Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 96 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fahmi Idris
"Pengeringan vakum merupakan salah satu teknik pengeringan yang sudah dikenal orang. Tetapi tidak sernua pihak yang telah memanfaatkan teknlk pengeringan seperti ini mengetahui perhitungan-perhitungan yang mendasari proses yang terjadi di dalamnya, Apalagi kondisi lingkungan yang komplek dan mudah berubah memerlukan penanganan berbeda dalam mengoptimalkan perfonna pengering vakum tersebut. Untuk itu diperlukan sebuah program yang dapat menunjukkan dengan cepat performa pengering vakum dengan kondisi yang berbeda beda. Simulasi pengering vakum ini merupakan sebuah program yang berisi persamaan persamaan yang yang mendasari proses yang terjadi pada pengering vakum yang skema dasamya telah dibuat terlebih dahulu. sehingga untuk pengering vakum ynng rnemiliki-skema berbeda diperlukan perubahan sebagai penyesuaian. Dalam menggunakan program pengering vakum ini, dibutuhkan nilat tekanan, temperatur bola kering dan temperatur bo!a basah udara luar serta laju penguapan yang diinginkan sebagai input. Sedangkan output berupa sifat termodinamika udara keluaran dan daya pompa vakum yang dibutuhkan pengering tersebut. kesalahan literatur yang terjadi pada persamaan sifat termodinamika udara pad a program ini tidak melebihi nilai 3 %.
......Vacuum dryer is one of drying technique that has been known. Calculations that are used in the technique are not known by almost who use this technique, Complex and unstable conditions need different approximation to optimize this performance, A program that can show vacuum dryer performance in different conditions has been built. The program is based on equations that are used in vacuum dryer process in which we built the scheme for another scheme. we can change the approximation. Pressure, dry bulb temperature, wet bulb temperature and evaporation rate are needed for the input. We obtain air thermodynamic properties and power of vacuum pump. In the study we obtain error Jess then 3 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S37140
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hery Agus Prabowo
"Pada pengeringan bahan cair pada pengering semprot (Spray Drying), penggunaan sprayer hollow seperti rotary atomizer dan beberapa nozel tekanan di dalam ruang pengering mengakibatkan ada sebagian ruang bagian tengah dari pengering tidak dilalui oleh tetesan air, sehingga ruang kontak antara udara dengan tetesan air lebih kecil. Simulasi pengering semprot berbahan air digunakan untuk melihat pengaruh penggunaan diameter dalam pada alat pengering semprot yang dapat meningkatkan effisiensi termal. Simulasi ini dilakukan menggunakan variasi model yaitu dengan diameter dalam 0; 0,25; 0,5 dan 0,75 dibandingkan dengan diameter luarnya. Lama waktu tinggal tetesan di dalam ruang pengering sangat berpengaruh terhadap banyaknya tetesan yang diuapkan maka lama waktu tinggal tetesan ditetapkan sebesar 1,60; 1,45; 1,26 dan 0,98 untuk setiap model simulasi. Dari hasil simulasi dapat disimpulkan kecenderungan effisiensi lebih tinggi pada model dengan diameter dalam 0,25 dan 0,5 untuk lama waktu tinggal 0,98 detik dibandingkan dengan model simulasi tanpa diameter dalam untuk lama waktu tinggal yang sama. Dan panas yang keluar ke dinding sangat berpengaruh pada laju penguapan tetesan air. Sebaiknya pada simulasi dilakukan pengisolasian pada dinding untuk mencegah panas keluar ke lingkungan, meningkatkan ketelitian numerik dengan grid yang lebih halus."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S37805
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anditya Wiratmoko
"The spontaneous combustion of coal stockpiles is a serious economic and safety problem. Unfortunately it is not easy to understand these phenomena. This is due to the mechanism of spontaneous combustion is affected by many internal and external factors including particle size. The low-temperatur oxidation reaction in the nature or stockpiles of coal piles is considered slow due to limited heat exchange between coal and direct surroundings. Thus, an adiabatic oxidation testing method used for determining the spontaneous combustion character propensity of a sub-bituminous coal. This work particulary focuses on studying the effect of particle size on the self-heating rate (R70) as well as the activation energy (Ea) and time to ignition (tad). The test showed that increase of the particle size decreased self-heating rate, increased ectivation energy and delayed time to ignition.
One of certain way to process the preserving of food and beverage or to ease the packaging process is drying process. To acieve the efficiency and effectiveness, it needs to find out the characterisitic of water content. This is the reason of research about the flow rate of the evaporation. It depends on the humidity, surrounding temperature, and the velocity of air. The instrument device uses injection contained aquades. Air flows through the droplet with the variation of velocity and temperature. It shows the relationship of Reynolds (Re), Prandtl (Pr), Schmidt (Sc), Nusselt (Nu), and Sherwood (Sh) numbers. Heat and mass transfer occur in this process. Ranz-Marshall analogy used to calculate the equation. Data of the experiments show the tendency of being above the Ranz-Marshall analogy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S37908
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Sutrisno
"ABSTRAK
Tesis ini bertujuan untuk mengkaji penerapan modul termoelektrik sebagai komponen unit sistem pendingin pada sebuah kotak pendingin yang digunakan sebagai penyimpan vaksin dengan kapasitas ruang dingin 6 liter (8,32 liter efektif) dan kapasitas ruang dingin 10 liter (15,2 liter efektif) dengan ketebalan pengisolasian ruang dingin sebesar 6 cm baik dengan air sebagai beban pendinginan maupun tanpa beban pendinginan.
Dalam Tesis ini diberikan analisis tentang temperatur terendah pada ruang dingin (chamber) yang bisa dicapai, total daya listrik yang dibutuhkan untuk mencapai temperatur tersebut oleh masing-masing tipe modul termoelektrik baik untuk kapasitas ruang dingin 6 liter maupun 10 liter tanpa menggunakan beban pendinginan dan harga Coefficient of Performance-nya (COP). Demikian juga karakteristik dari dua kotak pendingin tersebut yang meliputi waktu pendinginan (cool down time) untuk mencapai temperatur ruang yang disyaratkan sebagai penyimpanan vaksin, total daya listrik yang dibutuhkan dari waktu untuk mempertahankan temperatur ruang dingin (hold over time) dalam kondisi temperatur ruang dalam batas-batas yang disyaratkan untuk penyimpanan vaksin dengan menggunakan beban pendinginan sebanyak 3 liter air untuk kotak pendingin kapasitas 6 liter dan 4 liter air untuk kapasitas kotak pendingin 10 liter.
Dari hasil pengujian 4 tipe modul termoelektrik pada kedua kotak pendingin tanpa menggunakan beban pendinginan menunjukkan bahwa tipe 2 SC 055 045 127 63, tipe CP 1.412710L dan CP 1.4 127 045L dapat digunakan sebagai komponen unit pendingin pada kotak pendingin sebagai penyimpan vaksin, karena ketiganya dapat mencapai temperatur chamber di bawah 8 °C yaitu temperatur persyaratan penyimpanan vaksin yang berkisar antara 2 - 8 °C Dengan total daya listrik untuk mencapai temperatur 6 °C pada kotak pendingin kapasitas 6 liter secara berurutan yaitu 80, 85 dan 120 Watt jam, Harga COP-nya 0,313; 0,394 dan 0,473, sedangkan untuk kotak pendingin kapasitas 10 liter secara berurutan adalah 128, 162 dan 228 Watt jam dengan harga COP 0,406; 0,472 dan 0,581 Kotak pendingin kapasitas 6 liter mempunyai cool down time 9 jam dart temperatur 22 --- 4 °C dengan total daya listrik 422,92 Watt jam, Hold over time 4,75 jam dart temperatur 3,5 -10°C dengan COP 0, 55. Sedangkan kapasitas 10 liter cool down time 18,5 jam, daya listrik 800 Watt jam dan hold over time 4,25 jam, COP 0, 53."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Solar drying provides an alternative to the use of fossil fuel. Solar drying system is one of the most promising applications of crop drying. However, there are problems associated with the intermittent natural of solar radiation and the low intensities of solar radiation. The problems can be remedied by the use of heat storage, auxiliary energy source, control system, larger surface collector and hybrid system. However, this will result in a high capital investment. Economic indicators such as cost of
maintenance, payback period, internal rate of return can be used to calculate the economic of it application.
This paper presents the experience in Malaysia on crop drying. We also present the performance of four solar assisted drying systems for crop drying using different collector types, (a) V-groove solar collector with cabinet dryer, (b) double-pass solar collector with porous media in the lower channel and a flat bed drying chamber, (c) Solar dehumidification system and (d) Photovoltaic-thermal solar drying system."
600 JITE 1:12 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andhika Tri Prabowo
"Kurang efisiennya pengeringan biji kopi dengan menggunakan sinar matahari membuat produktifitas para petani kopi di Indonesia kurang maksimal. Maka dari itu penelitian ini dilakukan untuk membuat sistem pengeringan yang lebih optimum yaitu dengan cara mengkombinasikan sistem pengeringan jenis bed drying dengan sistem refrigerasi double condensor sebagai dehumidifier. Pengujian dilakukan dengan buah kopi yang sudah dikupas dengan variasi pengujian laju aliran, temperatur dan kelembaban udara pengering. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah karakterisasi pengeringan biji kopi dengan mendapatkan nilai konstanta pengeringan dan energi aktivasi dari proses pengeringan. Yang dimana didapati dalam penelitian ini ialah besarnya nilai konstanta pengeringan dan energi aktivasi berbanding lurus dengan besarnya nilai laju aliran dan temperatur udara pengering, serta berbanding terbalik dengan kelembaban udara pengering yang dimana semakin kering udara yang digunakan selama proses pengeringan maka akan optimum hasil yang diharapkan. Dalam penelitian ini didapat nilai konstanta pengeringan tertinggi sebesar 1,8534×10-4 dan nilai konstanta pengeringan terendah sebesar 3,70079×10-5, sedangkan untuk nilai energi aktivasi tertinggi sebesar 56,117 kJ/mol dan nilai energi aktivasi terendah sebesar 44,928 kJ/mol.
......The inefficient drying of coffee beans using sunlight makes the productivity of coffee farmers in Indonesia less than optimal. Therefore, this research was conducted to make a more optimum drying system by combining a bed drying type drying system with a double condenser refrigeration system as a dehumidifier. The test was carried out with peeled coffee cherries with variations in the flow rate, temperature and specific humidity testing of the drying air. The result of this research is the characterization of coffee bean drying by obtaining the drying constant and activation energy of the drying process. What is found in this study is the value of the drying constant and activation energy is directly proportional to the value of the flow rate and temperature of the drying air, and inversely proportional to the humidity of the drying air, where the drier the air used during the drying process, the optimum results will be expected. In this study, the highest drying constant value was 1.8534×10-4 and the lowest drying constant value was 3.70079×10-5, while the highest activation energy value was 56.117 kJ/mol and the lowest activation energy value was 44,928 kJ/mol.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heni Kusumawati
"Penelitian ini menggunakan Hdroxypropylmetilcelullose (HPMC) sebagai adsorben untuk menghasilkan serbuk jeli teripang. Metode pembuatan serbuk menggunakan pengeringan oven pada suhu ± 50oC. Konsentrasi HPMC yang digunakan adalah 5%, 10%, 15% dan 20% dari berat jeli teripang yang digunakan. Serbuk yang dihasilkan, kemudian diuji higroskopisitas, laju alir, sudut diam dan indeks kompresibilitas. Serbuk ini dipersiapkan untuk pembuatan formula massa tablet. Formula massa tablet dievaluasi seperti uji pada serbuk. Campuran jeli teripang dengan HPMC 5% dan 10% terpilih untuk pembuatan serbuk karena memilki waktu pengeringan yang lebih cepat untuk mencapai kadar air 3-5%. Formula B dan C memenuhi persyaratan pada pembuatan massa tablet.

This research the used Hdroxypropylmetilcelulose (HPMC) as adsorbent to produce Sea Cucumber jelly powder. Microwave drying at ± 50oC was used as method to make powder. The concentration of HPMC were 5%, 10%, 15% and 20% of Sea Cucumber jelly weight. The powder was tested the higroscopisity, compressibility index, flow rate and angle of respon. Those powder was prepared for creating tablet formulation and it was evaluated like test for powder. Combination of Sea Cucumber jelly with of HPMC 5% and 10% were selected to make powder because they have faster drying time to achieve water content 3-5%. The B and C formulation can be used for creating tablet formulation."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2008
S32995
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"A fish drying constructed making use a hot water flowing system and coal bricket as a fuel has been assembled. This system was build using the following structure: sheet metal for the cuter wall ,aluminium plate for the inner wall and layer of playwood,stereform, and aluminium foil were arranged in between and hot water cylinder made from sheet metal (1 mm)......."
2007
658 JRTI 1:1 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Azizah
"Propolis telah dikenal memiliki berbagai manfaat sebagai obat tradisional karena berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan menstimulasi proliferasi limfosit sehingga disebut sebagai imunostimulan. Namun, pemanfaatan propolis sebagai zat aktif dalam berbagai sediaan masih terbatas karena keterbatasan penanganan sifat fisik yang kental, lengket, dan sulit larut dalam air. Salah satu solusi terhadap karakteristik propolis tersebut adalah dengan melakukan enkapsulasi. Enkapsulasi dapat mengatasi masalah kelarutan propolis, termasuk melindungi zat bioaktif. Beberapa penelitian telah mengkaji metode enkapsulasi propolis diantaranya menggunakan mikroenkapsulasi penyemprotan kering (spray drying) dengan berbagai penyalut termasuk maltodekstrin dan gum arab dan berhasil meningkatkan kelarutan serbuk propolis dalam air dingin dan meningkatkan fungsi propolis sebagai senyawa aktif dalam berbagai sediaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi aktivitas imunostimulan dari mikroenkapsulat propolis hasil spray drying yang berasal dari lebah Tetragonula sapiens terhadap sel limfosit manusia. Pada penelitian ini, sediaan mikroenkapsulat propolis serbuk dibuat dari ekstrak etanol propolis wax yang dienkapsulasi menggunakan penyalut maltodekstrin dan gum arab dengan metode penyemprotan kering (spray drying) yang divariasikan dengan 2 variasi kondisi operasi (SD). Mikroenkapsulat propolis wax kemudian telah diuji kadar total fenolik dan flavonoid, SEM dan aktivitas imunostimulannya terhadap proliferasi sel limfosit manusia yang diinduksi LPS secara invitro dengan dosis yang berbeda. Diketahui, mikroenkapsulasi dari kedua SD memiliki nilai kadar total fenolik dan flavonoid mikroenkapsulat propolis masing-masing 334,02 ± 3,08 mgGAE/g dan 21,79 ± 0,19 mgQE/g untuk SD 1, dan 158,26 ± 9,5 mgGAE/g dan 53,19 ± 1,18 mgQE/g untuk SD 2. Ukuran mikroenkapsulat propolis pada SD 1 adalah 0,7-7µm sedangkan pada SD 2 adalah 1- 4 µm. Penambahan mikroenkapsulat propolis SD 1 dengan semua dosis (3,125 - 200 µg/mL) dapat meningkatkan viabilitas sel limfosit yang telah diinduksi LPS. Sedangkan penambahan mikroenkapsulat propolis SD 2 yang meningkatkan viabilitas sel limfosit adalah dosis 12,5 - 200 µg/mL. Meskipun mikroenkapsulat SD 1 menunjukan aktivitas proliferasi sel limfosit lebih tinggi dibandingkan SD 2 karena kandungan total fenoliknya yang lebih tinggi, kedua mikroenkapsulat propolis serbuk menunjukan aktivitas imunostimulan yang baik secara invitro sehingga dapat mengatasi keterbatasan formulasi sediaan farmasi dan dapat dikembangkan sebagai obat tradisional imunostimulan.
......Propolis has been known for its various benefits as traditional medicine. As an immunostimulant, it plays a role in the immune system and promotes the proliferation of lymphocyte. However, the use of propolis as an active ingredient is limited because of the restricted handling of its physical properties, which is hard, sticky, and difficult to dissolve in water. An alternative to handle propolis physical properties is encapsulation. Encapsulation can solve propolis solubility problems, including protecting bioactive substances. Several studies have suggested that propolis encapsulation methods could increase the solubility of propolis in cold water and enhance the function of propolis as an active compound with different results. The method includes spray-drying microencapsulation with various coaters, such as maltodextrin and gum arabic. The purpose of this study was to evaluate the immunostimulant activity of propolis microcapsules from spray drying derived from Tetragonula sapiens bees against human lymphocyte proliferation. In this study, the propolis microcapsules was prepared from wax propolis extract which was encapsulated using maltodextrin and gum arabic by spray drying method with 2 operating conditions (SD). The wax propolis microcapsules had been tested for total phenolic and flavonoid levels, SEM and their immunostimulant activity against LPS-induced human lymphocyte cell proliferation invitro at different doses. It was known that the propolis microcapsules of the two conditions have total phenolic and flavonoid levels of of 334.02 ± 3.08 mgGAE /g and 21.79 ± 0.19 mgQE / g for SD 1, and 158.26 ± 9.5 mgGAE / g and 53.19 ± 1.18 mgQE / g for SD 2. The size of propolis microcapsules of SD 1 is 0.7-7μm while 1-4 μm for SD 2. The addition of SD 1 proopolis microcapsules with all doses (3.125 - 200 μg/mL) could increase the viability of LPS-induced lymphocyte cells. Meanwhile, the addition of SD 2 propolis microencapsulates that increase lymphocyte cell viability was dose of 12.5 - 200 μg/mL. Although SD 1 propolis microcapsules showed higher lymphocyte proliferation activity than SD 2 due to its higher total phenolic content, both propolis microcapsules showed immunostimulant activity, hence it can overcome the limitations of pharmaceutical preparation formulations and can be developed as immunostimulant traditional medicine"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>