Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Handrijono
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S41048
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Rahardjo
Abstrak :
Kegagalan proses produksi batang kawat tembaga di P.T. "X" sering terjadi, hal ini menyebabkan penurunan produksi bampir 4.800 ton/tahun dari total produksi 60.000 ton/tahun. Untuk menganalisa sumber dari kegagalan produksi ini perlu ditelusuri mulai dari komposisi unsur kimia yang terdapat pada bahan baku sampai dengan proses pembuatan batang kawat tembaga. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan batang kawat tembaga terdiri dari tembaga mumi dan scrap tembaga hasil pemurnian. Dari basil analisa komposisi dapat diketahui bahwa bahan baku yang digunakan pada proses pembuatan batang kawat tembaga sesuai standar kwalitas produksi ASTM. B. 49. Dan observasi dipabrik untuk proses pengecoran (casting) dan pengerolan, ternyata perubahan temperatur prosesnya masih sesuai standar operasi produksi di P.T. ?X?. Pada pengujian komposisi terhadap batang kawat tembaga yang mengalami cacat permukaan bentuk V dan bentuk lubang, prosentase unsur pengotor seperti Pb, Sn, Ag, As, Te, Fe, tidak terjadi penyimpangan terhadap standar kwalitas produksi ASTM B. 49. Dari hasil uji ini terbukti bahwa pengaruh unsur pengotor tidak memberikan kontribusi terhadap penyebab terjadinya kegagalan batang kawat tembaga. Dari hasil pengujian struktur mikro dan pengamatan dengan (Scanning Electron Microscope) SEM terlihat bahwa kegagalan proses pembuatan batang kawat tembaga diakibatkan oleh peristiwa mekanis yaitu retaknya ml sewaktu batang tembaga direduksi dari stand OV ke stand 1 H. Dari analisa kegagalan rol didapat bahwa retak yang terjadi di permukaan rol berupa celah. Hal ini merusak permukaan batang tembaga berupa cacat bentuk V dan bentuk berlubang. Untuk menurunkan persentase kegagalan batang kawat tembaga, maka pendinginan proses pada rolling mill perlu dioptimasikan lagi.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuris Diksy
Abstrak :
ABSTRAK
Sensor COD dipreparasi dengan menggunakan elektroda kawat Cu dan elektroda pensil grafit C yang dimodifikasi dengan lapisan tipis nanopartikel tembaga nano-Cu . Preparasi dilakukan secara elektrokimia dan morfologi permukaan elektroda nano-Cu/Cu dan nano-Cu/C dipelajari dengan scanning electron microscope SEM dan energy dispersive X-Ray spectrometer EDX menunjukkan ukuran partikel dengan variasi antara 50-750 nm dengan persen Cu sekitar 0,81-14,35 . Aplikasi kedua elektroda dalam analisis COD dipelajari dengan menggunakan glukosa dan glisina sebagai model. Reaksi oksidasi glukosa dan glisina dalam larutan NaOH 0,075 M, dipelajari dengan linear sweep voltammetry menunjukkan puncak oksidasi pada 0,68 V dan 0,67 V vs Ag/AgCl berturut-turut untuk elektroda nano-Cu/Cu dan nano-Cu/C. Pengaruh konsentrasi Cu2 , waktu deposisi, jumlah siklik, dan scan rate dipelajari untuk menentukan kondisi optimum percobaan. Kedua elektroda kerja yang dimodifikasi memberikan hasil deteksi amperometrik standar COD glukosa-glisina dengan linearitas yang baik R2 > 0,990 pada rentang konsentrasi 17,25-176,00 mg/L COD. Limit deteksi didapatkan sebesar 15,28 mg/L untuk elektroda nano-Cu/Cu dan 15,07 mg/L untuk elektroda nano-Cu/C. Sensor COD yang dibuat memberikan presisi yang baik dengan akurasi pada rentang 85,54- 102,42 dan 85,45-107,86 . Dibandingkan dengan nilai COD teoritis sensor yang dibuat memberikan nilai 95,33 dan 90,00 untuk elektroda nano-Cu/Cu dan elektroda nano-Cu/C. Kata kunci: chemical oxygen demand, sensor, kawat tembaga, nano-Cu, glukosa dan glisina
ABSTRACT
AbstractCOD sensor was prepared by using Cu wire electrodes and graphite pencil electrode C modified with a thin layer of copper nanoparticles nano Cu . The sensor was prepared by electrochemical method. The surface morphology of the prepared nano Cu Cu and nano Cu C electrodes was investigated by scanning electron microscope SEM and energy dispersive X Ray spectrometer EDX showed that the particle size was varied between 50 750 nm and percentage of Cu about 0.81 14.35 . The applications of electrodes in the COD analysis were studied using glucose and glycine as the models. The oxidation reaction of a mixture solution of mg L glucose and mg L glycine in 0.075 M NaOH solution was investigated using linear sweep voltammetry showed an oxidation peaks at 0.68 V and 0.67 V vs. Ag AgCl respectively for nano Cu Cu and nano Cu C electrodes. The effects of the Cu2 concentration, deposition time, cyclic amount, and scan rate were studied to determine the optimum conditions of the experiment. The amperometric detection of COD in prepared electrodes showed a good linearity R2 0.990 in the concentration range of 17.25 176 mg L COD. The estimated detection limit was obtained at 15.28 mg L for the nano Cu Cu electrode and 15.07 mg L for the nano Cu C electrode. COD sensors showed good precision and accuracy in the range 85.54 ndash 102.42 and 85.45 ndash 107.86 . Compared with theoretical COD values the sensors made provided 95.33 dan 90.00 value respectively for nano Cu Cu and nano Cu C electrodes.Keywords chemical oxygen demand, sensor, copper wire, nano Cu, glucose and glycine
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T50461
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilar Bagaskoro Buono
Abstrak :
Proses roll-drawing adalah kombinasi dari proses rolling dan drawing dimana dalam arah memanjang, gaya diterapkan dan satu set idle roll ditempatkan sebagai die. Tembaga merupakan logam mulia dan sangat berguna dalam bidang industri, misalnya dalam aplikasi listrik karena sifat-sifatnya termasuk konduktivitas termal dan listrik yang tinggi, ketahanan korosi, mudah paduan dengan elemen lain, dan terakhir kelenturannya. Wire drawing adalah cold working process yang biasanya digunakan dalam produksi kawat tembaga. Bentuk kawat tergantung pada bentuk die. Bentuk yang biasa digunakan untuk kawat tembaga adalah round cross-section yang banyak diproduksi untuk industri kelistrikan. Tembaga sendiri dapat ditarik dari batang menjadi kawat dengan ukuran yang sangat halus, karena sifat mampu bentuk atau kelenturannya yang unggul, dan tembaga tidak memerlukan proses annealing. Ketika kawat tembaga melewati proses roll-drawing, akan ada dua deformasi yang berlangsung secara bersamaan pada bagian tersebut; deformasi lateral dan longitudinal karena ketika kawat melewati rolling dies, terjadi deformasi lateral dan ketika sampel masuk ke proses penarikan, terjadi deformasi longitudinal. Prediksi perilaku deformasi kawat tembaga dalam proses roll-drawing ini perlu dijelaskan, karena kebutuhan akan informasi lebih lanjut tentang proses ini semakin meningkat. Dengan demikian, tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memprediksi pelebaran lebar kawat tembaga pada proses roll-drawing dengan tinggi dan lebar tertentu, dengan membuat model berdasarkan model yang sudah ada untuk proses rolling dan kemudian membandingkannya dengan data eksperimen. Hasilnya sangat menjanjikan, model baru cocok dengan data eksperimen dan akurasinya bagus untuk analisis kuantitatif. Investigasi lebih lanjut terhadap topik khusus ini dapat dilakukan untuk lebih meningkatkan akurasi model baru. ...... Roll-drawing process is a combination of rolling and drawing process where in a longitudinal direction, force is applied and a set of idle rolls is placed as a die. Copper is a noble metal and very useful in industrial sector, for example in electrical applications because of its properties including high thermal and electrical conductivity, corrosion resistance, easy to alloy with other elements, and lastly its malleability. Wire drawing is a cold working process usually used in production of copper wire. The shape of wire depends on the shape of the dies. The shape that usually is used for copper wire is a round cross-section, mostly produced for electrical industries. Copper itself can be drawn from rod into wire with a very fine size, due to its superior formability or malleability, and copper does not need intermediate annealing process. When copper wire goes through a roll-drawing process, there will be two simultaneously ongoing deformations on the section; lateral and longitudinal deformation because when the wire goes through the rolling dies, a lateral deformation happens and when the sample goes to the drawing process, the longitudinal deformation happens. A prediction of this deformation behavior of copper wire in roll-drawing process need to be described, as the needs for more information about this process is growing. Thus, the main objective of this study is to predict the spread of copper wire in a roll drawing process with specific height and width, by creating a model based on the pre-existing model for rolling process and then comparing it to the experimental data. The results came out are very promising, the new model fits with the experimental data and the accuracy is good for the quantitative analysis. More investigations towards this particular topic can be done to further increase the accuracy of the new model.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library