Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mario Raka Pratama
"PT X merupakan sebuah perusahaan tambang di Papua Tengah, melaporkan bahwa selama pandemi Covid-19, 57.8% pekerja mengalami burnout, 47.7% stres, dan 51.4% depresi. Divisi geoteknikal PT X, yang memiliki pekerjaan berisiko tinggi dan mobilitas tinggi, menghadapi faktor risiko gangguan psikososial yang signifikan. Penelitian tahun 2024 bertujuan untuk mengidentifikasi faktor risiko ini dan memberikan rekomendasi untuk pengelolaan gangguan psikososial, mendukung komitmen perusahaan dalam pencegahan, perlindungan, promosi, dan dukungan kesehatan mental karyawan. Studi ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain potong lintang deskriptif analitik di divisi geoteknikal PT X di Tembagapura dan Timika, Papua, dari April hingga Mei 2024. Populasi penelitian terdiri dari 644 karyawan, dengan 323 responden yang dipilih secara acak sederhana. Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner COPSOQ III dan DASS-21. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi gejala depresi 12.38%, ansietas 17.96%, dan stres kerja 21.67% di antara karyawan divisi geoteknikal PT X tahun 2024, dengan tingkat keparahan yang bervariasi. Faktor individu, pekerjaan, organisasional, interpersonal, dan sosial berkontribusi signifikan terhadap gejala-gejala tersebut. Perusahaan disarankan mengadopsi strategi intervensi komprehensif untuk mengelola dan mencegah gangguan psikososial di kalangan karyawan.

PT X is a mining company in Central Papua, reported that during the Covid-19 pandemic, 57.8% of its employees’ experienced burnout, 47.7% experienced stress, and 51.4% experienced depression. PT X's geotechnical division, characterized by high-risk and high-mobility roles, faces significant psychosocial risk factors. The 2024 study aimed to identify these risk factors and provide recommendations for managing psychosocial disorders, supporting the company's commitment to prevention, protection, promotion, and support for employees' mental health. This quantitative study employed a cross-sectional descriptive analytic design in PT X's geotechnical division in Tembagapura and Timika, Papua, from April to May 2024. The study population comprised 644 employees, with 323 randomly selected respondents. Data were collected using COPSOQ III and DASS-21 questionnaires. The research findings revealed a prevalence of 12.38% for depression, 17.96% for anxiety, and 21.67% for work stress among PT X's geotechnical division employees in 2024, with varying severity levels. Individual, occupational, organizational, interpersonal, and social factors significantly contributed to these symptoms. The company is advised to adopt a comprehensive intervention strategy to manage and prevent psychosocial disorders among its employees."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Khairunnisa
"Latar Belakang: Pada tahun 2022, studi menemukan 87% mahasiswa mengalami stres. Peningkatan stres ini sering kali dipengaruhi oleh beban akademik yang semakin berat seiring dengan kenaikan tahun akademik. Hal yang serupa dialami oleh mahasiswa semester awal dan semester akhir jenjang sarjana FKG UI. Mahasiswa semester awal kedokteran gigi mengalami stres karena adanya tekanan yang besar untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan dasar kedokteran gigi. Sementara, mahasiswa semester akhir cenderung mengalami stres karena adanya kekhawatiran terkait kelulusan dan transisi menuju jenjang profesi. Stres negatif (distres) yang dialami mahasiswa dapat mengganggu kesimbangan homeostasis. Keadaan stres memicu respons fisiologis di dalam tubuh melalui mekanisme GAS (General Adaptation Syndrome). Aktivasi aksis HPA dan SAM membuat perubahan pada sekresi saliva dan mempengaruhi karakteristik saliva. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis keterkaitan antara karakteristik saliva dengan tingkat stres pada mahasiswa semester awal dan semester akhir jenjang sarjana FKG UI. Metode: Desain penelitian ini merupakan penelitian observasional, yaitu potong lintang. Sampel yang diteliti merupakan saliva tanpa terstimulasi dan terstimulasi pada 11 mahasiswa semester awal (angkatan 2023) dan 11 mahasiswa semester akhir (angkatan 2021). Pengambilan sampel dilakukan pukul 08.00-11.00 WIB di Rumpun Ilmu Kesehatan, Universitas Indonesia, Depok. Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat. Karakteristik saliva yang diteliti adalah volume, laju alir, pH, dan viskositas. Uji karakteristik saliva dilakukan di laboratorium. Tingkat stres diukur melalui skor stres pada kuesioner DASS-21. Analisis penelitian dilakukan dengan uji statistik beda mean, yaitu: Independent T-test, Mann-whitney U dan uji statistik korelasi yaitu: Pearson dan Spearman. Hasil: Uji beda mean menunjukkan tidak ada perbedaan tingkat stres signifikan antara mahasiswa semester awal dan semester akhir jenjang sarjana FKG UI. Tidak ditemukan perbedaan karakteristik saliva (volume, laju alir, pH, dan viskositas) signifikan antara mahasiswa semester awal dan semester akhir jenjang sarjana FKG UI. Akan tetapi, ditemukan perbedaan signifikan pada volume dan laju alir terstimulasi antara mahasiswa semester awal dan semester akhir jenjang sarjana FKG UI. Uji korelasi menunjukkan tidak terdapat keterkaitan yang signifikan antara karakteristik saliva (volume, laju alir, pH, dan viskositas) dengan tingkat stres pada mahasiswa semester awal dan semester akhir jenjang sarjana FKG UI. Kesimpulan: Karakteristik saliva tidak memiliki keterkaitan dengan tingkat stres pada mahasiswa semester awal dan semester akhir jenjang sarjana FKG UI.

Background: In 2022, a study found that 87% of students experienced stress. As the academic year progresses, the increasingly heavy academic workload often influences the increase in stress. Early-semester and late-semester undergraduate students at the Faculty of Dentistry UI share a similar experience. Early-semester dental students experience stress due to the significant pressure to excel in the basic knowledge and skills of dentistry. Meanwhile, late-semester students tend to experience stress due to concerns related to completing undergraduate studies and transitioning to the professional phase in dentistry. Students' experiences of negative stress can disrupt the balance of homeostasis. The state of stress triggers a physiological response in the body through the GAS mechanism. (General Adaptation Syndrome). Activation of the HPA and SAM axis pathways causes changes in saliva secretion and affects saliva's characteristics. Objective: The study was conducted to determine the relationship between salivary characteristics and stress levels in early and late semester undergraduate students of the Faculty of Dentistry UI. Method: The design of this study is an observational study, specifically a cross-sectional study. The samples studied were unstimulated and stimulated saliva from 11 early-semester students (class of 2023) and 11 late-semester students (class of 2021). Samples were collected from 08:00 to 11:00 WIB at the Health Sciences Cluster, University of Indonesia, Depok. Saliva sample testing was executed at the Oral Biology Laboratory, Faculty of Dentistry, University of Indonesia, Salemba, Central Jakarta. The characteristics of saliva being studied are volume, flow rate, pH, and viscosity. Salivary characteristic tests were conducted in the laboratory. Stress levels were measured through the stress score on the DASS-21 questionnaire. Analysis was carried out using statistical tests for mean difference, specifically the Independent T-test and Mann-Whitney U test, as well as correlation tests, notably Pearson and Spearman. Results: The mean difference test showed no significant difference in stress levels between early-semester and late- semester undergraduate students of the Faculty of Dentistry UI. There were no significant differences in salivary characteristics (volume, flow rate, pH, and viscosity) between early semester and late semester undergraduate students of the Faculty of Dentistry UI. However, significant differences were found in stimulated volume and flow rate between early-semester and late-semester undergraduate students of the Faculty of Dentistry UI. Correlation tests showed no significant relationship between salivary characteristics (volume, flow rate, pH, and viscosity) and stress levels in early-semester and late- semester undergraduate students of the Faculty of Dentistry UI. Conclusion: Salivary characteristics (volume, flow rate, pH, and viscosity) are not related to stress levels in early-semester and late-semester undergraduate students of the Faculty of Dentistry UI.
"
Depok: Rajawali Press, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Nurhaliza Putri Suci Indasari
"Latar belakang: Mahasiswa kedokteran gigi di Universitas Indonesia seringkali menghadapi stres tinggi akibat beban akademik yang berat, baik di jenjang sarjana maupun profesi. Stres yang berlebihan dapat memengaruhi fungsi fisiologis, termasuk perubahan karakteristik saliva seperti volume, laju alir, pH, dan viskositas. Saliva berperan sebagai biomarker non-invasif untuk mengukur stres melalui perubahan yang dipengaruhi oleh aktivitas sistem saraf simpatik. tetapi penelitian mengenai hubungan tingkat stres dengan perubahan karakteristik saliva pada mahasiswa kedokteran gigi masih terbatas, terutama dalam membandingkan jenjang sarjana dan profesi. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan tingkat stres terhadap karakteristik saliva pada mahasiswa jenjang sarjana dan profesi FKG UI. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Sebanyak 43 mahasiswa jenjang sarjana dan profesi yang dilibatkan sebagai subjek penelitian. Tingkat stres diukur menggunakan kuesioner DASS-21 dan sampel saliva diambil melalui dua kondisi, yaitu tanpa stimulasi dan terstimulasi. Karakterisitik saliva yang diuji adalah volume, laju alir, pH, dan viskositas. Analisis data yang digunakan dalam menguji perbedaan rata rata yaitu Uji Independent T-Test dan Uji Mann Whitney U, sedangkan pada Uji Korelasi menggunakan Uji Korelasi Pearson dan Spearmen. Hasil: Berdasarkan analisis menggunakan kuesioner DASS-21,secara deskriptif tidak terdapat perbedaan signifikan pada tingkat stres antara mahasiswa sarjana dan profesi. Pada analisis perbedaan rata rata, terdapat perbedaan yang signifikan pada volume, laju alir, dan viskositas saliva tidak terstimulasi, sedangkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada volume, laju alir, pH, dan viskositas saliva terstimulasi pada mahasiswa jenjang sarjana dan profesi. Pada Uji Korelasi mahasiswa jenjang sarjana tidak memiliki hubungan yang signifikan antara volume, laju alir, pH, dan viskositas saliva terstimulasi, serta pH dan viskositas saliva tidak terstimulasi, akan tetapi pada volume dan laju alir saliva tidak terstimulasi memiliki hubungan yang signifikan. Pada jenjang profesi, tidak memilik hubungan yang signifikan pada volume, laju alir, pH, dan viskositas saliva tidak terstimulasi maupun terstimulasi. Kesimpulan: Mahasiswa pada jenjang profesi cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa pada jenjang sarjana. Selain itu, tidak ditemukan hubungan antara tingkat stres dan karakteristik saliva pada mahasiswa jenjang sarjana maupun profesi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.

Background: Dental students at the University of Indonesia often face high stress due to a heavy academic load, both at the preclinical and clinical students. Excessive stress can affect physiological functions, including changes in salivary characteristics such as volume, flow rate, pH and viscosity. Saliva acts as a non-invasive biomarker to measure stress through changes influenced by sympathetic nervous system activity. However, research on the relationship between stress levels and changes in salivary characteristics in dental students is still limited, especially in comparing preclinical and clinical students. Objective: To determine the relationship of stress level to salivary characteristics in pre-clinic students and clinic student of FKG UI. Methods: To determine the relationship of stress level to salivary characteristics in preclinical and clinical students of FKG UI. Methods: This study used a cross-sectional design. A total of 43 preclinical and clinical students were involved as research subjects. Stress levels were measured using the DASS-21 questionnaire and saliva samples were taken through two conditions, namely without stimulation and stimulation. Salivary characteristics tested were volume, flow rate, pH, and viscosity. Data analysis used in testing the average difference is the Independent T-Test and Mann Whitney U Test, while in the Correlation Test using the Pearson and Spearmen Correlation Test. Results: Based on analysis using the DASS-21 questionnaire, descriptively there was no significant difference in stress levels between preclinical and clinical students. In the mean difference analysis, there were significant differences in the volume, flow rate, and viscosity of unstimulated saliva, while there were no significant differences in the volume, flow rate, pH, and viscosity of stimulated saliva in preclinical and clinical students. In the Correlation Test, preclinical students did not have a significant relationship between volume, flow rate, pH, and viscosity of stimulated saliva, and pH and viscosity of unstimulated saliva, but the volume and flow rate of unstimulated saliva had a significant relationship. At the clinical student, there was no significant relationship in volume, flow rate, pH, and viscosity of unstimulated and stimulated saliva. Conclusion: there is no relationship between stress level and salivary characteristics in preclinical and professional students of the Faculty of Dentistry, University of Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Nurhaliza Putri Suci Indasari
"Latar belakang: Mahasiswa kedokteran gigi di Universitas Indonesia seringkali menghadapi stres tinggi akibat beban akademik yang berat, baik di jenjang sarjana maupun profesi. Stres yang berlebihan dapat memengaruhi fungsi fisiologis, termasuk perubahan karakteristik saliva seperti volume, laju alir, pH, dan viskositas. Saliva berperan sebagai biomarker non-invasif untuk mengukur stres melalui perubahan yang dipengaruhi oleh aktivitas sistem saraf simpatik. tetapi penelitian mengenai hubungan tingkat stres dengan perubahan karakteristik saliva pada mahasiswa kedokteran gigi masih terbatas, terutama dalam membandingkan jenjang sarjana dan profesi. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan tingkat stres terhadap karakteristik saliva pada mahasiswa jenjang sarjana dan profesi FKG UI. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Sebanyak 43 mahasiswa jenjang sarjana dan profesi yang dilibatkan sebagai subjek penelitian. Tingkat stres diukur menggunakan kuesioner DASS-21 dan sampel saliva diambil melalui dua kondisi, yaitu tanpa stimulasi dan terstimulasi. Karakterisitik saliva yang diuji adalah volume, laju alir, pH, dan viskositas. Analisis data yang digunakan dalam menguji perbedaan rata rata yaitu Uji Independent T-Test dan Uji Mann Whitney U, sedangkan pada Uji Korelasi menggunakan Uji Korelasi Pearson dan Spearmen. Hasil: Berdasarkan analisis menggunakan kuesioner DASS-21,secara deskriptif tidak terdapat perbedaan signifikan pada tingkat stres antara mahasiswa sarjana dan profesi. Pada analisis perbedaan rata rata, terdapat perbedaan yang signifikan pada volume, laju alir, dan viskositas saliva tidak terstimulasi, sedangkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada volume, laju alir, pH, dan viskositas saliva terstimulasi pada mahasiswa jenjang sarjana dan profesi. Pada Uji Korelasi mahasiswa jenjang sarjana tidak memiliki hubungan yang signifikan antara volume, laju alir, pH, dan viskositas saliva terstimulasi, serta pH dan viskositas saliva tidak terstimulasi, akan tetapi pada volume dan laju alir saliva tidak terstimulasi memiliki hubungan yang signifikan. Pada jenjang profesi, tidak memilik hubungan yang signifikan pada volume, laju alir, pH, dan viskositas saliva tidak terstimulasi maupun terstimulasi. Kesimpulan: Mahasiswa pada jenjang profesi cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa pada jenjang sarjana. Selain itu, tidak ditemukan hubungan antara tingkat stres dan karakteristik saliva pada mahasiswa jenjang sarjana maupun profesi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.

Background: Dental students at the University of Indonesia often face high stress due to a heavy academic load, both at the preclinical and clinical students. Excessive stress can affect physiological functions, including changes in salivary characteristics such as volume, flow rate, pH and viscosity. Saliva acts as a non-invasive biomarker to measure stress through changes influenced by sympathetic nervous system activity. However, research on the relationship between stress levels and changes in salivary characteristics in dental students is still limited, especially in comparing preclinical and clinical students. Objective: To determine the relationship of stress level to salivary characteristics in pre-clinic students and clinic student of FKG UI. Methods: To determine the relationship of stress level to salivary characteristics in preclinical and clinical students of FKG UI. Methods: This study used a cross-sectional design. A total of 43 preclinical and clinical students were involved as research subjects. Stress levels were measured using the DASS-21 questionnaire and saliva samples were taken through two conditions, namely without stimulation and stimulation. Salivary characteristics tested were volume, flow rate, pH, and viscosity. Data analysis used in testing the average difference is the Independent T-Test and Mann Whitney U Test, while in the Correlation Test using the Pearson and Spearmen Correlation Test. Results: Based on analysis using the DASS-21 questionnaire, descriptively there was no significant difference in stress levels between preclinical and clinical students. In the mean difference analysis, there were significant differences in the volume, flow rate, and viscosity of unstimulated saliva, while there were no significant differences in the volume, flow rate, pH, and viscosity of stimulated saliva in preclinical and clinical students. In the Correlation Test, preclinical students did not have a significant relationship between volume, flow rate, pH, and viscosity of stimulated saliva, and pH and viscosity of unstimulated saliva, but the volume and flow rate of unstimulated saliva had a significant relationship. At the clinical student, there was no significant relationship in volume, flow rate, pH, and viscosity of unstimulated and stimulated saliva. Conclusion: there is no relationship between stress level and salivary characteristics in preclinical and professional students of the Faculty of Dentistry, University of Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Nurhaliza Putri Suci Indasari
"Latar belakang: Mahasiswa kedokteran gigi di Universitas Indonesia seringkali menghadapi stres tinggi akibat beban akademik yang berat, baik di jenjang sarjana maupun profesi. Stres yang berlebihan dapat memengaruhi fungsi fisiologis, termasuk perubahan karakteristik saliva seperti volume, laju alir, pH, dan viskositas. Saliva berperan sebagai biomarker non-invasif untuk mengukur stres melalui perubahan yang dipengaruhi oleh aktivitas sistem saraf simpatik. tetapi penelitian mengenai hubungan tingkat stres dengan perubahan karakteristik saliva pada mahasiswa kedokteran gigi masih terbatas, terutama dalam membandingkan jenjang sarjana dan profesi. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan tingkat stres terhadap karakteristik saliva pada mahasiswa jenjang sarjana dan profesi FKG UI. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Sebanyak 43 mahasiswa jenjang sarjana dan profesi yang dilibatkan sebagai subjek penelitian. Tingkat stres diukur menggunakan kuesioner DASS-21 dan sampel saliva diambil melalui dua kondisi, yaitu tanpa stimulasi dan terstimulasi. Karakterisitik saliva yang diuji adalah volume, laju alir, pH, dan viskositas. Analisis data yang digunakan dalam menguji perbedaan rata rata yaitu Uji Independent T-Test dan Uji Mann Whitney U, sedangkan pada Uji Korelasi menggunakan Uji Korelasi Pearson dan Spearmen. Hasil: Berdasarkan analisis menggunakan kuesioner DASS-21,secara deskriptif tidak terdapat perbedaan signifikan pada tingkat stres antara mahasiswa sarjana dan profesi. Pada analisis perbedaan rata rata, terdapat perbedaan yang signifikan pada volume, laju alir, dan viskositas saliva tidak terstimulasi, sedangkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada volume, laju alir, pH, dan viskositas saliva terstimulasi pada mahasiswa jenjang sarjana dan profesi. Pada Uji Korelasi mahasiswa jenjang sarjana tidak memiliki hubungan yang signifikan antara volume, laju alir, pH, dan viskositas saliva terstimulasi, serta pH dan viskositas saliva tidak terstimulasi, akan tetapi pada volume dan laju alir saliva tidak terstimulasi memiliki hubungan yang signifikan. Pada jenjang profesi, tidak memilik hubungan yang signifikan pada volume, laju alir, pH, dan viskositas saliva tidak terstimulasi maupun terstimulasi. Kesimpulan: Mahasiswa pada jenjang profesi cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa pada jenjang sarjana. Selain itu, tidak ditemukan hubungan antara tingkat stres dan karakteristik saliva pada mahasiswa jenjang sarjana maupun profesi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.

Background: Dental students at the University of Indonesia often face high stress due to a heavy academic load, both at the preclinical and clinical students. Excessive stress can affect physiological functions, including changes in salivary characteristics such as volume, flow rate, pH and viscosity. Saliva acts as a non-invasive biomarker to measure stress through changes influenced by sympathetic nervous system activity. However, research on the relationship between stress levels and changes in salivary characteristics in dental students is still limited, especially in comparing preclinical and clinical students. Objective: To determine the relationship of stress level to salivary characteristics in pre-clinic students and clinic student of FKG UI. Methods: To determine the relationship of stress level to salivary characteristics in preclinical and clinical students of FKG UI. Methods: This study used a cross-sectional design. A total of 43 preclinical and clinical students were involved as research subjects. Stress levels were measured using the DASS-21 questionnaire and saliva samples were taken through two conditions, namely without stimulation and stimulation. Salivary characteristics tested were volume, flow rate, pH, and viscosity. Data analysis used in testing the average difference is the Independent T-Test and Mann Whitney U Test, while in the Correlation Test using the Pearson and Spearmen Correlation Test. Results: Based on analysis using the DASS-21 questionnaire, descriptively there was no significant difference in stress levels between preclinical and clinical students. In the mean difference analysis, there were significant differences in the volume, flow rate, and viscosity of unstimulated saliva, while there were no significant differences in the volume, flow rate, pH, and viscosity of stimulated saliva in preclinical and clinical students. In the Correlation Test, preclinical students did not have a significant relationship between volume, flow rate, pH, and viscosity of stimulated saliva, and pH and viscosity of unstimulated saliva, but the volume and flow rate of unstimulated saliva had a significant relationship. At the clinical student, there was no significant relationship in volume, flow rate, pH, and viscosity of unstimulated and stimulated saliva. Conclusion: there is no relationship between stress level and salivary characteristics in preclinical and professional students of the Faculty of Dentistry, University of Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifa Salma Fauziyah
"Latar Belakang: Beberapa studi tentang stres pada mahasiswa dalam lima tahun terakhir menunjukkan prevalensi stres mahasiswa dalam rentang 38,9% - 87% dengan tingkat stres yang berbeda-beda. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan tingkat stres ini adalah perbedaan tahun akademik. Pada mahasiswa Jenjang Profesi FKG UI, mahasiswa yang berada di semester awal memiliki jumlah requirement serta mata kuliah klinik yang lebih banyak daripada mahasiswa yang berada di semester akhir sehingga dapat mempengaruhi respon stres pada tubuh mereka. Stres akan mengganggu homeostasis sehingga memicu respon fisiologis tubuh yaitu melalui respon GAS yang terdiri dari aktivitas aksis SAM dan aksis HPA sehingga menyebabkan perubahan fungsi tubuh termasuk kelenjar saliva dan sekresinya.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara tahun akademik dengan tingkat stres dan karakteristik saliva pada mahasiswa jenjang profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Metode: Desain penelitian adalah observasional potong lintang dengan jumlah sampel 21 orang mahasiswa yang didapatkan melalui consecutive sampling. Pengambilan sampel saliva tidak terstimulasi dan terstimulasi dilakukan pada pukul 08.00-11.00 WIB dilanjutkan dengan perhitungan volume dan laju alir serta pengujian pH dengan pH strip universal dan viskositas saliva. Dilanjutkan dengan analisis data menggunakan uji beda rerata parametrik dan nonparametrik serta uji korelasi. Hasil: Uji beda rerata antara perbedaan tahun akademik dengan tingkat stres mahasiswa Jenjang Profesi serta antara perbedaan tahun akademik dengan karakteristik saliva (volume, laju alir, dan pH) tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Akan tetapi, terdapat perbedaan yang signifikan antara tahun akademik dengan viskositas saliva. Pearson Correlation Test dan spearman hanya menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara tingkat stres dengan volume dan laju alir saliva tidak terstimulasi pada mahasiswa semester akhir.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tahun akademik dengan tingkat stres dan karakteristik saliva yang terdiri dari volume, laju alir, pH, dan viskositas pada mahasiswa Jenjang Profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Akan tetapi, terdapat kecenderungan tingkat stres yang lebih tinggi pada mahasiswa di semester akhir.

Background: Several studies in the past 5 years regarding stress in university students show prevalences range around 38,9% to 87% with different stress levels. One of the factors that cause these differences is academic year. Clinical dentistry students at the University of Indonesia who are in the early semester have a greater amount of requirements to fulfill and more loaded clinical courses than the students who are in the final semester, this can also affect their body response to stress. Stress can alter body homeostasis thus triggering physiologic response through GAS response which consists of SAM and HPA axis activation that causes changes in body functions including salivary glands and their secretion.
Objectives: To determine the correlation between academic year, stress levels and salivary characteristics among clinical dentistry students at the University of Indonesia.
Methods: This is a cross-sectional study with a total subject of 21 clinical dentistry students collected using consecutive sampling. The collection of unstimulated and stimulated saliva samples were carried out from 8.00-11.00 AM then continued to measure volume and flow rate, using a universal pH strip to test the salivary pH, and lastly measuring viscosity. Data obtained were analyzed using parametric and non-parametric mean difference tests then continued for correlation tests with the pearson and spearman correlation tests.
Results: There is no significant difference between academic year, stress levels, and salivary characteristics that consist of volume, flow rate, and pH. However, there are significant results between academic year and viscosity. The only significant correlation was obtained between stress levels, volume, and flow rate for unstimulated saliva in final semester students.
Conclusion: There is no significant correlation between academic year, stress levels, and salivary characteristics among clinical dentistry students at the University of Indonesia. However, stress levels in final semester students have higher tendency.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library