Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1988
616.951 PER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yudo Irawan
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Frambusia atau yaws merupakan penyakit akibat infeksi Treponema pallidum subspecies pertenue yang menahun dan terutama mengenai kulit serta tulang. Penegakkan diagnosis berdasarkan klinis dan serologis. Program temuan kasus frambusia didasarkan atas temuan klinis menurut World Health Organization WHO , kemungkinan terdapat frambusia tanpa lesi klinis yang tidak terdiagnosis masih belum dapat disingkirkan. Belum ada penelitian proporsi di suatu desa yang dinyatakan endemis. Tujuan: Mengetahui proporsi kasus frambusia berdasarkan kriteria klinis WHO dan pemeriksaan serologis di desa Sei Berombang pada anak usia 1-12 tahun periode 22-27 Agustus 2016. Metode: Studi potong lintang ini dilakukan pada tanggal 22-27 Agustus 2016 di desa Sei Berombang, Sumatera Utara. Pemilihan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Subjek kemudian dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan rapid diagnostic test RDT . Hasil : Didapatkan total 129 subjek dengan median usia 9 tahun termuda 1 tahun dan tertua 12 tahun . Sebanyak 14 anak dengan lesi klinis suspek frambusia, sedangkan 4 anak dengan RDT yang positif. Hanya 3 anak dari RDT yang positif memiliki temuan klinis. Lesi klinis suspek frambusia yang paling banyak ditemukan adalah makula hipopigmentasi dan skar atrofik, sedangkan lokasi tersering adalah tungkai bawah. Simpulan: Ditemukan proporsi suspek frambusia berdasarkan klinis adalah 10,85 , sedangkan proporsi frambusia konfirmasi berdasarkan klinis dan serologis adalah 2,33 . Dua subjek didiagnosis frambusia laten, sedangkan satu subjek didiagnosis sebagai frambusia primer. Kata kunci: frambusia, proporsi, anak
ABSTRACT
Background Yaws is a chronic infectious disease caused by Treponema pallidum subspecies pertenue, mainly affecting skin and bone. Diagnosis of yaws is based on clinical manifestation and serologic test. According to WHO, yaws detection program is focused on clinical manifestation. Thus, it is possible that latent yaws without any clinical manifestation is still under diagnosed. Until recently, there is no proportion study performed in remote endemic village.Objective To determine the proportion of yaws based on WHO clinical criteria and serologic test in children age 1 12 years old in Sei Berombang village.Methods This cross sectional study was conducted on 22nd 27th August 2016 in Sei Berombang village, North Sumatra. We recruited the subjects consecutively and performed anamnesis, clinical examination, and rapid diagnostic test RDT .Results A total of 129 subjects were examined with median age of 9 years old 1 12 years old . Yaws was suspected in 14 subjects, but only 4 subjects were reactive to RDT. Three subjects had clinical manifestation and RDT reactive. Hypopigmentation patch and atrophic scar were the most common clinical findings in this study. Most lesions were found in lower extremities. Conclusion Proportion of suspected yaws based on clinical manifestation is 10,85 in this study. Proportion of confirmed yaws based on clinical manifestation and serology is 2,33 . Two subjects diagnosed with latent yaws and one subject was diagnosed with primary yaws.
2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wanti
Abstrak :
Kasus frambusia yang tercatat di Puskesmas Bondo Kodi Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT) terus meningkat dari 174 kasus tahun 2009 menjadi 327 kasus pada tahun 2010 dan 369 kasus pada tahun 2011. Pada tahun 2012, frambusia tertinggi terjadi di Desa Mali Iha di Kecamatan Bondo Kodi dengan 43 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan, perilaku, dan pengetahuan masyarakat yang berhubungan dengan kejadian penyakit frambusia pada anak-anak. Penelitian observasional ini menggunakan rancangan studi kasus-kontrol, dengan kondisi sarana air bersih (SAB), perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), dan pengetahuan masyarakat tentang frambusia sebagai variabel bebas. Sampel penelitian adalah 30 orang anak yang menderita frambusia (kasus) dan 30 orang anak sehat (kontrol) yang diambil dengan metode purposive sampling. Data dan informasi mengenai SAB, praktik PHBS, dan pengetahuan masyarakat tentang frambusia didapatkan dengan observasi dan wawancara, kemudian dianalisis dengan uji kai kuadrat. Ditemukan, secara statistik kejadian frambusia berhubungan bermakna dengan kondisi SAB (OR = 15,16 dan nilai p = 0,035) dan PHBS (OR = 7 dan nilai p = 0,048), tetapi tidak berhubungan dengan pengetahuan masyarakat tentang frambusia (nilai p = 0,283). Penelitian ini menyimpulkan bahwa kondisi SAB dan PHBS merupakan faktor risiko frambusia.
Frambusia cases recorded at Bondo Kodi Primary Health Care in Sumba Barat Daya District, East Nusa Tenggara (NTT) were continously increasing from 174 in 2009 to 327 in 2010 and 369 in 2011. In 2012, the highest frambusia occurred in Mali Iha Village with 43 cases. The present research was to define environmental, behavioural, and knowledge factors associated with the frambusia in children. This observational study employed case-control design with condition of clean water source, practices of personal hygiene and health behavior, and community knowledge about frambusia as independent variables. Samples were 30 children with frambusia (cases) and 30 healthy children (control) who were selected using purposive sampling. Data and information on environmental condition, behavioral practices, and community knowledge were collected by interview and direct observation and were analyzed using chi-square test. It was found that statistically the frambusia cases were associated significantly with the condition of clean water source (OR = 15.16, p value = 0.035) and personal hygiene and healthy behavior (OR = 7, p value = 0.048), but were not associated with community knowledge (p value = 0.283). It concludes that condition of clean water sources and personal hygiene and healthy behavior are risk factors of frambusia in children.
[place of publication not identified]: Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kupang, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library