Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Slamet
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Kharisma Amalia Lukman
Abstrak :
Jika timah digunakan sebagai bahan pembungkus untuk makanan dan minuman, akan ada Sn yang terlarut dalam jumlah yang sangat kecil yaitu sekitar 0.06 ppm dalam makanan atau minuman tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar timah menggunakan metode spekrofotometri DRS UV-Vis berdasarkan reduksi dengan metilen biru oleh Sn dalam medium admisel γ- Al2O3/HDTMA-Br. Gamma-alumina diperoleh melalui kalsinasi (NH4)Al(SO4)2.12H2O pada suhu 900 °C selama 6 jam. Admisel γ- Al2O3/HDTMA-Br dipreparasi melalui adsorpsi surfaktan HDTMA-Br pada γ- alumina pada CAC (Critical Admicelle Concentration) optimum, nilai ini diperoleh dari kurva isoterm adsorpsi HDTMA-Br pada γ-alumina. Hasil penelitian menunjukkan pembentukan admisel γ-Al2O3/HDTMA-Br terjadi pada pada pH 10 dan konsentrasi HDTMA-Br 800 μM. Struktur kristal γ-Al2O3 dikarakterisasi melalui metode x-ray diffraction dan pembentukan admisel γ- Al2O3/HDTMA-Br dikarakterisasi dengan FT-IR. Penentuan kadar Sn2+ dengan metode ini berdasarkan pada reduksi metilen biru oleh SnCl2 dalam larutan HCl. Pengurangan warna metilen biru sebanding dengan konsentrasi Sn2+ dalam larutan¸ dengan asumsi bahwa semua Sn2+ dalam larutan teroksidasi oleh metilen biru dalam media admisel. Dalam penelitian ini, konsentrasi SnCl2 minimum yang mereduksi metilen biru adalah Sn 5.3 x 10-7 M. ......In case of tin (Sn) is used in the packaging material for food or beverage, a very small quantity of Sn will be dissolved in the food or drink around 0.06 ppm. This study is aimed to determine the Sn concentration using DRS UVVis Spectrophotometry method based on the reduction of methylene blue adsorption in γ-Al2O3/HDTMA-Br admicelle medium. γ-alumina was obtained calcination of (NH4)Al(SO4)2.12H2O at a temperature of 900 °C for 6 hours. γ-Al2O3/HDTMABr admicelle was prepared by adsorption of HDTMA-Br surfactant in γ-alumina at the optimum CAC (Critical Admicelle Concentration) value¸ which was obtained from the adsorption isotherm curve of HDTMA-Br surfactant on γ- alumina. The results showed that the formation of γ-Al2O3/HDTMA-Br admicelle optimum occurred at pH 10 and HDTMA-Br concentration of 800 μM. The crystal structure of γ-Al2O3 was characterized by x-ray diffraction method and the formation of γ-Al2O3/HDTMA-Br admicelle was characterized by FT-IR. The determination of Sn2+ was conducted based on the reduction of methylene blue by SnCl2 in HCl solution. The decolorization of methylene blue is equivalent with the Sn2+ concentration in solution¸ assumed that all Sn2+ in solution were oxidized by methylene blue in admicelle medium. In this study, the minimum concentration of SnCl2 was found Sn 5.3x 10-7 M.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30709
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Khalisa Nurfajri
Abstrak :
Nanopartikel TiO2 (Titanium dioksida) merupakan senyawa aktif yang banyak digunakan pada sediaan tabir surya beberapa tahun belakangan ini karena dianggap lebih efektif sebagai senyawa aktif serta lebih disukai oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk membuat nanopartikel TiO2 menggunakan metode sol-gel, mengkarakterisasi nanopartikel TiO2 dengan spektroskopi UV-Vis diffuse reflectance transmittance (UV-Vis DRS) dan X-ray diffraction (XRD) serta memformulasikan nanopartikel TiO2 ke dalam sediaan krim kemudian menguji nilai Sun Protection Factor (SPF) dari sediaan tersebut. Hasil karakterisasi dan pengujian nilai SPF akan dibandingkan dengan TiO2 ruah dan nanopartikel TiO2 komersial (P-25 Degussa). Hasil karakterisasi XRD menunjukkan nanopartikel TiO2 memiliki ukuran kristal rutile 2,541 nm dan ukuran kristal anatase 7,222 nm. Ukuran kristal tersebut lebih kecil dibandingkan dengan dua pembandingnya. Fase kristal dominan pada nanopartikel TiO2 adalah rutile sementara TiO2 ruah dan P-25 Degussa memiliki fase kristal dominan anatase. Hasil karakterisasi UV-Vis DRS menunjukkan nanopartikel TiO2 memiliki energi celah pita terkecil dibandingkan TiO2 ruah dan P-25 Degussa yaitu sebesar 3,08 ev dan dapat mengabsorbsi radiasi pada panjang gelombang 200-402 nm. Namun formulasi dengan nanopartikel TiO2 dalam sediaan krim berwarna abu-abu dan tidak homogen dibandingkan dengan formulasi dengan TiO2 ruah dan formulasi dengan P-25 Degussa yang berwarna putih dan homogen. Nilai SPF dari formulasi krim tabir surya dengan nanopartikel TiO2, TiO2 ruah, dan P-25 Degussa berturut-turut adalah 4,468; 6,721; dan 7,198. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk meningkatkan penggunaan naopartikel TiO2 sebagai senyawa aktif tabir surya.
Titanium dioxide (TiO2) nanoparticle is an active ingredients in sunscreen commonly used in recent years because its effectiveness as active ingredients and preferred by consumer. This study is aimed at synthesizing TiO2 nanoparticle using sol-gel method, followed with characterizing TiO2 nanoparticle using X-ray diffraction (XRD) and UV-Vis diffuse reflectance transmittance spectroscopy (UV-Vis DRS), and formulating TiO2 nanoparticle into sunscreen cream and finally determining its Sun Protection Factor (SPF) value. The result of characterization and SPF determination of TiO2 nanoparticles are compared with bulk TiO2 microparticle and commercial TiO2 nanoparticle (P-25 Degussa). According to XRD characterization result, the synthesized TiO2 nanoparticle has smallest rutile crystallite size of 2,541 nm and smallest anatase crystallite size of 7,222 nm as compared with bulk TiO2 and P-25. In addition, it has been confirmed that TiO2 nanoparticle has rutile phase while bulk TiO2 and P-25 Degussa have anatase phase. The UV-Vis DRS characterization showed that TiO2 nanoparticle has smallest band gap energy of 3,08 eV and can absorb radiation from wavelength range of 290-402 nm. However, the incorporated TiO2 nanoparticle in cream formulation has gray color and not homogeneous when applied in skin as compared with bulk TiO2 and P-25 Degussa formulations that have white color and well-distributed. The result of SPF value determination showed that TiO2 nanoparticle formulation has smallest SPF value of 4,468 as compared with bulk TiO2 and P-25 Degussa which are 6,721 and 7,198 respectively. Further investigation should be carried out in order to improve the use of TiO2 nanoparticle for sunscreen application.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S57068
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarif
Abstrak :
Telah dilakukan sintesis ZnO-Bentonit dengan menggunakan prekursor kompleks [Zn(NH3)4]2+ dan aplikasinya sebagai fotodegradasi Rhodamin B. ZnO-Bentonit disintesis dengan mencampurkan agen pemilar kompleks [Zn(NH3)4]2+ dan bentonit. Larutan kompleks [Zn(NH3)4]2+ dibuat dengan menambahkan NH4OH 1M ke dalam Zn(CH3COOH)2.2H2O 1M. Selanjutnya melalui proses hidrotermal pada suhu 160o C selama 2 jam dan kalsinasi pada suhu 400o C selama 5 jam akan terbentuk ZnO-Bentonit. ZnOBentonit yang terbentuk kemudian dikarakterisasi dengan X-ray Diffractometry (X-RD), Infrared Spectrophotometry (FTIR), X-ray Fluorescense (X-RF), UV/Vis Diffuse Reflectance Spectrophotometry (UVDRS) dan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS). ZnO-Bentonit yang terbentuk digunakan sebagai katalis dalam fotodegradasi Rhodamin B menggunakan sinar lampu-UV dengan menambahkan 50 mg ZnO-Bentonit ke dalam 100 mL larutan Rhodamin B 2x10-5M pada beberapa variasi waktu. Hasil analisis XRD menunjukkan bahwa material ZnO telah berhasil disisipkan pada lapisan interlayer bentonit. Analisis UV-DRS menunjukkan nilai energi bandgap sebesar 3,6 eV; 3,54 eV; dan 3,5 eV untuk masingmasing 5%, 10 %, dan 15% ZnO-Bentonit. Fotodegradasi Rhodamin B menggunakan ZnO-Bentonit memperlihatkan penurunan konsentrasi pada penyinaran lampu-UV selama 180 menit. Berdasarkan data uji aplikasi material 5% ZnO-Bentonit memiliki kemampuan sorpsi dan fotokatalis yang paling baik terhadap degradasi zat warna Rhodamin B.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S30505
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Kurniawan Putra
Abstrak :
Telah dilakukan sintesis CuO-Bentonit dengan menggunakan prekursor kompleks [Cu(NH3)4]2+ dan aplikasinya sebagai fotodegradasi Rhodamin B. CuO-Bentonit disintesis dengan mencampurkan agen pemilar kompleks [Cu(NH3)4]2+ dan bentonit. Larutan kompleks [Cu(NH3)4]2+ dibuat dengan menambahkan NH4OH 1,5 M ke dalam Cu(NO3)2.3H2O 1M. Selanjutnya melalui proses hidrotermal pada suhu 160deg;C selama 2 jam dan kalsinasi pada suhu 400o C selama 5 jam akan terbentuk CuO-Bentonit. CuO-Bentonit yang terbentuk kemudian dikarakterisasi dengan X-ray Diffractometry (X-RD), Infrared Spectrophotometry (FTIR), X-ray Fluorescense (X-RF), UV/Vis Diffuse Reflectance Spectrophotometry (UVDRS), Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) dan Scanning Electron Microscope (SEM). CuO-Bentonit yang terbentuk digunakan sebagai katalis dalam fotodegradasi Rhodamin B menggunakan sinar lampu-UV dengan menambahkan 50 mg CuO-Bentonit ke dalam 100 mL larutan Rhodamin B 2x10-5M pada beberapa variasi waktu. Hasil analisis XRD menunjukkan bahwa material CuO telah berhasil disisipkan pada lapisan interlayer bentonit. Analisis UV-DRS menunjukkan nilai energi bandgap sebesar 1,31 eV; 1,31 eV; dan 1,28 eV untuk masing masing 15%, 20 %, dan 25% CuO-Bentonit. Fotodegradasi Rhodamin B menggunakan CuO-Bentonit memperlihatkan penurunan konsentrasi pada penyinaran lampu-UV selama 180 menit. Berdasarkan data uji aplikasi material 20% CuO-Bentonit memiliki kemampuan sorpsi dan fotokatalis yang paling baik terhadap degradasi zat warna Rhodamin B. ......It has been synthesized CuO-Bentonite by using precursor [Cu (NH3) 4]2 + and its application as a photodegradation of Rhodamine B. The CuO-Bentonite pillaring agent synthesized by mixing the [Cu(NH3) 4]2 + and bentonite. Solution of complex [Cu(NH3) 4]2 + is made by adding 1.5 M NH4OH in Cu(NO3) 2.3H2O 1 M. Furthermore, through a hydrothermal process at 160deg;C for 2 hours and calcination at 400o C for 5 hours will be formed CuO-Bentonite. CuO-Bentonite is formed and characterized by X-ray Diffractometry (X-RD), Infrared Spectrophotometry (FTIR), X-ray Fluorescense (X-RF), UV/Vis Spectrophotometry Diffuse reflectance (UVDRS), Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) and Scanning Electron Microscope (SEM). CuO-Bentonite is used as a catalyst in the photodegradation of Rhodamine B using UV-light by adding 50 mg of CuO-Bentonite into a 100 mL solution of Rhodamine B 2x10-5 M at some time variation. XRD analysis results showed that the CuO material was successfully inserted into the interlayer of bentonite layer. UV-DRS analysis showed that the bandgap energy of 1.31 eV, 1.31 eV, and 1.28 eV for each of 15%, 20%, and 25% CuO-Bentonite respectively. Photodegradation of Rhodamine B using CuO-Bentonite showed a decline in the concentration of radiation-UV light for 180 minutes. Based on test, 20% CuO-Bentonite has the best sorption capacity and photocatalytic degradation of Rhodamine B.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30716
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library