Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rampengan, Starry Homenta
"Latar belakang: Gagal jantung kronik merupakan penyakit progresif lambat dengan morbiditas serta mortalitas yang tinggi. Penggunaan obat-obatan seringkali tidak berhasil, sehingga Enhanced External Counterpulsation (EECP) yang bersifat non-invasif dapat menjadi alternatif terapi dalam penanganan gagal jantung.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain uji klinik terkontrol secara randomisasi terbuka terhadap kelompok yang menjalani terapi EECP dan yang tidak menjalani terapi (non-EECP). Masing-masing kelompok terdiri dari 33 pasien. Pada semua pasien dilakukan pemeriksaan mieloperoksidase (MPO) sebagai penanda inflamasi pada awal dan setelah 6 bulan pengamatan untuk dinilai kelompok mana yang lebih banyak mengalami kejadian kardiovaskular.
Hasil: Pengukuran kadar MPO awal (743,4 ± 232,9 pM) dan setelah 6 bulan pengamatan (534,8 ± 191,3 pM) pada kelompok EECP mengalami penurunan bermakna secara statistik (p < 0,001) tetapi pada kelompok non-EECP (679,4 ± 332,3 pM menjadi 517,6 ± 189,7 pM) secara statistik tidak bermakna (p = 0,110). Penurunan kadar MPO sangat bermakna secara statistik pada semua pasien kelompok EECP dibandingkan kelompok non-EECP (13 pasien). Hasil perhitungan risiko relatif (RR) menyatakan bahwa risiko penurunan MPO pada kelompok EECP 2,08 kali lebih baik daripada kelompok non-EECP. Pengamatan kejadian kardiovaskular setelah 6 bulan penelitian menunjukkan perbedaan bermakna antara kedua kelompok (p = 0,037). Kejadian kardiovaskular kelompok non-EECP ditemukan 15 pasien (45,5 %) sedangkan pada kelompok EECP hanya ditemukan 7 pasien (21,2 %).
Kesimpulan: Terapi EECP menurunkan kadar MPO pasien GJK dan dapat menurunkan kejadian kardiovaskular dalam 6 bulan pengamatan. Makin tinggi kadar MPO berkorelasi dengan makin tingginya insiden kejadian kardiovaskular.
......
Background: Chronic heart failure (CHF) is a slowly progressive disease with high morbidity and mortality; the management using pharmacological treatments frequently fail. Therefore, Enhanced External Counterpulsation (EECP), a non-invasive treatment, may serve as alternative treatment for heart failure.
Methods: Our study was an open randomized controlled clinical trial. All subjects were categorized into two groups, i.e. the group who had EECP therapy and those who did not have EECP (non-EECP group). Each group consisted of 33 patients. Myeloperoxidase (MPO) as inflammatory marker was examined in all subjects at baseline and after 6 months of observation to assess which group had more cardiovascular events.
Results: Baseline MPO measurement (743.4 ± 232.9 pM) and after 6 months (534.8 ± 191.3 pM) in 32 patients in EECP group showed statistically significant reduction (p < 0.001); however in the non-EECP group, mean reduction value of MPO from 679.4 ± 332.3 pM to 517.6 ± 189.7 pM was not statistically significant (p = 0.110). MPO level reduction was statistically significant in all subjects of EECP group compared to non-EECP group (13 patients). Measured relative risk (RR) demonstrated that there was 2.08 fold risk of reduced MPO in EECP group compared to non-EECP group. Cardiovascular events observed after 6 months study showed that there was a significant difference between groups (p = 0.037).
Conclusion: EECP therapy can reduce MPO level in CHF patients. It may lower cardiovascular events in 6 months observation. Higher MPO level are associated with higher incidence of cardiovascular events."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusiani
"Pendahuluan. Gagal jantung merupakan penyakit kronik dengan angka perawatan ulang satu tahun yang tinggi. Program Multidisiplin (multidisciplinary program, MDP) yang melibatkan tenaga medis dan nonmedis termasuk dokter kardiologi, dokter bedah jantung, dokter rehabilitasi medik, dokter gizi klinik, perawat dan fisioterapis mampu menurunkan angka perawatan ulang satu tahun sebesar 74%. Klinik Gagal Jantung Instalasi Pelayanan Jantung Terpadu (PJT) RSCM yang mengusung penerapan MDP telah berdiri sejak bulan Nopember 2018, tetapi belum ada data yang tersedia mengenai pengaruh MDP pada angka perawatan ulang pasien gagal jantung kronik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan MDP terhadap penurunan angka perawatan ulang satu tahun pasien gagal jantung kronik di RSCM. Metode. Penelitian menggunakan desain studi kohort retrospektif yang menggunakan data sekunder pasien gagal jantung kronik kelas NYHA II-IV yang menjalani rawat jalan di poliklinik PJT RSCM tahun 2017 dan 2019. Pasien diikuti hingga satu tahun pasca kontrol pertama untuk dinilai apakah mengalami perawatan ulang di rumah sakit. Dilakukan analisis bivariat untuk melihat pengaruh dari MDP terhadap angka perawatan ulang rumah sakit satu tahun dan analisis multivariat untuk menilai apakah pengaruh tersebut dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kelas fungsional NYHA, komorbid, kepatuhan berobat, obesitas, anemia dan pembiayaan. Hasil. Dari 133 subjek penelitian, sebagian besar subjek adalah laki-laki dengan median usia adalah 57 tahun. Angka perawatan ulang satu tahun sebelum penerapan MDP adalah 47,54%, sedangkan sesudah MDP adalah 38,89%, dengan penurunan angka perawatan ulang satu tahun pada kelompok yang sudah menjalani MDP sebesar 8,65% dan NNT 12. Dibandingkan dengan kelompok yang belum MDP, terjadi penurunan risiko perawatan ulang satu tahun pada kelompok yang sudah menjalani MDP sebesar 18,2%. Tidak didapatkan pengaruh yang bermakna secara statitistik antara MDP dan angka perawatan ulang satu tahun dengan nilai RR 0,818 (IK95%: 0,553 – 1,210, p=0,315). Faktor usia, jenis kelamin, kelas NYHA, komorbid, obesitas, anemia, kepatuhan, dan pembiayaan tidak menjadi faktor perancu pengaruh program MDP terhadap angka perawatan ulang satu tahun pasien gagal jantung kronik di RSCM. Kesimpulan. Penerapan program multidisiplin (MDP) menyebabkan penurunan risiko perawatan ulang satu tahun pasien gagal jantung kronik di RSCM sebesar 18,2%, namun diperlukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar untuk meningkatkan kekuatan statistik.
...... Introduction. Heart failure is a chronic disease with high readmission rate. The multidisciplinary program (MDP), involving medical and non-medical personnel including cardiologists, cardiac surgeons, cardiac rehabilitation doctors, clinical nutritionists, nurses and physiotherapists is known to reduce the one-year readmission rate by 74%. The Heart Failure Clinic in PJT RSCM has implemented MDP since November 2018, but there is no data available regarding the effect of MDP on the readmission rate of chronic heart failure patients. This study aims to determine the effect of MDP on reduction of the one-year readmission rate of chronic heart failure patients in RSCM. Method. This retrospective cohort study is conducted using medical record from NYHA class II-IV chronic heart failure patients undergoing outpatient care in RSCM Polyclinic in year 2017 and 2019. Patients were followed up in one year after the first control to assess whether they experienced readmission or not. Bivariate analysis was performed to analyze the impact of MDP on the incidence of one-year hospital readmission and multivariate analysis to assess whether the impact was influenced by age, sex, NYHA functional class, comorbidities, medication adherence, obesity, anemia and funding. Results. Of the 133 research subjects, most were male with a median age 57 age years old. The readmission rate before MDP was 47.54%, while after MDP it was 38.89%, with absolute reduction on incidence of 8,65%. Compare to subjects before MDP, subjects whose had MDP has a reduction of one-year readmission risk of 18,2% and NNT of 12. There is no statistically significance of MDP regards to one-year readmission rate of chronic heart failure patients in RSCM with RR value of 0.818 (IK95: 0.553 – 1.210, p=0.315). Age, gender, NYHA class, comorbidities, obesity, anemia, adherence, and funding were not as confounding factors for the effect of the MDP program on one-year readmssion of chronic heart failure patients in RSCM. Conclusion. The multidisciplinary program (MDP) reduced risk of one-year readmission of chronic heart failure by 18.2%, however further studies with larger samples are needed to improve statistical power."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jerryn Florensi Mangiri
"Gagal jantung diakibatkan oleh gangguan struktur atau fungsi jantung yang merusak kemampuan ventrikel untuk mengisi atau memompa darah. Gagal jantung paling banyak ditemukan pada masyarakat perkotaan akibat gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok, mengkonsumsi makanan berlemak, kurang aktivitas, dan stress. Intoleran aktivitas merupakan salah satu masalah keperawatan yang ditemukan pada pasien gagal jantung, dimana klien merasa cepat lelah saat beraktivitas akibat pasokan darah dan oksigen ke organ terganggu.
Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan masyarakat perkotaan pada pasien gagal jantung kronik dengan penerapan intervensi latihan aktivitas fisik secara bertahap. Metode yang digunakan berupa studi kasus dengan satu pasien kelolaan berusia 60 tahun, berjenis kelamin wanita yang diberikan intervensi latihan aktivitas fisik secara bertahap selama 6 hari.
Hasil intervensi berupa peningkatan aktivitas klien dari bedrest sampai berjalan 80 langkah, tanpa sesak maupun kelelahan. Intervensi latihan aktivitas fisik secara bertahap direkomendasikan untuk diterapkan di unit layanan keperawatandengan kondisi pasien stabil atau sudah melewati fase akut, untuk mengatasi intoleran aktivitas pada pasien gagal jantung kronik.

Heart failure is caused by impairment in cardiac structure or function which disrupts ventricle capacity to load or pump blood. Heart failure commonly affects urban community with unhealthy lifestyle, including smoking, fat consumption, lack of physical activity, and stress. Activity intolerance is a nursing diagnosis that may be established for patient with heart failure in which client feels easily fatigued following activities due to altered supply of blood and oxygen into body organs.
This paper aimed to analyze urban community nursing care on patient with chronic heart failure by implementation of gradual physical exercise. The study method was case study of 60 year old female patient who was provided with gradual physical exercise for 6 days long.
The result suggested an improvement in client's activity from bed rest to be able to walk 80 steps, without exertional dyspnea and fatigue. Gradual physical exercise is recommended to be applied in nursing unit for patient with a stable condition or surviving the acute phase, in order to manage activity intolerance in patient with chronic heart failure.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Octo Tumbur
"Latar belakang : Pasien gagal jantung kronik memerlukan evaluasi pemeriksaan ekokardiografi. Berbagai metode pemeriksaan digunakan dalam pemeriksaan ekokardiografi, diantaranya pemeriksaan LAEF, LAVI, dan LVEF yang terkait dengan penelitian ini. Metode pemeriksaan LAEF dan LAVI memiliki peran dalam menilai remodelling atrium kiri, sedang LVEF terkait dengan fungsi sistolik ventrikel kiri.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan menilai korelasi nilai LAEF dan LAVI dengan nilai LVEF pada < 40% dan ≥ 40%.
Metode : Studi potong lintang pada 150 pasien gagal jantung kronik yang dilakukan pemeriksaan ekokardiografi trans-torakal di eko-lab PJT RSCM.Pemeriksaan ekokardiografi metode LAEF dengan metode area length (2 dimensi) pada minimal 2 view eko, sedangkan LAVI dengan metode 2 dimensi. Pemeriksaan LVEF dengan metode Simpson.
Hasil : Pada penelitian didapatkan 150 subjek dengan nilai median LAVI 30,9mL/m2 (RIK 22,08-40,80), nilai median LVEF 55,75 % (RIK 40,75-61,85), nilai LAEF median 31,8 % (RIK 23,98-38,30). Korelasi nilai LAEF dengan nilai LVEF pada LVEF < 40% dengan hasil korelasi positif sedang bermakna (r = 0,614; p <0,001), pada LVEF ≥ 40% dengan hasil korelasi positif sedang bermakna (r =0,580 ; p < 0,001). Korelasi nilai LAVI dengan nilai LVEF pada LVEF < 40% dengan hasil berkorelasi negatif lemah dan tidak bermakna (r = -0,093; p = 0,722), sedangkan pada LVEF ≥ 40% dengan hasil berkorelasi negatif lemah bermakna (r = -0,299; p < 0,001). Dilakukan sub-analisis pada LVEF 40-50%, didapatkan nilai LAEF dan nilai LVEF berkorelasi positif lemah bermakna (r = 0,492; p <0,001). Lalu sub-analisis pada LVEF ≥ 50%, didapatkan korelasi nilai LAEF dan nilai LVEF positif lemah tidak bermakna (r = 0,205; p = 0,063).
Kesimpulan : Terdapat korelasi positif nilai LAEF dengan nilai LVEF pada pasien gagal jantung kronik baik pada HFrEF (LVEF < 40%) dan LVEF ≥ 40%, sehingga nilai LAEF pada cut-off nilai LVEF 40% dapat menjadi salah satu marker menilai proses remodelling atrium kiri. Sedangkan nilai LAVI dengan LVEF pada pasien gagal jantung kronik ditemukan korelasi lemah atau tidak adanya korelasi.
......Background : Patients with chronic heart failure require echocardiographic evaluation. Various examination methods were used in echocardiographic examinations, including LAEF, LAVI, and LVEF examinations related to this study. LAEF and LAVI examination methods have a role in assessing left atrial remodeling, while LVEF is related to left ventricular systolic function.
Objective : This study aims to assess the correlation between LAEF and LAVI values with LVEF values at LVEF < 40% and LVEF 40%.
Methods : A cross-sectional study of 150 patients with chronic heart failure who underwent transthoracic echocardiography at the RSCM PJT eco-lab. Echocardiographic examination using the LAEF method with the area length method (2 dimensions), in at least 2 eco views, while the LAVI using the 2-dimensional method. LVEF examination by the Simpson method.
Results : The study found 150 subjects with a median LAVI value of 30.9 mL/m2 (IQR 22.08-40.80), a median LVEF value of 55.75% (IQR 40.75-61.85), a median LAEF value of 31 ,8% (IQR 23.98-38.30). The correlation between the LAEF value and the LVEF value at LVEF < 40% has a moderately significant positive correlation (r = 0.614; p < 0.001), while at LVEF ≥ 40% has a moderately significant positive correlation (r = 0.580 ; p < 0.001). The correlation between the LAVI value and the LVEF value at LVEF < 40% has a weak and insignificant negative correlation (r = -0.093; p = 0.722), while at LVEF ≥ 40% has a weak negative significant correlation (r = -0.299; p < 0.001). Sub-analysis was performed on LVEF 40-50%, and the LAEF value and LVEF value were positively and significantly correlated (r = 0.492; p < 0.001). Then the sub-analysis at LVEF > 50%, it was found that the correlation between the LAEF value and LVEF value were weak positive and not significant correlated (r = 0.205; p = 0.063).
Conclusion : There is a positive correlation between LAEF values and LVEF values in chronic heart failure patients both at HFrEF (LVEF < 40%) and LVEF ≥ 40%, so that the LAEF value at the cut-off LVEF 40% can be one of the markers to assess the left atrial remodeling process. While the value of LAVI with LVEF in patients with chronic heart failure found a weak correlation or no correlation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library