Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dade Jubaedah
"The Lubuk Lampam floodplain?s ecosystem is naturally affected by the fluctuation of the water surface. This ecosystem also receives anthropogenic substances such as nutrients and other chemicals, especially from the oil palm plantation and its industrial processing activities. The main objective of this research was to determine the trophic status of the floodplain using the trophic level index (TLI) and Carlson?s trophic state index (TSI). The water quality and the fish samples were collected and analyzed from 7 stations representing various types of floodplain habitat. The results showed that the trophic status of Lubuk Lampam was hypereutrophic (very nutrient-rich). This was also supported by the high increase of the body weight (?b? value more than 3) and the high gonadosomatic index (GSI) of the studied fishes, i.e. Osteochilus vittatus 2.53-6.81% (male) and 3.00-15.86% (female); Helostoma temminckii 0.28-3.33% (male) and 1.30-10.43% (female); and Channa striata 0.33-0.59% (male) and 0.21-2.73% (female).

Status Trofik Rawa Banjiran Lubuk Lampam di Sumatera Selatan, Indonesia. Rawa banjiran Lubuk Lampam merupakan ekosistem yang secara alamiah dipengaruhi oleh fluktuasi tingkat muka air. Ekosistem ini juga menerima bahan masukan antropogenik berupa nutrien dan bahan kimia pertanian terutama dari perkebunan kelapa sawit dan industri pengolahannya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan status trofik untuk rawa banjian menggunakan trophic state index (TSI) dari Carlson dan trophic level index (TLI). Pengambilan dan analisis kualitas air dan ikan pada 7 stasiun yang mewakili berbagai tipe habitat rawa banjiran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan dua metode tersebut, Lubuk Lampam berada dalam status hypereutrofik (sangat subur). Hal ini juga didukung oleh pertambahan berat ikan yang tinggi (nilai ?b? lebih besar dari 3) dan indeks kematangan gonad ikan (Gonado Somatic Index, GSI) yang cukup besar dari 3 jenis ikan sampel yaitu ikan Osteochillus vittatus 2,53-6,81% (jantan) dan 3,00-15,86% (betina); Helostoma temminckii 0,28-3,33% (jantan) dan 1,30-10,43% (betina); Channa striata 0,33-0,59% (jantan) dan 0,21-2,73% (betina)"
Palembang: Universitas Sriwijaya, Palembang. Study Program of Aquaculture, Faculty of Agriculture, 2016
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Sempadan Ci Liwung baik bagian tengah (Bogor-Depok) maupun di Hulu (Puncak)
telah terjadi perubahan penggunaan lahan dari lahan bertanaman (permeable) menuju ke
lahan impermeable. Sementara itu di bagian hilir (Jakarta) nampak perubahan
penggunaan lahan permeable ke impermeable bukan saja terjadi pada areal yang jauh
dari sungai, namun telah banyak terjadi pula di wilayah bibir sungai sehingga bukan saja
areal resapan yang makin sempit, tetapi daya tampung sungai juga mengecil pula.
Dengan demikian maka daerah aliran Ci Liwung menjadi sangat rentan terhadap banjir
Penelitian dilakukan untuk memetakan karakteristik sempadan Ci Liwung di
Jakarta kemudian mengklasifikasikan dan mengkorelasikannya dengan wilayah rawan
banjir. Karakteristik sempadan Ci Liwung diklasifikasikan ke dalam 3 kelas menjadi
sempadan alami, terganggu, dan tidak alami.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kondisi alur sungai, struktur
vegetasi, dan intensitas penggunaan tanah sesuai dengan ketentuan dari LFU (1993).
Sedangkan wilayah rawan banjir digunakan peta kontur untuk menentukan dataran banjir
topografis dan peta kejadian banjir tahun 2007 untuk menentukan daerah banjir
hidrologis. Data-data variabel diperoleh melalui interpretasi citra ikonos tahun 2007 dan
survey lapang.
Berdasarkan survey lapang dan hasil pengolahan data diketahui bahwa
karakteristik sempadan DA Ci Liwung di Jakarta berdasarkan kondisi alur sungai
sebagian besar masih alami, berdasarkan struktur vegetasi sebagian besar terganggu,
sedangkan berdasarkan intensitas penggunaan tanah sebagian besar sudah tidak alami
lagi.Korelasi terhadap banjir topografi berdasarkan variabel penggunaan tanah intensif
tidak berhubungan signifikan, kemudian berdasarkan variabel kondisi alur berhubungan
signifikan, dan berdasarkan variabel struktur vegetasi hanya sisi sempadan timur yang
berhubungan signifikan. Sedangkan korelasi terhadap banjir hidrologi, semua variabel
tidak berhubungan secara signifikan.
Kata Kunci : Sempadan sungai, LFU (1993), dataran banjir (floodplain), dataran banjir
hidrologi, dan dataran banjir topografi
xiii + 91 halaman; 27 gambar; 6 diagram; 20 tabel; 9 peta; 10 lampiran
Bibliografi : 16 (1939 ? 2005)"
Universitas Indonesia, 2007
S33885
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thanti Octavianti
"Banjir yang membawa nutrisi dari sungai utama ke dataran banjir (floodplain) adalah kejadian penting bagi organisme yang hidup di floodplain. Eskalasi nutrisi merupakan fungsi dari konektivitas hidrologi yang terjadi antara sistem dinamis sungai-floodplain. Oleh karena itu, tujuan studi ini adalah untuk menginvestigasi persebaran nutrisi berdasarkan variasi spasial dan temporal selama banjir di floodplain dan mengidentifikasi sumber nutrisi yang mungkin berkontribusi pada kejadian banjir.
Empat lokasi sampling dan lima titik sampling pada tiap lokasi ditetapkan di dataran banjir Azame-no-Se. Selain itu, sampling juga dilakukan untuk air permukaan satu hari sebelum dan dua hari setelah banjir untuk menginvestigasi variasi temporal.
Variasi spasial menunjukan bahwa lokasi sampling yang berada dekat dengan saluran penghubung floodplain dan sungai utama (Sungai Matsuura) mengandung nutrisi tertinggi, dengan dominasi materi partikulat. Selain itu, materi partikulat ini cendrung berada di elevasi rendah pada semua lokasi. Sedangkan, variasi temporal mengindikasikan bahwa konsentrasi nutrisi tertinggi terjadi selama banjir, dimana banjir membawa materi terlarut dalam jumlah yang signifikan. Tingginya kandungan nutrisi merupakan sinyal eutrofikasi yang terjadi di floodplain. Sumber nutrisi yang mungkin berkontribusi pada banjir di floodplain adalah limpasan dari areal pertanian dan sumber lokal berupa agitasi sedimen floodplain.
......Flood event carrying nutrients from main stream to floodplain is indispensable for organisms living in the floodplain. The escalation of nutrient concentrations is a function of hydrological connectivity of river-floodplain dynamic system. Thus, the aims of this study are to investigate the distribution of nutrients based on spatial and temporal variation during flood event and to identify the possible sources of nutrients contributing to the flood event.
Four sampling sites and five sampling points in various elevations for each site were established around Azame-no-Se floodplain. Moreover, surface water was sampled one day before and two days after inundation to investigate the temporal variation.
The spatial variation demonstrates that site in close proximity to input channel connecting floodplain and main stream (Matsuura River) contains the highest nutrients, with particulate matter in considerable part. In addition, particulate matter tends to accumulate in the lower elevation. Temporal variation indicates that the highest nutrient concentrations occur during inundation time, in which flood event carried in significant portion of dissolved matter. The excees of nutrient content showed by these variations is a signal of eutrophication in the floodplain. Possible sources of nutrient during flood event are the agricultural runoff from adjacent land use and local source of the agitation of bottom sediments of floodplain."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1254
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library