Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Galuh Rahmawati Hendra P
"Latar Belakang: Postur kepala yang baik adalah kepala tegak dengan kerja otot minimal dan mencapai efisiensi mekanis maksimal pada sistem saraf pusat. Ketidakseimbangan otot di tulang servikal dan sistem stomatognatik mempengaruhi postur kepala dan menyebabkan malrelasi maksila-mandibula. Usia 10-12 tahun merupakan periode emas perawatan ortodontik. Penilaian postur kepala perlu dipertimbangkan dalam perawatan ortodontik. Sudut NSL/OPT mewakili fleksi-ekstensi dari postur kepala dan sudut ANB digunakan dalam penentuan relasi maksila-mandibula. Penelitian mengenai hubungan antara sudut NSL/OPT dan sudut ANB belum pernah dipublikasikan sebelumnya. Tujuan: Penelitian bertujuan untuk menganalisis hubungan antara sudut NSL/OPT dengan sudut ANB pada anak usia 10-12 tahun ras Deutro Melayu. Metode Penelitian: Penelitian dilakukan di Klinik Gigi Anak dan Radiologi RSKGM FKG UI dengan jumlah responden 33 anak usia 10-12 tahun, sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Pada anak dilakukan pengambilan foto radiografi sefalometri lateral. Selanjutnya dilakukan penentuan sudut NSL/OPT dan ANB pada foto menggunakan software ImageJ. Analisis hubungan antara sudut NSL/OPT dengan sudut ANB menggunakan uji korelasi Pearson. Hasil: Nilai rerata yang didapatkan sudut NSL/OPT adalah 97,9 dan nilai rerata sudut ANB adalah 3,15. Uji korelasi didapatkan r 0,067 dengan p-value 0,713, menunjukkan hubungan sangat lemah antara sudut NSL/OPT dengan sudut ANB, dan tidak signifikan. Kesimpulan: Penelitian hubungan sudut NSL/OPT dengan sudut ANB secara sefalometri pada anak usia 10-12 tahun ras Deutro Melayu di Jakarta, hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan linear yang sangat lemah, dan secara substansi dapat disimpulkan sudut postur kepala tidak dapat dihubungkan dengan sudut ANB.

Background: Good head posture is an upright head with minimal muscle work and maximum mechanical efficiency in the central nervous system. Muscular imbalance in cervical spine and stomatognathic system affects head posture and maxillary-mandibular malrelation. Age 10-12 years is the golden period of orthodontic treatment. Assessment of head posture needs to be considered in orthodontic treatment. The NSL/OPT angle represents flexion-extension of the head posture, and the ANB angle is used to determine the maxillary-mandibular relationship. bnResearch on the relationship between the NSL/OPT angle and the ANB angle in children aged 10-12 years of the Deutro Malay race has never been found before. Purpose: to analyze the relationship between the NSL/OPT angle and the ANB angle in children aged 10-12 years of the Deutro Malay race. Methods: This research was conducted at the IKGA and Radiology Clinic RSKGM FKG UI with a total of 33 respondents aged 10-12 years, according to inclusion and exclusion criteria. Lateral cephalometric radiographs were taken. The NSL/OPT and ANB angles were determined on the photos using ImageJ software. Data analysis using Pearson correlation test. Results: The mean value for the NSL/OPT angle is 97.9 and ANB angle is 3.15. The correlation test r 0.067 with p-value 0.713, indicating a very weak relationship between the NSL/OPT angle and the ANB angle, and not significant. Conclusion: The results showed that there was a very weak linear relationship, and in substance it can be concluded that the angle of head posture cannot be related to ANB angle."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Ikasari; Theddeus Octavianus Hari Prasetyono
"Mata sebagai satu unit estetik bukan hanya terdiri palpebra saja, tetapi juga periorbita. Letak anatomi alis mata dan ketebalan lemak juga memengaruhi kecantikan mata. Pada wanita kulit putih, lipatan kelopak mata biasanya 8-11 mm di atas lid margin, sedangkan untuk laki-laki biasanya 6-9 mm. Pada Mongolian, kelopak mata atas biasanya lebih tebal, lid crease lebih dekat pada lid margin ( 6-9 mm ), fisura palpebra lebih kecil dan kadang-kadang terdapat epichantal fold sisi medial.

The eye as an aesthetic unit consists not only of the palpebra, but also of the periorbit. The anatomical location of the eyebrows and the thickness of the fat also affect eye beauty. In white women, the eyelid crease is usually 8-11 mm above the lid margin, while for men it is usually 6-9 mm. In Mongolian, the upper eyelid is usually thicker, the lid crease is closer to the lid margin (6-9 mm), the palpebra fissures are smaller and sometimes there is a medial lateral epichantal fold."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Avi Aisyah Ramadini
"Latar Belakang: Perlu dilakukan penelitian untuk melihat perbedaan gambaran jaringan lunak wajah pria dan wanita khususnya ras Deutro-Melayu. Profil wajah lurus dipilih karena profil wajah lurus tidak mengindikasikan adanya disproporsi dental dan fasial sehingga individu dengan profil wajah lurus diindikasikan memiliki oklusi normal serta penampilan wajah dan dental yang dapat diterima. Tujuan: Mengetahui gambaran jaringan lunak wajah pasien pria dan wanita ras Deutro-Melayu dengan profil wajah lurus di RSKGM FKG UI beserta perbedaannya. Metode: Penelitian ini menggunakan 56 rekam medis dan sefalogram lateral pasien pria dan wanita berusia 18-25 tahun ras Deutro-Melayu sebelum perawatan ortodonsia. Analisis dilakukan menggunakan uji T tidak berpasangan dan uji Mann-Whitney. Hasil: 8 parameter pengukuran menunjukkan perbedaan bermakna antara pria dan wanita (p<0,05) yakni pada kecembungan fasial, kecembungan fasial total, sudut nasofrontal, sudut mentolabial, sudut servikomental, posisi hidung terhadap bidang fasial, posisi bibir atas terhadap bidang fasial, dan posisi bibir bawah terhadap bidang fasial. Pria menunjukkan hasil pengukuran yang lebih besar dibandingkan dengan wanita, kecuali pada sudut nasofrontal yang secara statistik menunjukkan nilai rerata wanita lebih besar dibandingkan pria. Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna antara gambaran jaringan lunak wajah pria dan wanita ras Deutro-Melayu dengan profil wajah lurus.

Background: It is necessary to conduct research to see the difference of facial soft tissue profile in male and female especially Deutro-Malay race. Straight face profile is selected because it does not indicate any dental and facial disproportions, so that individuals with straight facial profiles are indicated to have normal occlusion and acceptable facial and dental appearance. Objective: To compare the difference of facial soft tissue image in Deutro-Malay male and female with straight facial profile. Method: This study used medical records and lateral cephalograms of 56 male and female patients aged 18-25 with Deutro-Malay race before orthodontic treatment. Measurement performed with independent sample T-test and Mann-Whitney test. Result: 8 measurement parameters showed significant difference (p<0,05) those are facial convexity, total facial convexity, nasofrontal angle, mentolabial angle, cervicomental angle, position of nose to facial plane, position of upper lip to facial plane, and position of lower lip to facial plane. Male showed larger measurements than female, except in nasofrontal angle that statistically showed that female's mean score was greater than male. Conclusion: There is a significant difference between facial soft tissue image in Deutro-Malay male and female with straight facial profile.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Prabu Alfarikhi
"Latar Belakang: Profil wajah lurus merupakan profil wajah yang dianggap ideal dan menarik secara estetika. Perlu diketahui gambaran skeletal wajah pria dan wanita yang memiliki profil wajah lurus sebagai acuan dalam perawatan ortodonti. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran skeletal wajah antara pria dan wanita ras Deutro-Melayu yang memiliki profil wajah lurus beserta perbedaanya. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain potong lintang. Penelitian ini menggunakan 58 sefalogram lateral dari rekam medik pasien berusia 18-25 tahun, sebelum dilakukan perawatan ortodontik di RSKGM FKG UI. Dilakukan uji T tidak berpasangan dan uji Mann-Whitney Hasil: Pria menunjukan nilai rerata sudut Y-axis, FMIA, IMPA, dan sudut interinsisal lebih besar daripada wanita. Nilai rerata sudut SNA, SNB, ANB, sudut fasial, sudut kecembungan, FMA, dan I-SN pada pria lebih kecil daripada wanita. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara gambaran skeletal wajah pria dan wanita ras Deutro-Melayu dengan profil wajah lurus.

Background: Straight facial profile is considered as a profile that ideal and aesthetically attractive. The facial skeletal image of male and female with straight facial profile is used as a reference in orthodontic treatment. Objective: This research’s aim is to understand the facial skeletal image of Deutro-Malay male and female with straight facial profile and its difference. Method: This research is an analytic observational research with cross sectional design. This research used 58 lateral cephalograms from medical records of patients within 18-25 years old, before the orthodontic treatment is applied in RSKGM FKG UI. Independent T test and Mann-Whitney test are conducted. Result: Male’s facial skeletal image shows the average point of Y-axis, FMIA, IMPA dan interincisal angle is bigger than female’s. The angle’s average point of SNA, SNB, ANB, facial angle and convexity angle, FMA and I-SN angle of male’s facial skeletal image are smaller than found in female. Conclusion: There is no significant differences between facial skeletal image of Deutro-Malay male and female race with straight facial profile.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library