Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azzati Anindhita Ramadhanty
"Film berjudul “Das Leben der Anderen” yang disutradarai oleh Florian Henckel von Donnersmarck, merupakan film drama Jerman yang menceritakan tentang pengawasan penduduk Jerman Timur oleh Stasi dengan menampilkan ruang kota dan ruang sosial Berlin Timur di masa DDR. Kajian ini menggunakan dua teori yaitu, teori Urban Form and Function dari Jelena Živković untuk menganalisis ruang kota Berlin Timur sebagai ruang pengawasan dan teori ruang sosial dari Pierre Bourdieu untuk melihat ruang sosial penduduk Jerman Timur melalui tokoh yang diawasi dan yang mengawasi. Penelitian ini membuktikan adanya keterkaitan antara pranata politik dan ruang kota Berlin Timur dan bagaimana keterkaitan tersebut berdampak terhadap ruang sosial penduduknya.

A film called "Das Leben der Anderen" directed by Florian Henckel von Donnersmarck, is a German drama film that tells about the surveillance of the East German population by the Stasi by showing the urban and social spaces of East Berlin during the DDR era. This study uses two theories, that is, the Urban Form and Function theory by Jelena Živković to analyze East Berlin's urban space as a surveillance space and Pierre Bourdieu's social space theory to see the social space of the East German population through the characters under supervision and those who supervise. This study proves the existence of a connection between political institutions and the urban space of East Berlin and how this connection affects the social space of its population."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amirsyah Rayhan Mubarak
"Penggunaan energi alternatif untuk saat ini merupakan hal yang sangat penting, dikarenakan makin menipisnya ketersediaan energi di alam. Energi alternatif ini berasal dari potensi-potensi alam yang lain, yang dapat diperbaharui, dapat dihasilkan dalam waktu yang singkat, atau juga berasal dari akibat adanya penggunaan potensi alam yang lain sehingga menimbulkan potensi energi sampingan yang dapat digunakan kembali. Salah satu contoh potensi energi yang tidak kita sadari kehadirannya disekitar kita adalah gelombang frekuensi radio atau yang biasa dikenal dengan gelombang RF. Hal tersebut dapat dimanfaatkan dengan adanya perangkat, yang dikenal dengan istilah Rectenna.
Pada rectenna, komponen yang berpengaruh dalam perubahan sinyal elektromagnetik menjadi tegangan merupakan tugas dari rangkaian penyearah (rectifier). Telah banyak dilakukan studi untuk meningkatkan hal yang penting dalam sistem rectena, yaitu dari segi efisiensi konversi gelombang RF ke Tegangan DC (RF-to-DC Conversion Efficiency) serta hasil tegangan output (Vout) sebagai hasil konversi yang dapat dimanfaatkan penggunaannya sebagai sumber daya catu.
Pada skripsi ini dirancang rangkaian Differentially-Driven Rectifier dengan menggunakan substrat Taconic TLY-5 yang digunakan untuk mengubah energi RF dengan frekuensi 2,45 GHz dan mengkonversikannya menjadi daya DC, yang dapat digunakan untuk menghasilkan energi alternatif dari sumber daya yang belum di manfaatkan. Penelitian ini terfokus dalam mendesain, fabrikasi, dan pengukuran rangkaian penyearah sebagai calon yang akan diintegrasikan selanjutnya kedalam sistem Rectenna.
Dari hasil simulasi, parameter rectifier hasil perancangan didapat Insertion Loss (S21) dan Return Loss (S11) paling bagus sebesar -0.060 dB dan -34,8 dB pada frekuensi tengah 2,45 GHz dan memiliki bandwidth sebesar 100 MHz. Kemudian, rectifying circuit mampu memberikan nilai efisiensi maksimal yaitu 75.65% dengan nilai Pin = 10 dBm, RL = 2 kΩ, dan Vout = 3.58 Volt.
Dari hasil pengukuran, parameter rectifier hasil perancangan didapat Insertion Loss (S21) dan Return Loss (S11) paling bagus sebesar -2.34dB dan -16dB pada frekuensi 2.45 GHz dan memiliki bandwidth sebesar 450 MHz. Kemudian, rectifying circuit mampu memberikan nilai efisiensi optimum yaitu 56.39% dengan nilai Vout = 1.01 Volt pada Pin = 10 dBm, sedangkan Vout mencapai 0.7 Volt pada Pin 7 dBm.

Alternative energy becomes a very important issue due to the decrease of energy in the nature. For example, one potential energy that we didn’t realize its presence around us is the Radio Frequency waves or commontly known as RF waves. There is an effort to harvest the RF energy using rectenna technology.
In rectenna system, rectifier is one of the most important component in converting RF signal become to DC Voltage. There were many studies that have been conducted for improving the efficiency of RF-to-DC conversion for rectenna system. The output voltage Vout as the goal of rectenna system can be used as a battery charger.
In this essay, a ​​rectifier circuit with Differentially-Driven method with Taconic TLY-5 is designed. The design is simulated using ADS and is expected to be used to produce alternative energy from resources that have not been utilized. This work focuses on designing, fabricating, and measuring the rectifier for candidate to be integrated in rectenna system.
From the simulation results, the results of the simulated rectifying circuit’s Insertion Loss (S21) and Return Loss (S11) has the optimum value of -0.060 dB and -34,8 dB, respectively at center frequency 2.45 GHz and has a bandwidth of 100 MHz. This rectifier is able to give maximum efficiency 77,3 % with a value of Pin = 15 dBm, RL = 2 KΩ , and Vout = 6,574 Volts.
From the measurement results, the results of the simulated rectifying circuit’s Insertion Loss (S21) and Return Loss (S11) has obtained the optimum value of -2.34 dB and -16 dB, respectively at 2.45 GHz frequency and has a bandwidth of 450 MHz. Moreover, this rectifier has maximum efficiency about 56.39 % with a value of Vout = 1.01 Volts at Pin = 10 dBm, while the output voltage Vout has reached the value of 0.7 Volt when the level Pin is 7 dBm.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65201
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soares, Fridolino Gama
"Reformasi sektor keamanan menjadi fokus penting bagi pembangunan jangka panjang Timor-Leste. Tulisan ini mengeksplorasi tantangan kegagalan PBB dalam menginisiasi SSR di Timor-Leste periode 2000-2006. UNTAET dengan mandat yang luas menginisiasi proses SSR di Timor-Leste pada awal mandatnya. Pembentukan sektor keamanan menjadi bagian penting yang harus dikerjakan, termasuk pembentukan institusi pertahanan dan keamanan. Misi berikutnya UNMISET juga dibekali dengan mandat eksekutif terhadap PNTL. Sayangnya dengan mandat yang luas, PBB gagal dalam menciptakan sektor keamanan yang dapat menjamin keamanan setiap individu di negara baru tersebut. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan disajikan dalam enam bagian penting guna , antara lain, efektivitas kinerja dan kekuatan institusi keamanan, manajemen dan pengawasan, hubungan dengan masyarakat, keberlanjutan penyelenggaraan sektor keamanan, dan yang terakhir Disarmament, Demobilisation dan Reintegration (DDR). Dari analisis tersebut, terungkap bahwa upaya reformasi sektor keamanan tidak hanya memerlukan pendekatan teknis, tetapi juga perlunya penanganan terhadap isu-isu politik dan sosial yang kompleks. Rekomendasi diberikan untuk pemerintah Timor-Leste, termasuk perlunya fokus pada pembangunan institusi yang akuntabel dan transparan, serta penggalangan dukungan internasional untuk mendukung upaya reformasi. Dalam konteks ini, kerja sama yang erat antara Timor-Leste dan Perserikatan Bangsa-Bangsa menjadi kunci untuk mencapai tujuan keamanan yang berkelanjutan dan stabil di masa depan.

SSR is an important focus for Timor-Leste's long-term development. This paper explores the challenges of the UN's failure to initiate SSR in Timor-Leste from 2000-2006. UNTAET with a broad mandate initiated the SSR process in Timor-Leste at the beginning of its mandate. The establishment of the security sector became an important part to be done, including the establishment of defense and security institutions. The subsequent mission UNMISET was also equipped with an executive mandate towards PNTL. Unfortunately, with such a broad mandate, the UN failed to create a security sector that could guarantee the security of every individual in the new country. Therefore, this research will be presented in six key sections in order to examine, among others, the effectiveness of the performance and strength of security institutions, management and oversight, community relations, the sustainability of security sector operations, and finally Disarmament, Demobilisation and Reintegration (DDR). The analysis revealed that security sector reform efforts require not only a technical approach, but also need to address complex political and social issues. Recommendations were made for the government of Timor-Leste, including the need to focus on building accountable and transparent institutions, and mobilizing international support for reform efforts. In this context, close cooperation between Timor-Leste and the United Nations is key to achieving the goal of sustainable and stable security in the future. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library