Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suhetris
"Penelitian ini akan melihat apakah motif mahasiwa FISIP
UI dan bagaimana pemenuhan kebutuhan oleh mereka setelah
membaca tabloid Detik tersebut.
Tabloid Detik adalah sebuah tabloid yang banyak
membahas masalah-masalah politik khususnya di Indonesia
dengan penyajian yang unik dan khas yaitu banyak memberikan
hasil wawancara dengan tokoh terkait dalam laporannya.
Penelitian ini memakai pendekatan Uses and Gratifications yang memfokuskan pada penggunaan isi media
oleh khalayaknya guna mencapai atau memenuhi kebutuhannya.
Dalam pendekatan ini penggunaan media lebih dikategorikan
berdasarkan fungsi rnedi~ rnassa, dalarn hal ini didasarkan pada
tipologi fungsi menurut Denis McQuail dan kawan-kawan yakni
fungsi di versi atau hiburan, hubungan personal, identi tas
personal dan pengawasan atau informasi .
Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini
adalah 100 orang mahasiswa FISIP UI program staata 1 . Dari
hasil penelitan ini didapatkan hasil bahwa sebagian besar
responden mempunyai motif yang berhubungan dengan keempat
fungsi media assa. Demikian pula halnya, mereka mendapatkan
pemenuhan kebutuhan bagi penerapan atau fungsi media tersebut.
Sebagian besar motif mereka membaca untuk fungsi pengawasan,
antara lain menambah bahan bacaan, mengetahui peristiwa
politik, menambah ยท pengetahuan politik dan mengetahui visi
Detik dan fungsi hubungan personal yaitu lancar dalam
pergaulan 1 dapat bahan percakapan merasa memiliki 1
menghilangkan kesepian dan mendapatan ternan.
Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan, sebagian besar
mendapatkannya dalam hal yang berhubungan dengan fungsi
pengawasan atau informasi. Dengan membaca tabloid Detik
mereka mendapatkan informasi mengenai masalah politik yang
ada di Indonesia juga mendapatkan pengetahuan politik dan
visi Detik melalui analisanya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
S4089
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulhasril Nasir
"ABSTRAK
Kajian tentang kebebasan pers adalah studi yang tak hentihentinya. Bukan saja disebabkan pemahaman kebebasan pers itu berbeda-beda di tiap-tiap masyarakat, tetapi makna kebebasan pers itu selalu berubah sesuai dengan perkembangan suatu masyarakat. Sementara itu, konsep tentang kebebasan pers lebih statis karena mengikuti struktur sosial dan sistem politik yang sudah ada (structural-functionalism) yang sifatnya impersonal dan terlembaga. Proses interaksi (interactionism) antara perkembangan masyarakat dengan konsep kebebasan pers yang statis itu yang kemudian menghasilkan bentuk "peran pers" dalam kurun waktu tertentu. Jadi, peran pers dapat dikatakan sebagai hasil interaksi yang bersifat impersonal dan sekaligus personal. Disebut personal karena terdapat sifat subyektif di dalamnya, yaitu dari kalangan yang terlibat dalam proses interaksi itu: wartawan (pers), pejabat (pemerintah) dan anggota (masyarakat).
Dengan kata lain, ketiga unsur tadi, pers, pemerintah dan masyarakat selalu mempunyai persepsi masing-masing tentang makna kebebasan pers. Bagaimana mereka memandang, menerjemahkan atau mengartikan peran pars itulah yang dalam konteks ini disebut sebagai "realitas subyektif."
Dalam penelitian kali ini, bukanlah kajian sekali, gus tentang persepsi ketiga kalangan itu, tetapi hanya dari sudut pandang kalangan pers saja. Alasannya adalah, pertama, pers adalah pelaku utama dalam menciptakan kebebasan pers, kedua, pers semakin dibebani peran dan tanggungjawabnya diantara inelemahnya fungsi lembaga penyampai aspirasi masyarakat yang ada, seperti DPR. Ketiga, dalam kondisi dan situasi seperti di atas, pers kadangkala berada pada posisi terpojok yang sebagian disebabkan karena ketidaktahuan kalangan non-pers terhadap realitas yang dihadapi pers, dan sebagian lagi terdapatnya pergeseran persepsi kalangan pers sendiri dalam membawakan peran mereka.
Dengan menggunakan metode wawancara dan pendekatan kualitatif, penulis berusaha mendapatkan persepsi kalangan wartawan terhadap kebebasan pers dewasa ini dengan bertitik tolak pada kasus pembredelan tiga media tahun 1994: Tempo, Detik dan Editor. Mereka yang diwawancarai adalah wartawan senior termasuk wartawan dari ketiga yang dibredel itu.
Dari data yang diperoleh menunjukkan terdapatnya perbedaan persepsi kalangan pers terhadap kebebasan pers, terutama dalam mengaktualisasikan peran mereka dalam masyarakat. Yang menarik adalah, mereka tetap menganggap masih ada kebebasan pers di Indonesia meskipun dengan cara menciptakan "jalan tikus" agar terbebas dari rambu-rambu pembredelan. Mereka pun meyakini, kalau pemerintahan berganti kehidupan pers akan lebih baik dari pada sekarang.
Selain itu, ditemukan pula bahwa kalangan pers sudah cukup siap dan mempunyai kiat sendiri dalam menghadapi tekanan baik dari kalangan pemilik modal(owner) atau dari pemodal besar dalam menjaiankan perannya. Caranya, antara lain, membuat rubrik khusus untuk publikasi bisnis, memperkuat profesionalisme dan solidaritas internal.
Dari penelitian ini pun dapat disimpulkan bahwa pers jauh lebih siap dibandingkan pemerintah (termasuk birokrasi) dalam mengantisipasi perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. Tidak transparannya alasan-alasan pembredelan terhadap tiga media di pertengahan 1994 itu salah satu bukti pula bahwa pemerintah telah menempakan dirinya sebagai penguasa yang sesungguhnya.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library