Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Upik Sarjiati
Abstrak :
Penduduk di negara maju maupun di negara berkembang sering menghadapi idiosyncratic dan aggregate risk. Letusan Gunung Merapi yang terletak di di Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Oktober dan November 2010 menyebabkan 196 orang meninggal dunia, dan 2.586 rumah rusak. Studi ini bertujuan untuk mengkaji dampak letusan Gunung Merapi terhadap kehidupan masyarakat desa, menganalisis karakteristik sosial ekonomi rumah tangga, dan menginvestigasi coping strategy rumah tangga dalam menghadapi bencana erupsi pada jangka pendek (tiga bulan setelah erupsi), dan jangka panjang (enam bulan setelah erupsi) melalui mekanisme formal dan informal. Studi ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan kuantitatf. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mewawancarai kepala desa, penduduk desa dan NGO serta mendistribusikan 188 kuesioner kepada rumah tangga di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman dengan metode purposive sampling dan clustering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bantuan melalui mekanisme informal seperti bantuan yang berasal dari keluarga inti dan besar, teman dan tetangga, serta bantuan melalui mekanisme formal seperti bantuan yang berasal dari partai, NGO, perusahaan dan pemerintah penting pada pasca bencana. Bantuan yang berasal dari institusi informal diperoleh rumah tangga segera setelah terjadi bencana. Dalam jangka panjang, bantuan pemerintah lebih penting sebagai salah satu coping strategy rumah tangga karena keterbatasan jumlah sumber bantuan lainnya. ......People in the developed and developed countries often face idiosyncratic risk and aggregate risk. In October and November, 2010, the Mt. Merapi located in Sleman Regency, Yogyakarta Province, Indonesia erupted that caused 196 people dead, and 2,586 houses damaged. This paper aims to assess the impact of Mt. Merapi eruption on rural household livelihood, to examine socio-economic characteristics of households, and to investigate the coping strategies of the households against the eruption in the short term (three month after eruption), and in the long term (six month after eruption) through formal and informal mechanisms. This study use quantitative and qualitative method. Using purposive sampling and clustering, the data was collected by distributing 188 questionnaires from the households in Cangkringan Districts, Sleman Regency, and interviewing local leader, villager, and non-government organization. The findings are assistances from informal institution such as from nuclear and extended families, friends and neighbors, and formal institutions such as from party, non-government organization, company and government are important in the post disaster. Assistances from informal institutions were got by the households immediately after disaster. In the long term, assistances from government became more important as households’ coping strategies because amount of other assistances were limited.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiarti
Abstrak :
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya stereotip yang berkembang di masyarakat bahwa setiap wanita dewasa yang telah menikah diharapkan perannya sebagai seorang ibu, bila ia mau dikatakan sebagai wanita yang sempurna. Namun demikian, sekitar 10 % pasangan di Indonesia tidak beruntung memiliki keturunan. Sedangkan penyebab kekurang berhasilan seorang wanita untuk bisa hamil dan melahirkan anak setelah 12 bulan pernikahan dengan kegiatan bersenggama secara teratur, yang lazimnya disebut infertilitas, sangat bervariasi. Adanya kenyataan infertilitas tersebut membuat wanita memiliki penghayatan psikologis terhadap kondisinya tersebut, yang pada akhirnya bisa menjadi satu sumber stres baginya. Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dengan pertimbangan bahwa masalah yang diteliti merupakan masalah yang peka dan membutuhkan kedalaman informal. Teknik pengambilan data melalui wawancara mendalam dan observasi. Ruang lingkup penelitian adalah wanita yang sudah menikah, paling sedikit 12 bulan, berpendidikan minimal SMA dan belum punya anak. Lokasi penelitian pun dibatasi yaitu kompleks perumahan salah satu BUMN di Cilegon. Hasil yang diperoleh adalah terjaringnya berbagai sumber-sumber stres, baik berupa penghayatan frustrasi, karena adanya hambatan fisik dan sosial, konflik maupun tekanan-tekanan yang dirasakan oleh wanita infertil. Tergali pula mengenai makna anak, serta hal yang menarik lagi adalah diketahuinya peran dukungan suami yang sangat besar dalam memotivasi istri untuk melakukan coping secara efektif. Sedangkan strategi coping yang muncul pun bervariasi, mencakup coping baik yang berpusat pada masalah, maupun berpusat pada emosi. Upaya pencarian pengobatan yang dilakukan oleh wanita infertil lebih condong bersifat bukan medis/tradisional. Hal ini berkaitan dengan kurangnya dukungan suami untuk terlibat dalam upaya pencarian pengobatan. Kesimpulan yang diperoleh adalah tentang pentingnya dukungan suami dalam memotivasi wanita infertil untuk melakukan upaya pencarian pengobatan. Saran yang diberikan adalah perlunya konseling infertilitas bagi pasangan infertil dan pemberdayaan pengobatan tradisional oleh wanita infertil.
This research is base on stereotype about role of woman as married adult who has a child. About 10% of married couples in Indonesia doesn't have child. They are called infertile couple or who has infertility problem. The infertility is condition where married woman doesn?t have pregnancy including 12 months during her married periods within do coitus routinely. The cause of infertility is varied. The infertility made a married woman appreciate some psychological feeling about her problem, so that can be a stressor for her. Method of this research is qualitative, because of the essential research problem is sensitive and wants a accurate and in-depth data. The informants are married women, with married age at least 12 months, high school education minimal, Childless. The research location is in Cilegon. The results of research are known frustration, because of physical and social barriers, conflicts and stress. The informants appreciated varied meaning of child for them. The role of social support from informants? husbands is very important, because that can motivate them to do coping effectively. There are many coping strategy; problem-focused coping and emotion focused coping that do by informants. The low of social support from their husbands made them do traditional treatments, that no husband participants. The infertility counseling and the improvement traditional medicine is propose to help infertility couple to solve their problems.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wina Al Syifa
Abstrak :
Perempuan disabilitas merupakan kelompok yang rentan untuk mengalami kekerasan seksual akibat kondisi disabilitas dan stigma di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stigma dan coping strategy perempuan disabilitas penyintas kekerasan seksual di ranah personal dengan menggunakan Transactional Stress and Coping Model Lazarus & Folkman (1984) di HWDI Jakarta tahun 2023. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, desain studi kasus pada 4 orang perempuan disabilitas penyintas kekerasan seksual dan 8 informan kunci dari keluarga penyintas, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, UPT Pusat Perlindungan Perempuan dan Anak DKI Jakarta serta konselor HWDI Jakarta. Pengumpulan data dengan wawancara mendalam dilakukan pada bulan Mei-Juli 2023 dan dianalisis secara konten. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas penyintas merasa tidak berdaya, tidak berharga, tidak percaya diri, menarik diri dari lingkungan hingga berpikir untuk bunuh diri. Meski telah mengantisipasi stigma dengan menyembunyikan kekerasan seksual yang dialami, semua penyintas tetap menerima stigma hingga diskriminasi karena kekerasan dan kondisi disabilitas yang dialami. Mayoritas penyintas mendapatkan dukungan keluarga dan komunitas. Pada jenis problem-foused coping, umumnya penyintas mencari bantuan ke keluarga dan/atau profesional, sedangkan emotion-focused coping, mayoritas penyintas berolahraga dan beribadah untuk mengelola emosi, hanya sebagian penyintas mengembangkan humor dan pemaknaan positif. Untuk itu, pemerintah perlu melakukan sosialisasi kepada lembaga yang menangani kasus kekerasan terkait kebijakan dan hak disabilitas, cara pelaporan dan penanganan kasus. Sosialisasi kepada masyarakat terkait stigma dan kekerasan seksual diperlukan untuk melindungi dan memenuhi hak perempuan disabilitas. ......Women with disabilities are one amongst the groups who are vulnerable to become the target of sexual violence due to their condition and stigma from the public. This research aims to uncover the stigma and coping strategy of women with disabilities who survived personal sexual violence using the Transactional Stress and Coping Model proposed by Lazarus & Folkman (1984) at Indonesian Women with Disabilities Organization (HWDI) Jakarta in 2023. This research uses a qualitative approach with a study case design on 4 women with disabilities who survived sexual violence and 8 key informants which consists of the survivors' families, Jakarta Health Agency, Technical Implementation Unit (UPT) of the Women and Children Protection Centre in Jakarta as well as the counselor of HWDI Jakarta. The data are collected through in-depth interview which was conducted in May-July 2023 and are being analyzed using content analysis.  The result shows that the majority of the survivors feel a sense of helplessness, unworthiness, lack of self confidence, forfeit themselves from the society to the extent of even having suicidal thoughts. Even after anticipating the stigma by hiding the sexual violence they have experienced, all of the survivors still received the stigma and discrimination due to the violence and disability condition that they are in. The majority of the survivors received support from their families and community. On the problem-focused coping type, the survivors are generally seeking help to their families and/or professionals, while on the emotion-focused coping, the majority of the survivors do exercises and pray to process their emotions, only a number of survivors develop a sense of humor and positive mindset. Therefore, the government needs to provide and hold socialization to agencies that handle violence concerning the policy and the rights of people with disabilities, how to report and handle cases regarding the issue. Socialization to the public about stigma and sexual violence is also urgent in order to protect and fulfill the rights of women with disabilities.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizna Notarianti
Abstrak :
Ketahanan pangan rumah tangga menjadi salah satu faktor dalam pemenuhan gizi dan konsumsi rumah tangga. Pandemi Covid-19 mengakibatkan semakin terbatasnya akses pangan bagi rumah tangga, sehingga berpotensi menimbulkan kerawanan pangan. Guna menanggulangi kerawanan pangan, rumah tangga melakukan food coping strategy. Penelitian di pemukiman kumuh di Depok menunjukkan sebanyak 51,3% rumah tangga memiliki skor food coping strategy tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran food coping strategy dan faktor-faktor yang berhubungan dengan food coping strategy pada rumah tangga. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan menggunakan data sekunder dari Studi Ketahanan Pangan Keluarga dalam Kondisi Pandemi Covid-19 di Wilayah Urban dan Semi Urban Tahun 2020. Responden berjumlah 259 rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan kepala rumah tangga, pendidikan pasangan, pendapatan rumah tangga, status menerima bantuan pemerintah dan ketahanan pangan rumah tangga dengan penggunaan food coping strategy. Faktor yang paling dominan terhadap food coping strategy adalah rumah tangga rawan pangan. Dari hasil penelitian ini diharapkan dilakukan edukasi kepada masyarakat tentang diversifikasi pangan dan promosi potensi pangan lokal agar tercapainya ketahanan pangan rumah tangga ......Household food security is one of the factors in the fulfilment of nutrition and household consumption. The Covid-19 pandemic has resulted in increasingly limited access to food for households, thus potentially causing food insecurity. To overcome food insecurity, households adopt a food coping strategy. Research in slums area in Depok shows that 51.3% of households have a high food coping strategy score. This study aims to determine the food coping strategy and the factors associated with the food coping strategy in the household. This study is a cross-sectional study using secondary data from the Study of Family Food Security in the Conditions of the Covid-19 Pandemic in Urban and Semi-Urban Areas in 2020. This study is a cross-sectional study with a sample of 259 households. The results showed that there was relationship between occupation of household head, spouse education, household income, status of receiving government assistance and household food security with food coping strategy. The dominant factor in food coping strategy is household food security. From the results of this study, it is hoped that education about food diversification and promotion of local food potential can be carried out to achieve household food security.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lastriningsih
Abstrak :
Pandemi corona virus diseases-19 (covid-19) memaksa masyarakat untuk melakukan berbagai aktivitas di dalam rumah demi mengurangi penyebaran virus. Kegiatan seperti perkuliahan dilakukan melalui pembelajaran jarak jauh (PJJ), sedangkan pekerja perusahaan atau pegawai negeri diminta untuk bekerja dari rumah. Lamanya pandemi ini berlangsung juga belum pasti walaupun beberapa ahli sudah mempublikasi perkiraan—dengan menggunakan metode ilmiah—kapan pandemic akan berakhir di Indonesia. Hal ini membuat banyak perantau mahasiswa atau pekerja dari daerah Depok memutuskan pulang kampung karena tidak perlu lagi hadir secara fisik di kampus dan di tempat kerja dalam jangka waktu yang belum pasti. Ketidakpastian berakhirnya pandemi mengharuskan mereka untuk lebih banyak tinggal di ruang lingkungan tempat tinggal yang terbatas bisa jadi membuat mereka merasa tertekan (stress). Bagaimana mereka mengatasi kondisi yang demikian? Apa yang membuat mereka dapat terus bertahan dengan kondisi tersebut? Dengan menggunakan metode etnografi, penelitian ini mengumpulkan data melalui observasi pada kegiatan sehari-hari perantau mahasiswa dan pekerja dari daerah Depok serta wawancara mendalam untuk mengumpulkan lebih banyak informasi tentang latar belakang, pengalaman hidup, dan pengetahuan yang mereka miliki. Selain itu juga menggunakan metode auto-etnografi karena penulis merupakan subjek penelitian sebagai mahasiswa perantau di Depok yang tidak pulang kampung. Hal ini dilakukan dengan melakukan refleksi atas latar belakang, pengalaman, serta pengetahuannya. Kedua metode tersebut guna memahami perilaku yang dilakukan individu secara kontekstual dalam menghadapi situasi tertentu. Penelitian ini akan membahas strategi perantau mahasiswa dan pekerja di daerah Depok bertahan dari masalah yang membuat mereka tertekan selama pandemi covid-19 berlangsung. Dengan pendekatan ekokultur, penulis menjelaskan perbedaan strategi koping perantau yang bisa dipengaruhi oleh banyak faktor seperti peran sosial yang dimiliki, kondisi ekonomi keluarga di kampung halaman, dukungan lingkungan sekitar, atau pengalaman individu dalam menghadapi masalah yang pernah dialami memungkinkan perbedaan individu dalam merespon masalah yang datang ......The corona virus diseases-19 (covid-19) pandemic forces people to carry out various activities in their homes to reduce the spread of the virus. Activities such as lectures are carried out through distance learning (PJJ), while company workers or civil servants are asked to work from home. The duration of this pandemic is also uncertain even though some experts have published estimates - using scientific methods - when the pandemic will end in Indonesia. This has made many student migrants or workers from the Depok area decide to return to their hometowns because they no longer need to be physically present on campus and at work for an uncertain period of time. Uncertainty over the end of the pandemic requires them to live more in a limited living environment space which may make them feel stressed. How do they deal with such conditions? What made them survive in this condition? Using the ethnographic method, this study collected data through observations on the daily activities of student and worker migrants from Depok as well as in-depth interviews to gather more information about their backgrounds, life experiences, and knowledge. Besides that, it also used the auto-ethnographic method because the author is the subject of research as a student who migrated in Depok who did not return home. This is done by reflecting on her background, experience and knowledge. Both methods are used to understand the contextual behavior of individuals in dealing with certain situations. This research will discuss the strategy of student and worker migrants in Depok to survive the problems that make them depressed during the Covid-19 pandemic. With an ecocultural approach, the authors explain the different coping strategies of migrants that can be influenced by many factors such as the social role they have, the economic conditions of the family in their hometown, the support of the surrounding environment, or individual experiences in dealing with problems that have been experienced allowing individual differences in responding to problems that come.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Arista Akbar
Abstrak :
Orang tua dengan anak tunaganda memiliki peran dan tugas yang lebih berat dibandingkan orang tua dengan anak normal. Mereka harus menerima realita memiliki anak tunaganda, mereka harus bisa membela hak anaknya dan masih banyak lagi peran yang berpotensi menjadi sumber stres untuk orang tua. Bagaimana orang tua berespon terhadap kondisi yang sulit tersebut menjadi penentu berhasil atau tidaknya anak berkembang secara maksimal. Penelitian ini berusaha untuk melihat gambaran stres dan juga stretegi coping orang tua dengan anak tunaganda. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dimana pengambilan datanya dilakukan dengan metode wawancara. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah tiga orang tua yang memiliki anak tunaganda yang berdomisili di Jakarta. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa sumber stres yang ada dalam setiap diri subyek dan juga mereka anggap paling berat berkaitan dengan kondisi anak mereka yang menyandang tunaganda. Setiap subyek mengkhawatirkan masa depan anak-anaknya terutama berkaitan dengan hal kemandirian. Dari berbagai sumber stres yang mereka alami, cara coping yang paling banyak digunakan adalah planful problem-solving yang merupakan bagian dari problem-focused coping. ...... Parents with multiple disabilities children have more responsibility for their children than other parents whose children are normal. As parents, They must have to face the reality, they must fight about their children's rights and many other tasks that potentially become some stressors for the parents. How parents react with any difficult conditions will give a big influence for their children to be able to grow up. This research tried to see the description of stress and coping strategy of parents with multiple disabilities children. This research use qualitative method with interviewing method to take the data . Participants whose involved in this research were three parents with multiple disabilities children in Jakarta. The result of this research, was found that the most difficult stressor for parents are about their children?s condition. Participant have worried about the future of their children, especially about their independency. From all stressors have been around, the most coping strategy that has been used was planful problem-solving. This coping strategy is a part of problem-focused coping.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The objective of this research is to investigate the effect of coping strategy through self-adjustment on new students. Students (N=255) completed questionnaires of coping strategy and self-adjustment......
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Ayu Ambarwati
Abstrak :
Lebih jauh jika merujuk pada prevalensi penderita dispepsia di seluruh dunia yang grafiknya terus meningkat (antara 7 hingga 41 persen per tahun) maka penelitian Muth yang menggunakan sampel kecil kurang bisa memberi gambaran secara umum tentang trait kepribadian dan kecemasan penderita dispepsia fungsional. Menurut data terakhir yang diperoleh pada penelitian tertutup di RSCM disebutkan dari 100 pasien dengan keluhan dispepsia, 80 persen mengalami dispepsia fungsional. Fakta-fakta ini mendorong penulis melakukan penelitian ulang dari penelitian Muth dengan menggunakan dua metode penelitian secara berurutan. Metode penelitian kuantitatif digunakan untuk memperoleh gambaran umum tentang trait kepribadian dan kecemasan penderita dispepsia fungsional di DKI Jakarta sedangkan metode penelitian kualitatif dengan menambahkan variabel stres dan strategi coping digunakan untuk melihat keunikan yang tergambar pada masing-masing kasus dispepsia fungsional. Penelitian kuantitatif dengan sampel 90 orang penderita dispepsia fungsional dilakukan di RSCM dan beberapa klinik di Jakarta. Penelitian ini mempergunakan cara penyebaran angket yang diadaptasi dari NEO P1-R buatan McCrae dan Costa (1990) dan Beck Anxiety Inventory buatan Beck (1985). Hasilnya ternyata trait neuroticism dan trait extraversion masing-masing memiliki pengaruh yang cukup kuat pada penderita dispepsia fungsional. Jika dibandingkan per subgrup dispepsia fungsional terlihat kalau pasien-pasien pada subgrup dysmotility-like dyspepsia cenderung lebih dipengaruhi trait extraversion dan pasien-pasien dari subgrup ulcer-like dyspepsia serta non-specific dyspepsia cenderung lebih dipengaruhi trait neuroticism. Mengenai kecemasan, 90 persen pasien memiliki kecemasan yang tinggi, dengan urutan pasien-pasien dari subgrup non-specific dyspepsia kecemasannya paling tinggi, disusul dengan pasien-pasien dari subgrup ulcer-like dyspepsia dan pasien-pasien dari subgrup dyrmotility-like dyspepsia. Selanjutnya dari hasil penelitian kualitatif yang dilakukan dengan cara depth interview dan observasi terlihat bahwa pengaruh trait neuroticism membuat penderita menjadi sosok yang selalu worrying, emotional, insecure, dan inadequate; sedangkan pengaruh trait extraversion-introversion membuat penderita terlalu personal-oriented, aloof; quiet, retiring, unsociable, inexuberant, dan over optimistic. Mengenai gambaran kecemasan terlihat bahwa kecemasan yang tinggi berhubungan dengan riwayat stres berkepanjangan. Stres umumnya disebabkan daily hassl, namun pada sebuah kasus stres disebabkan oleh major life event. Selain itu stres ini pun berhubungan dengan: cognitive appraisal. Tentang gambaran strategi coping, seluruh sampel cenderung memilih emotional focus coping. Tetapi bila dilihat dari kronologis cerita di masa lalu terungkap bahwa dua orang sampel pernah mencoba melakukan problem focus coping hanya saja hasilnya tidak memuaskan hingga kemudian lebih memilih emotional focus coping. Sayangnya emotional focus coping yang dikembangkan oleh seluruh sampel masih kurang efektif dikarenakan mereka juga mengembangkan perilaku coping yang bersifat destruktif, yaitu: giving up, striking out at others, indulging self blaming self, dan defensive coping. Hal ini menyebabkan seluruh sampel masih terus mengalami dispepsia fungsiona.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18611
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susilo Wulan
Abstrak :
ABSTRAK
Penyakit TB menempatkan beban luar biasa bagi penderita, keluarga, masyarakat, dan anggaran pemerintah. Selain kehilangan produktivitas kerja efek paling mendalam adalah penurunan tingkat kesejahteraan bahkan pemiskinan. Tujuan penelitian ini menganalisis beban ekonomi yang ditanggung pasien dan anggota rumah tangga akibat penyakit Tuberculosis. Merupakan penelitian eksploratif deskriptif secara retrospektif dengan desain studi cross sectional. Sampel adalah pasien TB Paru BTA + dengan metode pengambilan sample probability proportional to size sebanyak 71 pasien. Estimasi total beban ekonomi akibat sakit TB di Kota Bengkulu adalah Rp 7.259.600,- atau sebesar 28.48% dari rata-rata pendapatan rumah tangga. Komponen biaya yang paling dominan adalah biaya tidak langsung yaitu sebesar Rp 5.134..400,- atau 20.14% rata-rata pendapatan rumah tangga di ikuti biaya langsung sebesar Rp 2.125.200,- (8.34%) rata-rata pendapatan rumah tangga. Pasien dengan penghasilan rendah, umur lebih dari 43 tahun, tidak memiliki jaminan kesehatan, memiliki jumlah anggota rumah tangga lebih dari 4, melakukan coping strategy dan pernah menjalani rawat inap akan menangalami katastropik dibandingkan dengan kelompok lainnya, pada akhirnya mempengaruhi tingkat kesejahteraan dan pemiskinan rumah tangga. Diperlukan kajian kebijakan kesehatan yang dapat melindungi rumah tangga dari semua aspek biaya karena sakit, khususnya TB dalam mengurangi pengeluaran kesehatan dalam biaya non medis maupun indirect cost.
ABSTRACT
Tuberculosis puts a tremendous burden for patients, families, communities and government budgets. In addition to the work productivity loss, the most profound effect is the decrease in the level of well-being even impoverishment. The purpose of this study is analyze the economic burden by patient and households as a result of Tuberculosis. It is an explanatory retrospective descriptive study with cross sectional design. Total respondents were 71, they were pulmonary TB patients with smear positive. Sampling technique used probability proportional to size. Estimated total economic burden of illness due to Tuberculosis int the Bengkulu city is Rp 7.259.600, which is 28.48% of the average household income. The most dominant component costs are indirect costs amounting to RP 5.134.400,-while the direct cost is Rp 2.125.200,-. Patients with low income, age over 43 years, do not have health insurance, have a household size of more than 4, do coping strategy and have ever hospitalized will experience catastrophic compared to other groups, which then affecting the level of household welfare and poverty. It is a need to produce a health policy with the that can protect households expencesndue to do TB illness, especially expenses on non medical costs and indirect costs.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41919
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hening Madonna
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang. Pendidikan dasar kepolisian merupakan situasi dan lingkungan yang penuh dengan penerapan disiplin yang tinggi. Situasi dan lingkungan tersebut diciptakan agar peserta didik terlatih untuk mempersiapkan diri mereka menghadapi berbagai kondisi yang berisiko tinggi, bahaya cedera maupun trauma psikis. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak negatif stresor psikososial dan berbagai strategi coping pada taruna-taruni Akademi Kepolisian (Akpol). Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mendapatkan korelasi antara dampak negatif stresor psikososial dengan strategi coping pada taruna-taruni Akpol. Metode. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan subyek penelitian berjumlah 124 taruna–taruni Akpol (taruna 104, taruni 20). Subyek penelitian dipilih dengan cara stratified random sampling. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah Life Experiences Survey (LES) dari Irwin G. Sarason yang terdiri dari 60 item yang dinilai dengan skala likert -3 sampai 3 dan Coping Orientation to the Problem Experienced (COPE) yang termasuk Religious Coping Scale yang terdiri dari 61 item dengan skala likert 1 sampai 4. Kedua alat ukur tersebut sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Pada instrumen LES untuk penelitian ini, hanya mngambil dampak negatif stresor psikososial. Data demografi yang meliputi umur, jenis kelamin, agama, suku, status ekonomi dan tingkat pendidikan juga dihimpun pada penelitian ini. Data dianalisis dengan menggunakan program SPSS untuk windows versi 20. Tingkat kemaknaan yang digunakan untuk uji statistik adalah p < 0,05. Hasil. Dampak negatif stresor psikososial yang terbanyak pada subyek penelitian antara lain adalah kematian dari anggota keluarga dekat (57%), perubahan yang besar dari pola kebiasaan tidur (55%), gagal dalam mata ujian yang penting (50%), anggota keluarga sakit berat (50%) dan putus pacar (43%). Strategi coping yang paling sering digunakan taruna–taruni Akpol adalah active coping (50,4±6,76) dan religious coping (40,44±4,79). Dijumpai adanya korelasi positif antara dampak negatif stresor psikososial dengan penggunaan emotion coping pada taruna–taruni Akpol (r=0,304, p<0,05). Simpulan. Semakin besar dampak negatif stresor psikososial yang dialami taruna-taruni Akpol, maka mereka cenderung menggunakan emotion coping yang bukan merupakan strategi coping yang efektif di lingkungan pendidikan dasar kepolisian. Oleh karena itu dibutuhkan intervensi psikososial untuk mengembangkan coping yang berfokus masalah pada taruna–taruni Akpol.
ABSTRAK
Background. Police academy is full of highly discipline situation and environment. This situation and environment is created so that cadets are trained to prepare themselves to face a variety of high risk conditions , the danger of injury or psychological trauma. Therefore, this study aimed to identify the negative impact of psychosocial stressors and coping strategies on cadets of police academy. In addition, this study also aims to obtain a correlation between psychosocial stressors negative impact and coping strategies in cadets of Police Academy. Method. This is cross-sectional study with total 124 subjects from Police Academy cadets (104 males and 20 females). The subjects of this study were selected through stratified random sampling. The instrument used in this study is the Life Experiences Survey ( LES ) from Irwin G. Sarason which consists of 60 items that assessed the Likert scale -3 to 3 and the Coping Orientation to Problems Experienced ( COPE ) which includes Religious Coping Scale, which consists of 61 items with a likert scale of 1 to 4. Both the instruments have been translated into Indonesian. In LES instrument for this study, only the negative impact of psychosocial stressors were taken. Demographic data including age, gender, religion, ethnicity, economic status and level of education are also collected in this study. Data were analyzed using SPSS for Windows version 20. Levels of significance were used for statistical tests was p < 0.05 . Results . The most common negative impact of psychosocial stressors were the death of a close family member (57 %), disturbance of sleep pattern (55 %), failed in the important eye exams (50 %), serious illness of family members (50 %) and romantic relationship break up (43 %). Coping strategies that most frequently used were active coping (50.4 ± 6.76) and religious coping (40.44 ± 4.79). We found a positive correlation between the negative impact of psychosocial stressors and the used of emotion coping in cadet of police academy ( r = 0.304, p < 0.05 ). Conclusion. The greater the negative impact of psychosocial stressors experienced by Police Academy cadets , the more often they tend to use emotion coping that were not an effective coping strategy in basic police education environment. Therefore, it is necessary to develop psychosocial coping intervention that problems focused coping on the Police Academy cadets problems.
2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>