Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Meredith, Sheena
Shaftesbury: Element , 1994
616.521 06 MER n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Halim
"Latar Belakang. Dermatitis atopi merupakan manifestasi penyakit alergi yang sering pada anak. Prevalens dermatitis atopi (DA) meningkat di seluruh dunia dengan awitan tersering pada usia 1 tahun pertama. Lesi DA cenderung relaps hingga usia 5 tahun, diikuti allergic march yang dapat menetap hingga dewasa. Beberapa faktor risiko DA ialah riwayat atopi keluarga, pajanan dini alergen, defek barier kulit dan berkurangnya kekerapan infeksi. Alergen yang sering mencetuskan DA berasal dari makanan. Peran ASI dalam mencegah DA dilaporkan dalam banyak studi, namun masih kontroversi. Studi mengenai hal ini belum banyak dilakukan di Indonesia.
Tujuan. Mengetahui manfaat pemberian ASI eksklusif dalam mencegah kejadian DA pada anak.
Metode. Desain penelitian ini ialah kasus-kontrol berpasangan dengan matching terhadap kelompok usia dan adanya riwayat atopi keluarga. Penelitian dilakukan pada anak berusia 7-24 bulan di Poliklinik Ilmu Kesehatan Anak dua Rumah Sakit swasta dan di sebuah Posyandu di Jakarta, pada bulan Juli-Desember 2012. Diagnosis DA ditegakkan pada kelompok kasus dengan kriteria Hanifin-Rajka.
Hasil. Sebanyak 108 anak ikut serta dalam penelitian. Sebagian besar anak dengan DA berusia 7-24 bulan dan memiliki riwayat atopi keluarga. Awitan DA tersering pada usia 6 bulan pertama dengan predileksi lesi di wajah. Tidak terdapat perbedaan pola dan lama menyusui pada kelompok anak dengan dan tanpa DA. Manfaat ASI dalam mencegah DA pada anak pada penelitian ini belum dapat dibuktikan (RO 0,867;IK95% 0,512-2,635; p 0,851).
Simpulan. Penelitian ini belum dapat membuktikan manfaat pemberian ASI eksklusif untuk mencegah kejadian DA pada anak. Pemberian ASI eksklusif masih sangat direkomendasikan karena memiliki banyak manfaat dan keunggulan dibandingkan susu formula.
......Latar Belakang. Dermatitis atopi merupakan manifestasi penyakit alergi yang sering pada anak. Prevalens dermatitis atopi (DA) meningkat di seluruh dunia dengan awitan tersering pada usia 1 tahun pertama. Lesi DA cenderung relaps hingga usia 5 tahun, diikuti allergic march yang dapat menetap hingga dewasa. Beberapa faktor risiko DA ialah riwayat atopi keluarga, pajanan dini alergen, defek barier kulit dan berkurangnya kekerapan infeksi. Alergen yang sering mencetuskan DA berasal dari makanan. Peran ASI dalam mencegah DA dilaporkan dalam banyak studi, namun masih kontroversi. Studi mengenai hal ini belum banyak dilakukan di Indonesia.
Tujuan. Mengetahui manfaat pemberian ASI eksklusif dalam mencegah kejadian DA pada anak.
Metode. Desain penelitian ini ialah kasus-kontrol berpasangan dengan matching terhadap kelompok usia dan adanya riwayat atopi keluarga. Penelitian dilakukan pada anak berusia 7-24 bulan di Poliklinik Ilmu Kesehatan Anak dua Rumah Sakit swasta dan di sebuah Posyandu di Jakarta, pada bulan Juli-Desember 2012. Diagnosis DA ditegakkan pada kelompok kasus dengan kriteria Hanifin-Rajka.Hasil. Sebanyak 108 anak ikut serta dalam penelitian. Sebagian besar anak dengan DA berusia 7-24 bulan dan memiliki riwayat atopi keluarga. Awitan DA tersering pada usia 6 bulan pertama dengan predileksi lesi di wajah. Tidak terdapat perbedaan pola dan lama menyusui pada kelompok anak dengan dan tanpa DA. Manfaat ASI dalam mencegah DA pada anak pada penelitian ini belum dapat dibuktikan (RO 0,867;IK95% 0,512-2,635; p 0,851).
Simpulan. Penelitian ini belum dapat membuktikan manfaat pemberian ASI eksklusif untuk mencegah kejadian DA pada anak. Pemberian ASI eksklusif masih sangat direkomendasikan karena memiliki banyak manfaat dan keunggulan dibandingkan susu formula."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danny Surya
"Hand eczema (HE) adalah peradangan kulit tangan yang umum terjadi pada pekerjaan tertentu, termasuk di pelayanan kesehatan. Insidensi HE pada tenaga medis meningkat di era pandemi Covid-19 akibat peningkatan praktik hand hygiene. Vitamin D merupakan salah satu vitamin larut lemak yang memiliki berbagai pengaruh terhadap kulit, khususnya pada kondisi inflamasi. Vitamin D berperan dalam proses proliferasi dan diferensiasi epidermis serta berkaitan dengan imunitas kulit dan penyembuhan luka. Kadar rendah vitamin D diduga berkaitan dengan HE dan derajat keparahannya. Penelitian ini bertujuan menganalisis korelasi antara derajat keparahan HE dan kadar vitamin D yang diukur dengan 25(OH)D serum pada tenaga medis di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik dengan desain potong lintang. Populasi target penelitian adalah tenaga medis RSCM dengan HE yang dipilih menggunakan metode consecutive sampling berdasarkan kriteria penerimaan dan penolakan. Penilaian keparahan HE dilakukan dengan instrumen Hand Eczema Severity Index (HECSI) dan pengukuran kadar 25(OH)D serum dilakukan dengan pengambilan darah vena perifer. Analisis statistik yang sesuai dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian. Nilai p<0,05 dianggap signifikan secara statistik. Di antara 44 sampel tenaga medis dengan HE, 29 orang mengalami HE ringan, 11 orang mengalami HE sedang, dan 4 orang mengalami HE berat. Rerata kadar 25(OH)D serum untuk seluruh SP adalah 17,50 ng/mL yang termasuk ke dalam kategori defisiensi vitamin D. Rerata kadar 25(OH)D serum pada SP dengan HE ringan adalah 17,85 ng/mL, pada HE sedang sebesar 16,45 ng/mL, dan pada HE berat sebesar 17,87 ng/mL. Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara kadar 25(OH)D serum dengan derajat keparahan HE yang diukur dengan menggunakan HECSI (r = -0,056; p = 0,359). Pada hasil tambahan, tidak ditemukan korelasi bermakna antara skor HECSI dengan skor Dermatology Life Quality Index (DLQI) (r = 0,113; p = 0,232). Median kadar 25(OH)D serum pada SP dokter didapatkan lebih tinggi dibandingkan tenaga medis nondokter dengan nilai yang bermakna secara statistik (23,00 vs 14,00; p <0,001). Didapatkan pula rerata berat badan dan indeks massa tubuh (IMT) yang lebih tinggi pada kelompok SP dengan status vitamin D defisiensi dibandingkan nondefisiensi yang bermakna secara statistik (60,74 vs 55,00; p = 0,008 dan 23,74 vs 21,83; p = 0,014). Sebagai kesimpulan, tidak ditemukan korelasi yang bermakna antara kadar 25(OH)D serum dengan derajat keparahan HE pada tenaga medis.
.......Hand eczema (HE) is an inflammation of the skin of the hands that commonly occurs in certain occupations, including healthcare services. The incidence of HE in healthcare workers has increased in the era of the Covid-19 pandemic due to increased hand hygiene practices. Vitamin D is a fat-soluble vitamin that has various effects on the skin, especially in inflammatory conditions. Vitamin D plays a role in the process of proliferation and differentiation of the epidermis and is related to skin immunity and wound healing. Low levels of vitamin D are thought to be related to HE and its severity. This study aims to analyze the correlation between the severity of HE and vitamin D levels as measured by serum 25(OH)D in healthcare workers at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. This is an analytic descriptive study with a cross-sectional design. The target population of the study were RSCM healthcare workers with HE who were selected using the consecutive sampling method based on acceptance and rejection criteria. Assessment of the severity of HE was carried out using the Hand Eczema Severity Index (HECSI) instrument and measurement of serum 25(OH)D levels was done by drawing peripheral venous blood. Appropriate statistical analyzes were performed to prove the research hypotheses. A p-value of <0.05 was considered statistically significant. Among the 44 samples of healthcare workers with HE, 29 people had mild HE, 11 people had moderate HE, and 4 people had severe HE. The mean serum 25(OH)D level for all subjects was 17.50 ng/mL which belonged in the vitamin D deficiency category. The mean serum 25(OH)D level in subjects with mild, moderate, and severe HE was 17.85 ng/mL, 16.45 ng/mL, and 17.87 ng/mL, respectively. There was no statistically significant correlation between serum 25(OH)D levels and HE severity measured using HECSI (r = -0.056; p = 0.359). In additional results, no significant correlation was found between the HECSI score and the Dermatology Life Quality Index (DLQI) score (r = 0.113; p = 0.232). The median level of serum 25(OH)D among physicians was found to be higher than non-physicians healthcare workers with a statistically significant value (23.00 vs 14.00; p <0.001). The average body weight and body mass index (BMI) were also found to be higher in the subject group with vitamin D deficiency status compared to non-deficiency which was statistically significant (60.74 vs 55.00; p = 0.008 and 23.74 vs 21.83; p = 0.014). In conclusion, no statistically significant correlation was found between serum 25(OH)D levels and the severity of HE among healthcare workers as measured by HECSI."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dhita Octriani
"ABSTRAK
Latar Belakang. Dermatitis pada tangan akibat kerja DTAK bersifat kronis, memiliki prognosis buruk, dan berdampak signifikan terhadap aspek psikososial dan pekerjaan. Prevalensi dermatitis kontak pada tenaga kerja bongkar muat TKBM Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta adalah sebesar 24,3 , dengan lesi di tangan 47,1 . Penggunaan alat pelindungdiri APD masih belum cukup untuk mengatasi masalah ini, sehingga dibutuhkan intervensi lain. Penggunaan pelembap untuk memperbaiki sawar kulit dipertimbangkan efektif untuk mencegah keparahan DTAK.Metode. Penelitian ini adalah kuasi eksperimental satu kelompok. Intervensi dilakukan dengan menggunakan gliserin 10 dalam vaselin album sekali sehari setelah bekerja selama 14 hari.Hasil. Rerata nilai transepidermal water loss TEWL setelah intervensi 11,4 3,8 g/m2/jam lebih rendah dibandingkan rerata nilai TEWL awal 14,2 4 g/m2/jam , dengan perbedaan rerata nilai TEWL sebesar 2,8 2,9 g/m2/jam p= 0,000 95 CI 1,5-4,1 . Median nilai hand eczema severity index HECSI setelah intervensi 9,5 3-34 lebih rendah dibandingkan median skor HECSI awal 29,5 6-80 , dengan perbedaaan rerata skor HECSI sebesar 19,5 -2-46 p= 0,000 . Korelasi antara perubahan nilai TEWL dan perubahan skor HECSI tidak bemakna p= 0,476 dengan kekuatan korelasi sangat lemah r= 0,160 . Variabel exposure rating tahunan debu semen berhubungan dengan perubahan skor HECSI p= 0,002 . Setelah intervensi seluruh lesi di jari-jari, telapak tangan, punggung tangan dan pergelangan tangan mengalami perbaikan yang bermakna.

ABSTRACT
Background. Occupational hand dermatitis OHD is chronic, has a poor prognosis, and significantly affects psychosocial and occupational aspects. The prevalence of contact dermatitis of loading dockworkers at Port Sunda Kelapa Jakarta was 24,3 and 47,1 lesion was on the hands. The use of personal protective equipment PPE is deemed inadequate to solve this problem, thus requiring other intervention. Using moisturizer for improvement of skin barrier is considered to be effective for preventing severity of occupational hand dermatitis.Method. The study design was quasi experimental one group pre and post test design. The 14 days intervention was performed on the loading dockworkers by instructing them to apply 10 glycerin in vaseline album on their hands once daily after working.Result. The mean value of transepidermal water loss TEWL after intervention 11.4 3.8 g m2 hour was lower than the mean value of TEWL before the intervention 14.2 4 g m2 hour . The TEWL mean difference was 2.8 2.9 g m2 hour p 0.000 95 CI 1.53 4.1 . The median value of hand eczema severity index HECSI after intervention 9.5 3 34 was lower than the median value of HECSI before the intervention 29,50 6 80 . The HECSI mean difference was 19.5 2 46 p 0,000 . The correlation between TEWL changes and HECSI changes was not significant p 0.476 and the correlation strength was very weak r 0.160 . Annual exposure rating of cement dust associated with the HECSI changes p 0,002 . After intervention, all lesions on the fingers, palms, back of hand and wrist were significantly improved p 0,05 , except for the finger tips. Additional analysis showed that the commonly found morphology of the lesion was infiltrate papule, scaling and erythema. After intervention, the severity score of the morphology lesions was also significantly decreased p 0,05 .Conclusion. Once daily application of 10 glycerin in vaseline album for 14 days could improved skin barrier function and the severity of OHD, thus can be advised for loading dockworkers with high annual exposure rating of cement dust. "
2018
T58848
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library