahan unsur-unsur sistem medis baru dapat terjadi secara perlahan-lahan dan memerlukan waktu yang relatif lama melalui program komunikasi terencana."
Depok: Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Freeman, John M.
Baltimore: The Johns Hopkins University Press , 1997
618.92 FRE s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Halati
"Defisiensi vitamin A merupakan masalah kesehatan masyarakat pada anak di negara berkembang. Di Indonesia, dalam rangka memberantas defisiensi vitamin A Departemen Kesehatan (Depkes) memberikan Kapsul Vitamin A (KVA) secara gratis setiap bulan Februari dan Agustus kepada anak umur 6-59 bulan.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian KVA di Jawa Tengah (Jateng) dan di Sulawesi Sela tan (Sulsel). Data yang digunakan adalah data dari Nutrition and Health Surveillance System (NSS) yang dikumpulkan oleh Helen Keller International (HKI) bekerjasama dengan Balitbangkes, Depkes pada bulan Maret - Juni 2003.
Cakupan pemberian KVA di Jateng adalah 90.8 % dan di Sulsel adalah 66.8 %. Di Jateng anak umur 6-11 bulan mempunyai peluang yang lebih besar untuk menerima KVA dibandingkan anak umur 48-59 bulan (OR= 1.51, 95% CI 1.09 - 2.08), Di Jateng status gizi yang diukur dengan BBIU berhubungan dengan penerimaan KVA, anak yang underweight mempunyai peluang yang lebih kecil untuk menerima KVA (OR=0.83, 95%CI, 0.70-0.98). Ada hubungan antara status gizi yang diukur dengan BB/TB dalam penerimaan KVA, anak yang wasting mempunyai peluang yang lebih kecil untuk menerima KVA (OR = 0.68, 95% CI, 0.51 - 0.91). Ada hubungan antara ISPA dengan penerimaan KVA. Anak yang menderita ISPA mempunyai peluang yang lebih kecil untuk menerima KVA (OR=0.84, 95%CI:0.70-1.00).
Di Sulsel semakin muda umur anak, peluang untuk mendapatkan KVA semakin besar. Ada hubungan antara diare dengan penerimaan KVA, anak yang diare mempunyai peluang yang lebih kecil untuk menerima KVA. (OR =0.55, 95% CI: 0.42-0.73).
Di kedua propinsi, tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan penerimaan KVA, semakin rendah pendidikan semakin tinggi peluang untuk menerima KVA, semakin rendah pendapatan semakin tinggi peluang untuk mendapatkan KVA. Status gizi (TBIU) tidak berhubungan dengan penerimaan KVA. Tidak ada hubungan antara asupan vitamin A dengan penerimaan KVA, namun demikian asupan vitamin A sangat rendah. Media kampanye melalui radio dan media cetak berhubungan dengan penerimaan KVA, sedangkan media kampanye TV tidak berhubungan dengan penerimaan KVA.
Dari hasil analisis multivariat. faktor-faktor yang berhubungan dengan penerimaan KVA di Jateng adalah terpapar kampanye melalui media cetak (OR = 1.8, 95 %CI 1.51-2,14), partisipasi di Posyandu (OR= 3.57, 95% CI 2.99-4.25) dan wasting (OR=0.68, 95%CI 0.50-0.92). Faktor-faktor yang berhubungan dengan penerimaan KVA di Sulsel adalah terpapar melalui kampanye radio (OR=0.43, 95%CI 1.08-0.90), kampanye melalui media cetak (OR= 96, 95 % CI 1.67- 2.29), partisipasi Posyandu (OR = 4.74. 95% CI 4.03- .57) , Pendidikan : tidak sekolah (OR = 2.35 . 95%CI 1.65-3.34), pendidikan 1-3 tahun (OR=1.76, 95% CI 1.29-2.40), pendidikan 4-6 tahun (OR=1.58, 95 % CI 1.30-1.93) dan pendidikan 7-9 tahun (OR=1.35, 95 % CI 1.08-1.68) Diare (OR 0.52, 95 % CI 0.38- 0.72). Partisipasi ke Posyandu merupakan faktor yang paling berhubungan di kedua propinsi, namun partisipasi ke Posyandu di Sulsel lebih rendah dibandingkan dengan di Jateng . Status gizi dan morbiditas harus mendapat perhatian dalam pemberian KVA, media kampanye panting untuk mensukseskan cakupan pemberian KVA.

Factors That Were Related To Vitamin A Capsule (VAC) Receipt Among Children Aged 6-59 Months In Central Java And South Sulawesi, 2003 (Secondary Data Analyses of the GO I/HKI NSS data , March - June 2003)Vitamin A deficiency is a public health problem among children in developing countries. In Indonesia, in order to combat vitamin A deficiency, Ministry of Health (MOH) distributes the Vitamin A Capsule (VAC) for free in every February and August to children 6 - 59 months.
The aim of the research was to find out factors that were related to Vitamin A Capsule (VAC) receipt in Central Java and South Sulawesi . The Government of Indonesia /Helen Keller International Nutrition and Health Surveillance System (the GOL' KI NSS) data collected in March-June 2003 had been used for this research,VAC coverage in Central Java was 90.8 % and in South Sulawesi was 66.8 %. In Central Java children 6-11 months had a higher chance to receive VAC than children 48-59 months (OR= 1.51, 95% CI 1.09 - 2.08). There was relationship between nutritional status (weight for age) with VAC receipt., underweight children had a lower chance to receive VAC than normal children (OR=0.83, 95%CI, 0.70-0.98). There was a relationship between nutritional status (weight for height) with VAC receipt, wasting children had a lower chance to receive VAC than normal children (OR = 0.68, 95% CI, 0.51 - 0.91). There was relationship between Acute Respiratory Infection (ARI) and VAC receipt, children with ARI had a lower chance to receive VAC (OR=0.84, 95%CI:0.70-1.00).
In South Sulawesi, younger children had a higher chance to receive VAC. There was a relationship among diarrhea and VAC receipt, children with diarrhea had a lower chance to receive VAC (OR =0.55, 95% CI: 0.42-0.73).
In both areas, there was no relationship between sex and VAC receipt, there was relationship among maternal education and VAC receipt, children whose mother had lower education had a higher chance to receive VAC , children whose mother had lower income had a higher chance to receive VAC. There was no relationship among vitamin A intake with VAC receipt, however vitamin A intake was very low. Media campaigns of radio and printed materials had relationship with VAC receipt, but media campaign of TV had no relationship with VAC receipt.
Results from multivariate analyses showed that factors that were related with VAC receipt in Central Java was media campaign of printed materials (OR = 1.8, 95 %CI 1.51-2,14), Posyandu attendance (OR= 3.57, 95% CI 2.99-4.25) and wasting (OR=0.68, 95%CI 0.50-0.92). Factors that were related with VAC receipt in South Sulawesi was media campaign of radio (OR=0.43, 95%CI 1.08-0.90), media campaign of printed materials (OR= .96, 95 % CI 1.67- 2.29), Posyandu attendance (OR = 4.74. 95% CI 4.03- .57) , Education: did not go to school (OR = 2.35 .95%CI 1.65-3.34), 1-3 years of education (OR=1.76, 95% CI 1.29-2.40), 4-6 years of education (OR=1.58, 95 % CI 1.30-1.93) and 7-9 years of education (OR=I.35, 95 % CI 1.08-1.68), diarrhea (OR=0.52, 95 % CI 0.38- 0.72). Posyandu attendance was the main factor that was related to VAC receipt in both areas. However, Posyandu attendance was lower in South Sulawesi than in Central Java. Children nutritional status and morbidity need to be considered in distributing the VAC. Media campaign was important for the success of the VAC coverage.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12920
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadiyat Miko
"Gizi buruk merupakan kekurangan gizi tingkat berat terutama pada anak-anak umur dibawah lima tahun (balita) dan merupakan salah satu masalah gizi utaman di Indonesia yang perlu ditanggulangi karena berdampak terhadap kesehatan dan Human Devolopment Index manusia Indonesia 15-20 tahun yang akan datang.
Masalah gizi memiliki dimensi yang luas, tidak hanya merupakan masalah kesehatan tetapi juga meliputi masalah social, ekonomi, budaya, pola asuh, pendidikan dan lingkungan. Faktor pencetus munculnya masalah gizi dapat berbeda antara wilayah ataupun antara kelompok masyarakat, bahkan akar masalah ini dapat berbeda antara kelompok usia balita. Kondisi krisis ekonomi sejak tahun 1997 dan tentu berkelanjutan sampai saat ini, menyebabkan daya beli pada masyarakat secara umum menjadi menurun, karena disatu pihak relatif banyak yang kehilangan sumber mata pencaharian sementara di pihak lain adanya peningkatan harga barang dan jasa. Hal ini dapat mengakibatkan dampak buruk terhadap kesehatan dan gizi masyarakat, terutama balita. Masalah gizi pada anak balita di Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat dari tahun ketahun cenderung meningkat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi khususnya gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita umur 6 bulan sampai < 5 tahun di Kecamatan Bojongasih Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat tahun 2002.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metoda potong lintang (cross sectional)1. Responden dalam penelitian ini adalah ibu dan anak balita umur 6-60 bulan dengan jumlah sampel sampel sebanyak 758, 5 desa di Kecamatan Bojongasih Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat. Analisis data dilakukan dengan uji kai kuadrat dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik.
Di masa yang akan datang dalam pemilihan dan perencanaan upaya yang berkaitan dengan masalah gizi buruk ini agar mempertimbangkan ukuran dampak potensial yang berkontribusi terhadap terjadinya kasus gizi buruk pada anak balita.
Dalam melakukan intervensi untuk memperbaiki status gizi anak umur 6 bulan sampai dengan 5 tahun di Kecamatan Bojongasih agar memperhatikan kedelapan variabel diatas yang berpengaruh munculnya kejadian KEP dan perlu penelitian lebih lanjut dengan melihat pola asuh anak dengan desain yang sama scara skala besar.

Severe Malnutrition is the chronic nutrient deficiency, which usually occurs at under five years old children. It also the main nutrient problems in Indonesia that should have to decline and reducing it's effects to health and Indonesians Human Development Index for the next 15 - 20 years.
The nutrition problem has a very wide dimension, not just public health problems but also social, economic, culture, care, education, and environment. The ignitions of nutrition problems in one region or society to another could be different, in fact the occurrence among under five years old children could be different.
Indonesia's economic crisis conditions in 1997 and still continuing today caused public's purchasing power decreasing generally, as effect of un-employments and the raise of goods and services prices. Those conditions could make worst for public's health and nutrients, especially toddlers. Nutrient problems in West Java Province inclination increase years after years.
The goals of this research is to search the connection factors of severe malnutrition incidences, age between 6 months - 60 months at Kecamatan Bojongasih Kabupaten Tasikmalaya, in 2002.
This research is an observational research with cross sectional method. The respondents of this research are the mothers that have children of under five years, with the numbers of sample is 758.
The conclusion of the research, that eight variables status has a significant connection to incidence severe malnutrition cases, therefore any dealing and prevention acts with public's nutrients and health problems should pay attention to that variables by doing full planning works. In determining and planning acts to prevent the nutrient problems, we have to considering the potential effect values that make contributions to severe malnutrition cases.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T12643
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziah Anwar
"ABSTRAK
Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah utama yang perlu ditanggulangi diantara program-program kesehatan lainnya pada saat ini di Indonesia. Usaha akselerasi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) memerlukan data dan informasi yang akurat dan tepat waktu dalam menentukan arah pencapaian tujuan program yang dikehendaki. Namun beberapa data dan informasi KIA di kabupaten Purwakarta diragukan keakuratannya.
Data dan inforrnasi memegang peranan sentral dalam pengambilan keputusan untuk perencanaan, monitoring dan evaluasi. Disisi lain banyak hambatan yang ditemukan dalam mengumpulkan data, menganalisa, dan merubah data menjadi inforrnasi yang dapat digunakan secara maksimal. Sedangkan kecenderungan yang sering terjadi adalah ketidak sesuaian antara kebutuhan informasi yang diminta dengan ketersediaan data yang masuk, diolah dan didesiminasikan. Menyadari hal tersebut di atas perlu usaha-usaha untuk mengetahui pemanfaatan data dan informasi program KIA yang dikumpulkan di tingkat bawah dalam hal ini kabupaten Purwakarta dalam mendukung perencanaan di tingkat pusat.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pemanfaatan data dan informasi KIA yang dikumpulkan di kabupaten Purwakarta dalam mendukung perencanaan program KIA di tingkat pusat, serta faktor-faktor penghambat pemanfaatan data tersebut. Penelitian ini bersifat kualitatif, data diperoleh dari observasi kelengkapan data KIA tingkat kabupaten, pemeriksaan dokumen yang dipakai untuk memilah data serta jenis indikator-indikator yang dilaporkan ke propinsi dan pusat, dan wawancara mendalam untuk menggali penyebab rendahnya pemanfaatan. Responden adalah beberapa orang yang terlibat mengumpulkan, mengolah, mengkaji, dan memanfaatkan data KIA di kabupaten Purwakarta, propinsi Jabar, dan pusat.
Hasil penelitian menemukan bahwa penyusunan rencana program KIA di tingkat pusat lebih banyak nienggunakan angka-angka nasional dari pada data dan informasi kabupaten. Selain itu pemanfaatan data dan informasi KIA belum optimal di propinsi maupun kabupaten. Disamping itu dualisme sumber data, anggapan kurang baik tentang bekerja di pengelolaan data, kurang pengetahuan, lama bekerja yang relatif singkat, dan ketersediaan dana yang tidak mencukupi untuk pemeliharaan komputer merupakan faktor-faktor penghambat pemanfaatan data KIA.
Dalam mengoptimalkan pemanfaatan data dan informasi KIA di setiap tingkat administrasi kesehatan perlu dikembangkan penyusunan profil kesehatan ibu dan anak termasuk penyajian informasi dalam bentuk pemetaan. Penggalangan kerja sama antara unit teknis, unit pengelola informasi, Kantor Statistik, pihak ketiga (peneliti) akan membangun suatu jaringan kerja yang baik di bidang sistem informasi menghadapi faktor-faktor penghambat pemanfaatan data dan informasi KIA.

ABSTRACT
Evaluation of the Making Use of Data and Information of Maternal and Child Health (MCH) Collected in Purwakarta District in supporting the Program Planning of MCH in CentralThe issue of MCH is still a main problem which needs to be coped with among other health problems today in Indonesia. Efforts to accelerate the decline of mother's death rate (MMR) require accurate date and information and punctuality in deciding the ways to reach the program objectives required. There is however, some doubt about several data and information of MCH in Purwakarta District.
Data and information play an important part in making decisions for planning, monitoring, and doing evaluation. On another side, there are many constraints encountered in collecting data, analyzing, and changing data into ones which is applicable at maximum. Whereas the trand which often occurs is that there is incongruency between information required and the availability of data-input which is processed and disseminated. Considering the matter, it is necessary to put efforts to know the making use of data and information of MCH program which is collected in lower level, in this case Purwakarta District, in supporting the planning in central.
This research has the objective to obtain the information about the using of data and information of MCH which is collected in Purwakarta District in supporting the planning of MCH program in central, and the constraints of the using of the data. The research is qualitative, in which the data is obtained from observation of data completion of MCH in district level, verification of documents used to select data, kinds of indicators reported to province and central, and profounding interview to dig out the cause of poor application. Respondents are several people involved in collecting, processing, analyzing and applying data in Purwakarta District, West Java Province and central.
The findings of research indicate that the setting of the planning MCH Program in central applied more national figures than the data and information in distret. Besides that, the ambiguity of data sources, bad assumptions of working in data processing, lack of knowledge, relatively short work and the availability of funds which was not enough for computer maintenance were the constraints of data application of MCH.
In making of the optimum use of data and information of MCH in every level of health administration, it is necessary to develop the setting of the profile of Maternal and Child Health including the presentation of information in the form of mapping. The promoting of cooperation among technical unit, information administration unit, Statistics Office, and the third hand (researchers) will build good networks in the field of information system to cope with the constraints encountered in the making use of data and information of KIA.
"
Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suarni
"Fenomena AYLA adalah sebuah fenomena tragedi kemanusiaan yang luar biasa yang terjadi hampir di setiap pelosok. Keluarga sebagai salah satu tempat yang seharusnya teraman dan ternyaman bagi anak, narnun pada kenyataannya justru sebaliknya kondisi keluargalah yang mendorong anak menjadi AYLA tidak saja secara ekonomi melainkan faktor keretakan keluarga. Sebagai akibat dari terjerumusnya anak ke dunia pelacuran dapat berdampak pada fisik, psikis dan sosial anak sehingga proses tumbuh kembangnya terganggu.
Berangkat dari fenomena tersebut yang mendorong Remaja Ulet Bandung sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat yang masih baru berdiri untuk kansen dan memberikan pelayanan kepada anak yang dilacurkan khususnya dalam bidang kesehatan, mengingat resiko kesehatan sangat dekat dengan anak yang dilacurkan dan akan mengancam jiwa anak tersebut.
Bardasarkan uraian di atas, penelitian ini berusaha mendeskripsikan perlindungan kesehatan yang dilakukan AYLA dan bagaimana LSM Remaja Ulet berperan serta membantu mereka untuk mencegah dan meminimalisir resiko kesehatan bagi anak yang dilacurkan di Kota Bandung. Remaja Ulet sebagai salah satu lembaga yang sangat peduli dengan permasalahan anak yang dilacurkan menangani langsung kasus-kasus kesehatan balk penyakit bersifat umum maupun Penyakit Menular Seksual (PMS). Dalam perkembangannya masalah kesehatan adalah salah satu masalah yang sangat serius dan perlu penanganan segera.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif untuk menggali informasi-informasi tentang perlindungan kesehatan anak yang dilacurkan dampingan LSM Remaja Ulet, yang diperoleh melalui infer-man.
Hasil temuan penelitian menunjukkan perlindungan kesehatan anak yang dilacurkan terdiri dari konseling kesehatan, melalui informasi berupa leaflet, ke dokter atau ke rumah sakit melalui rujukan Remaja Ulet, mengkonsumsi obat-obatan anti biotik dan obat-obat lainnya yang tersedia di warung-warung. Sedangkan secara garis besarnya perlindungan kesehatan anak yang dilacurkan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu perlindungan kesehatan yang bersifat pencegahan (prevenfif) dan perlindungan kesehatan bersifat pengobatan (kuratif).
Perlindungan kesehatan yang dilakukan anak yang dilacurkan lebih banyak berkaitan dengan masalah kesehatan reproduksi, mengingat anak yang dilacurkan termasuk anak yang memiliki aktivitas yang high risk, karena prilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan diperparah lagi dengan tingkat kematangan mereka baik secara pemikiran maupun seksual. Gatal-gatal pada begian vagina, keputihan, aborsi adalah jenis penyakit kelamin yang pernah umumnya diderita oleh anak yang dilacurkan. Karena penyakit tersebut bukanlah penyakit yang ringan dan merupakan Penyakit Menular Seksual (PMS) sehingga penanganannya harus dilakukan dengan cara-cara medis, sehingga pada saat anak yang dilacurkan mengalami penyakit kelamin seperti yang telah disebutkan, maka mereka dengan dorongan diri sendiri meminta bantuan kepada pendamping atau Social Worker Remaja Ulet untuk mengantar atau merujuk ke dokter praktek, akupunktur atau rumah sakit jaringan Remaja Ulet. Mengingat penyakit menular seksual akan berdampak, jangka panjang dan tidak bisa disembuhkan tanpa bantuan tenaga medis yang profesional sehingga mendorong anak yang dilacurkan senantiasa berhati-hati dan lebih 'memiliki tindakan pencegahan (preventif) yakni dengan membersihkan vagina mereka dengan menggunakan sabun pembersih khusus wanita. air daun sirih dan ada juga yang menggunakan air garam. Cara-cara yang dilakukan oleh mereka dalam melindungi kesehatan mereka sangat bervariasi tergantung pada tingkat pengetahuan mereka mengenai penyakit-penyakit kelamin dan penanganannya.
Penelitian ini menemukan beberapa yang sekiranya dapat menjadi renungan, analisis bersama serta dapat menjadi tugas bersama untuk membenahinya, agar perlindungan kesehatan anak yang dilacurkan dapat lebih maksimal, sehingga resiko-resiko yang berkaitan dengan kesehatan dapat diminimalisir yang pada akhirnya anakanak dapat terselamatkan dan dapat meraih kembali hak-haknya, sehingga disarankan agar perlu adanya langkah-langkah yang dilakukan agar sebisa mungkin anak-anak mendapatkan hak-haknya secara layak sesuai dengan Undang-Undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, diharapkan keluarga sebagai tempat yang paling dekat bagi anak, sudah selayaknya keluarga menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi seorang anak, adanya langkah preventif yang dapat ditempuh oleh semua pihak pemerintah, LSM, akademisi dan masyarakat agar anak dapat tercegah dari bentukbentuk eksploitasi, dengan menyediakan aksess pelayanan yang ramah anak sehingga anak memiliki alternatif tempat yang aman dan nyaman untuk tumbuh dan berkembang secara layak, menyediakan akses yang dapat menjadi alternatif pencarian nafkah misalnya dengan membekali mereka keterampilan yang memadai dan modern sehingga mereka betul-betul siap untuk bekerja di tempat-tempat yang aman dan nyaman bagi anak sehingga perlahan-lahan anak yang dilacurkan dapat meninggalkan aktivitasnya di dunia malam karena adanya alternatif pekerjaan untuk menghasilkan uang yang memadai dan adanya perhatian serius dari berbagai pihak untuk melakukan langkah-langkah prevenlif. kuratif dan rehabilitafif bagi AYLA dan memberikan bekal pengetahuan yang maksimal kepada AYLA untuk meningkatkan perlindungan kesehatan mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13727
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Volkmar, Fred R.
"Parents of children with autism spectrum disorders (ASDs) are in constant need of information about every aspect of their child's development. Now the task of understanding and managing their child's general health and medical care is made much easier with Healthcare for Children on the Autism Spectrum -- the first book for parents to focus on this important subject. While a child with autism can be as healthy as any other, autism creates challenges, such as sensory issues and communication difficulties, that become a factor when considering almost all healthcare decisions. Dr. Volkmar, a leading authority on autism and director of the Developmental Disabilities Clinic and Research Program at the Yale University Child Study Center, and Dr. Wiesner, a pediatrician with a special interest in the field, offer parents and healthcare providers accessible, comprehensive information on a wide array of medical, nutritional, and behavioral concerns. Parents can find answers to help them understand symptoms and behaviors, guidelines to evaluate medications and alternative therapies, and tips to make doctor and dentist visits more manageable. There is also useful advice on how to forge a strong parent-doctor partnership, which is the cornerstone to any child's good health. This is an essential medical reference for all families, no matter where their child may fall on the autism spectrum"
New York: Woodbine House, Bethesda, MD, 2004
649.154 VOL h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hindra Irawan Satari
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Carla K.
"Latar belakang masalah adalah sesuai dengan tujuan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kesehatan yaitu Perbaikan mutu Lingkungan Hidup untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian, sedangkan kondisi perumahan di Jakarta masih banyak yang belum memenuhi syarat kesehatan sehingga memudahkan terjadinya penularan penyakit antara lain penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut yang penularannya terjadi melalui udara.
Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya pengetahuan mengenai pengaruh lingkungan rumah terhadap terjadinya Infeksi Saluran Pernafasan Akut, khususnya mengenai pengaruh daripada: kepadatan penghuni, suhu, kelembaban, ventilasi, adanyan sumber penularan dalam rumah dan adanya sinar matahari dengan tidak lupa memperhatikan adanya pengaruh daripada lingkungan sosio-kultural yaitu tingkat pendidikan ibu dan tingkat sosio-ekonomi keluarga.
Adapun penelitian ini merupakan survei analitik, "Cross sectional study" yang didahului dengan survei pendahuluan untuk mengetahui jumlah populasi. Pemilihan sampel secara "cluster sampling" dan "simple random sampling". Penelitian di lapangan dilakukan dengan wawancara, pengamatan dan pengukuran-pengukuran. Analisa data dilakukan dengan komputer mempergunakan program statistik "Stat Pao" dan "SPSS/PC".
Kesimpulan yang diperoleh ialah dari faktor-faktor lingkungan fisik rumah berupa : kepadatan penghuni, suhu, kelembaban, ventilasi, sumber penularan dalam rumah dan adanya sinar matahari, yang jelas memperlihatkan pengaruh yang bermakna secara statistik terhadap kejadian ISPA pada balita ialah kelembaban, disamping faktor suhu dan tingkat sosio-ekonomi keluarga yang juga memperlihatkan adanya pengaruh yang bermakna secara statistik. Untuk penelitian yang akan datang konsep mengenai ventilasi, sumber penularan dalam rumah dan adanya sinar matahari sebaiknya dipertajam lagi. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan M. Thaha
"Posyandu merupakan sarana pelayanan kesehatan yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, yang menciptakan komitmen masyarakat khususnya para kaum lbu dalam mengembangkan kesejahateraan keluarga terutama dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
Oleh sebab itu, upaya yang dilakukan Posyandu memerlukan partisipasi masyarakat terutama partisipasi dari Ibu Balita untuk memanfaatkan semaksimal mungkin sarana yang telah tersedia. Namun pada kenyataannya, cakupan kegiatan Posyandu sebagai cermin partisipasi Ibu Balita belum mencapai target sasaran seperti yang telah ditetapkan sebelumnya.
Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui faktor-faktor yang diduga sebelumnya berhubungan dengan praktek penggunaan Posyandu oleh Ibu Balita di Kotamadya Ujung Pandang. Jenis penelitian adalah Survey analitik dengan menggunakan metode cross sectional. Cara pengambilan sampel menggunakan tehnik Multi Stage Cluster Random Sampling.
Dari 7 faktor yang diteliti sebagai variabel bebas hanya 5 faktor yang dinyatakan berbeda bermakna (p<0.05 ) secara statistik yaitu faktor pengetahuan, sikap, kemauan, pengaruh pandangan lain serta perilaku petugas dengan derajat keeratan hubungan (phi) yang sangat kuat. Sedangkan 2 variabel lainnya tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna terhadap praktek sebagai variabel terikat. Disamping itu, ditemukan adanya korelasi yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap dan kemauan serta sikap dengan kemauan, yang menyebabkan terjadnya kolinearitas berganda.
Setelah dilakukan uji regressi berganda, faktor kemauan, faktor pengaruh pandangan lain serta perilaku petugas ternyata mampu menerargkan variasi perubahan pada praktek serta mampu untuk mempengaruhi kemungkinan peningkatan pada praktek.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada 5 variabel yang berhubungan bermakna dengan praktek penggunaan Posyandu oleh Ibu Balita yaitu pengetahuan, sikap, kemauan, pengaruh pandangan lain serta perilaku petugas. Untuk itu disarankan agar dalam kebijaksanaan program penyuluhan lebih difokuskan pada pada upaya menggugah kemauan Ibu-Ibu Balita dalam menggunakan Posyandu, kemudian jaringan penyuluhan diperluas pada kaum laki-laki sebagai penentu kebijaksanaan dalam keluarga. Dan berhubungan dengan kesiapan Posyandu maka disarankan pula agar usaha meningkatkan kualitas petugas menjadi sasaran dari program pembinaan Posyandu.
Akhirnya perlu dilakukan penelitian lanjut terhadap seberapa jauh faktor-faktor yang berada diluar individu mempengaruhi tingkat penggunaan Posyandu oleh Ibu Balita di Kotamadya Ujung Pandang."
Depok: Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>