Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mas Masyrifah
"Sepsis masih menjadi masalah kesehatan dunia dengan angka kematian yang cukup tinggi berkisar 20 – 50%. Penggunaan terapi antibiotik yang rasional dengan segera dapat menurunkan angka kematian. Sebaliknya, penggunaan terapi antibiotik tidak rasional akan meningkatkan terjadinya resistensi yang berdampak pada tingginya morbiditas, mortalitas dan biaya kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas penggunaan antibiotik dengan metode gyssens pada pasien sepsis. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode cross-sectional yang dilakukan di RSUP Fatmawati Jakarta. Subyek penelitian adalah 110 pasien sepsis pada periode Januari hingga Desember 2020 yang memenuhi kriteria inklusi yaitu pasien usia > 18 tahun dan mendapatkan terapi antibiotik. Pasien sepsis umumnya berusia ≤ 65 tahun (66,4%) dengan rerata usia 60,60±13,88, berjenis kelamin perempuan (52,7%), termasuk dalam kategori sepsis (53,6%), memiliki > 1 penyakit penyerta (86,4%), mengalami infeksi paru (66,4%), dan lama rawat ≤ 14 hari (85,5%). Berdasarkan distribusi penggunaan antibiotik, sebagian besar (93,66%) pasien menggunakan antibiotik empiris. Antibiotik tunggal digunakan pada 46,37% pasien dengan presentase terbanyak adalah meropenem (14,55%). Sedangkan 53,63% pasien menggunakan antibiotik kombinasi dengan presentase terbanyak adalah kombinasi ceftriaxon+levofloxacin (19,09%). Sejumlah 92,73% pasien menggunakan antibiotik selama ≤ 14 hari. Berdasarkan evaluasi kualitas antibiotik menggunakan metode gyssens diperoleh hasil 49,09% pasien menggunakan antibiotik yang rasional dan 50,91% pasien menggunakan antibiotik yang tidak rasional dan tersebar dalam kategori VI (0,91%), V (17,28%), IV a (3,63%), IV b (0,91%), IV c (0,91%), III a (3,63%), III b (20%), II a (0,91%) dan II b (2,73%).
......Sepsis is still a global health problem with a fairly high mortality rate ranging from 20-50%.
Rational use of antibiotic therapy immediately can reduce mortality. Conversely, irrational use of
antibiotic therapy will increase the occurrence of resistance which has an impact on high morbidity,
mortality and health costs. This study aims to evaluate the quality of antibiotics use with the Gyssens
method in sepsis patients. This study was an observational study with a cross-sectional method conducted
at Fatmawati Hospital, Jakarta. The subjects were 110 septic patients from January to December 2020 who
met the inclusion criteria, namely aged > 18 years and received antibiotic therapy. Sepsis patients were
generally aged 65 years (66.4%) with a mean age of 60.60 ± 13.88, female (52.7%), included in the category
of sepsis (53.6%), had >1 comorbidities (86,4%), had lung infection (66.4%), and length of stay ≤ 14 days
(85.5%). Based on the pattern of antibiotic use, most (93.66%) patients used empiric antibiotics. A single
antibiotic used in 46.37% of patients with the highest percentage was meropenem (14.55%). Meanwhile,
53.63% of patients used combination antibiotics with the highest percentage were combination of
ceftriaxone+levofloxacin (19.09%). A total of 92.73% of patients used antibiotics for ≤ 14 days. Based on
the evaluation of the quality of antibiotics using the Gyssens method, the study found the result that
49.09% of patients using rational antibiotics and 50.91% of patients using irrational antibiotics and
were spread in category VI (0.91%), V (17.28%), IV a (3.63%), IV b (0.91%), IV c (0.91%), III a (3.63%),
III b (20%) , II a (0.91%) and II b (2.73%)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Dzatir Rohmah
"Meningitis bakterial dianggap sebagai kasus kegawatdaruratan neurologik dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Mortalitas akibat meningitis bakterial dapat mencapai 34% terutama pada infeksi yang disebabkan oleh S. pneumoniae dan L. meningitidis. Sementara morbiditas pada pasien meningitis bakterial yaitu sekuele neurologis jangka panjang dapat mencapai 50% pada survivor meningitis. Terapi antibiotik dengan penggunaan yang rasional dapat menurunkan angka kematian. Sebaliknya, penggunaan terapi antibiotik yang tidak rasional akan meningkatkan terjadinya resistensi yang berdampak pada peningkatan morbiditas, mortalitas, dan biaya kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas penggunaan antibiotik pada pasien meningitis bakteri dengan metode Gyssens. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode retrospektif cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Fatmawati, Jakarta. Subyek penelitian adalah 27 pasien meningitis bakterial yang memenuhi kriteria inklusi. Berdasarkan evaluasi penggunaan antibiotik diagram alir Gyssen diperoleh hasil 11 (40,7%) subyek menggunakan antibiotik yang tepat dan 16 subyek (59,3%) menggunakan antibiotik yang tidak tepat. Penggunaan antibiotik yang belum tepat tersebar dalam beberapa kategori sebagai berikut yaitu kategori IVc sejumlah 2 subyek (7,4%), kategori IVd sejumlah 2 subyek (7,4%), kategori IIIA sejumlah 3 subyek (11,1%), kategori IIIB sejumlah 1 subyek (3,7%), kategori IIA sebanyak 13 subyek (48,1%), dan kategori IIB sebanyak 3 subyek (11,1%). Penggunaan antibiotik yang sesuai berdasarkan evaluasi menggunakan algoritma Gyssen pada penelitian ini tidak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap outcome pasien dengan nilai p=1,000 (nilai p>0.05). Variabel jenis kelamin merupakan variabel yang berpengaruh secara signifikan (p<00,5) terhadap kerasionalan antibiotik pada pasien meningitis bakterial.
......Bacterial meningitis is considered as neurologic emergency with high morbidity and mortality rates. Mortality can reach 34%, especially in infections caused by S. pneumoniae and L. meningitides, while morbidity in bacterial meningitis patients, namely long-term neurologic sequelae, can reach 50% amongst survivors. If antibiotics are used properly, they can lower mortality rates. On the other hand, the irrational use of antibiotic therapy will raise the likelihood of resistance, which raises morbidity, mortality, and costs for health care. This study aims to determine the quality of antibiotic use in bacterial meningitis patients using the Gyssens method. It is an observational study employing the retrospective crosssectional method conducted at Fatmawati General Hospital, Jakarta. The research subjects were 27 patients with bacterial meningitis who met the inclusion criteria. In this study, 40.7% of the subjects had been administered appropriate antibiotics and 59.3% inappropriate ones, which were spread across several categories, namely category IVc for two subjects (7.4%); category IVd for two subjects (7.4%); category IIIA for three subjects (11.1%); category IIIB for one subject (3.7%); category IIA for 13 subjects (48.1%); and category IIB for three subjects (11.1%). The use of appropriate antibiotics based on evaluation using the Gyssens algorithm did not significantly affect patient outcomes (p=1,000). Gender is a variable that has a significant effect (p<00.5) on the rationale for antibiotics in patients with bacterial meningitis."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Fransiska
"Stroke merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas di seluruh dunia. Pasien stroke rentan terhadap peningkatan risiko komplikasi medis, terutama infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika dengan metode Gyssens pada pasien stroke rawat inap di RSUD Koja (Periode KJS dan periode BPJS). Desain penelitian cross sectional secara retrospektif. Sampel terdiri dari 112 rekam medik periode KJS (Juli 2013 - Desember 2013) dan 74 rekam medik periode BPJS (Januari 2014 ? Juni 2014) diambil secara total sampling. Evaluasi penggunaan antibiotika dianalisis menggunakan Chi Square dan uji regresi logistik multivariat. Hasil penelitian menunjukkan persentase penggunaan antibiotika sebesar 23,11%, antibiotika yang digunakan seftriakson (33,3%), seftizoksim (7,6%) dan amoksisilin ? asam klavulanat (7,6%). Lama rawat > 7 hari (77,96%), pemberian antibiotika rute parenteral (68,67%) dan diagnosis infeksi seperti bronkopneumonia 29,33%, tuberkulosis paru 17,6% dan infeksi saluran kemih & genital 8,7%. Kesembuhan pasien setelah diberikan antibiotika (186 pasien terinfeksi) sebesar 69,3%. Hasil evaluasi dengan metode Gyssens menunjukkan rasionalitas antibiotika periode KJS sebesar 77,4% sedangkan periode BPJS sebesar 81,3%. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan antara rasionalitas antibiotika (metode Gyssens) dengan rute pemberian antibiotika dan jenis kelamin; hubungan antara kesembuhan pasien (outcome klinik) dengan rute pemberian antibiotika dan diagnosis infeksi secara bermakna (p < 0,05). Kesimpulan penelitian adalah rasionalitas antibiotika (metode Gyssens) berpengaruh terhadap outcome klinik secara bermakna (p < 0,05).

Stroke is a major cause of mortality and morbidity worldwide. Patients with stroke is a susceptible risk to have the medical complications, especially infections. This study aim to evaluate antibiotic used by stroke patients hospitalized in RSUD Koja (KJS and BPJS period) with Gyssens methods. The study design is a retrospective cross-sectional. The sample is consisted of 112 medical records KJS period (July 2013-December 2013) and 74 medical records BPJS period (January 2014-June 2014) taken by total sampling. The evaluation of antibiotic used were analyzed using Chi Square and logistic regression multivariate. Antibiotic percentage used was 23,11%, the type of antibiotic were ceftriaxon 33,3%, ceftizozim 7,6% and amoxicillin ? clavulanic acid 7,6%. Length of stay more than 7 days was 77,96% and parenteral route of antibiotic administration was 68,67%. The diagnosis were 29,33% infected by bronchopneumonia, 17,6% pulmonary tuberculosis and 8,7% by urinary tract infection. The clinical outcome showed that 69,3% were recovered from 186 infectious patients. Gyssen evaluation method showed that rational antibiotic used on KJS period was 77,4% and BPJS periods was 81,3%. There were correlations between rational antibiotic used with route of administration, between clinical outcome with diagnosis and route of administration. The conclusion of this study according to Gyssen method is the rational antibiotic used influence the clinical outcome (p < 0,05).;Stroke is a major cause of mortality and morbidity worldwide. Patients with stroke is a susceptible risk to have the medical complications, especially infections. This study aim to evaluate antibiotic used by stroke patients hospitalized in RSUD Koja (KJS and BPJS period) with Gyssens methods. The study design is a retrospective cross-sectional. The sample is consisted of 112 medical records KJS period (July 2013-December 2013) and 74 medical records BPJS period (January 2014-June 2014) taken by total sampling. The evaluation of antibiotic used were analyzed using Chi Square and logistic regression multivariate. Antibiotic percentage used was 23,11%, the type of antibiotic were ceftriaxon 33,3%, ceftizozim 7,6% and amoxicillin ? clavulanic acid 7,6%. Length of stay more than 7 days was 77,96% and parenteral route of antibiotic administration was 68,67%. The diagnosis were 29,33% infected by bronchopneumonia, 17,6% pulmonary tuberculosis and 8,7% by urinary tract infection. The clinical outcome showed that 69,3% were recovered from 186 infectious patients. Gyssen evaluation method showed that rational antibiotic used on KJS period was 77,4% and BPJS periods was 81,3%. There were correlations between rational antibiotic used with route of administration, between clinical outcome with diagnosis and route of administration. The conclusion of this study according to Gyssen method is the rational antibiotic used influence the clinical outcome (p < 0,05)."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T43661
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hesty Putri Intan Pratiwi
"Puskesmas merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan pada tingkat pertama. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme, diantara mikroorganisme yang sering menjadi penyebab ISPA ialah virus dan bakteri. ISPA yang disebabkan oleh bakteri, pada pengobatannya membutuhkan suatu antibakteri atau dikenal dengan antibiotik. Penggunaan antibiotik yang sering digunakan mengakibatkan besarnya peluang terjadinya penggunaan antibiotik yang tidak rasional dan mengakibatkan  terjadinya resistensi antibiotik. Umur sangat berpengaruh terhadap kejadian ISPA, anak dan balita lebih beresiko daripada usia dewasa. Tujuan dilakukan tugas khusus ini untu mengetahui nilai rasionalitas dan peresepan antibiotik pada pasien balita di Poli ISPA Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo pada Periode 17 Maret hingga 17 Juni 2023. Pengamatan dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder berupa rekam medik pasien balita di Poli ISPA kemudian ditentukan kriteria inklusi lalu ditentukan kategori rasionalitas dengan metode gyssens. Hasil yang didapat yaitu penggunaan antibiotik peroral pasien  balita di Poli ISPA yang sudah rasional sebanyak 30%.
......
Distrcit Health Center (Puskesmas) is a health service facility that organizes community health efforts and individual health efforts at the first level. ISPA (Acute Respiratory Infection) is a disease caused by microorganisms, among the microorganisms that often cause ISPA are viruses and bacteria. ISPA caused by bacteria, treatment requires an antibacterial or known as an antibiotic. Frequent use of antibiotics results in a large opportunity for irrational use of antibiotics and results in antibiotic resistance. Age greatly influences the incidence of ISPA, children and toddlers are more at risk than adults. The aim of carrying out this special task is to determine the value of rationality and antibiotic prescribing in toddler patients at the ISPA Poly, Pasar Rebo District Helath Center in the period 17 March to 17 June 2023. Observations were carried out by collecting secondary data in the form of medical records of toddler patients at the ISPA Poly Clinic and then determining the inclusion criteria. then determine the category of rationality using the Gyssens method. The results obtained were that the use of oral antibiotics in toddler patients at the ISPA Poly was rational at 30%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Luciana
"Penggunaan antimikroba yang tidak tepat di ruang ICU dapat meningkatkan terjadinya resistensi bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rasionalitas/ketepatan penggunaan antimikroba dan faktor-faktor yang mempengaruhi rasionalitas/ketepatan penggunaan antimikroba tersebut di ruang ICU periode Januari ndash; Desember 2010 dengan menggunakan metode Gyssens.
Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang cross sectional, data retrospektif diambil dari kardeks obat dan data rekam medis pasien. Faktor-faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi rasionalitas/ketepatan penggunaan antimikroba berdasarkan metode Gyssens dilakukan analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik ordinal.
Penggunaan antimikroba di ruang ICU RSUP Fatmawati sebanyak 912 rejimen dari 410 pasien. Berdasarkan metode Gyssens, penggunaan antimikroba antimikroba empiris yang tidak tepat sebesar 596 rejimen 74,03 dan penggunaan antimikroba definitif yang tidak tepat sebesar 84 rejimen 78,51 . Rasionalitas/ketepatan penggunaan antimikroba empiris dipengaruhi oleh penyakit utama terkait infeksi, penyakit penyerta terkait infeksi dan dokter. Penggunaan antimikroba di ruang ICU RSUP Fatmawati tidak rasional/tidak tepat.

Inappropriate use of antimicrobial in the intensive care unit can increase bacterial resistance. The aim of this research were to analyze the rationality of antimicrobial use and the factors that influenced the rationality of antimicrobial use in the Intensive Care Unit during the period of January to December 2010 based on the Gyssens's method.
This research was a cross sectional study with retrospective datas taken from patient rsquo s medicine orders and medical records. The factors that most influenced the rationality of antimicrobial use based on the Gyssen rsquo s method were analyzed using ordinal regression logistic. There were 912 regimens of antimicrobial use from 410 patients in the Intensive Care Unit of Fatmawati hospital.
Using the Gyssens rsquo s method, there were 596 inappropriate empiric antimicrobial regimens 74,03 and 84 inappropriate definitive regimens 78,51 . The rationality of empiric antimicrobial use was influenced by the infection as the main disease presentation, the infection as the supplementary factor to the disease presentation and clinician rsquo s choice.The use of antimicrobial in the Intensive Care Unit at Fatmawati hospital was inappropriate."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T49398
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shahyawidya Ramadhanti
"Ventilator-associated pneumonia VAP adalah infeksi paru yang muncul setelah lebih dari 48 jam pemakaian ventilator mekanik atau pemasangan intubasi endotrakeal. Insidensi VAP bervariasi antara 8 hingga 28 dan memiliki angka mortalitas sampai 50 . Hal ini tentu saja berhubungan dengan peningkatan resiko infeksi lain, peningkatan biaya rawat inap biaya kesehatan dan peningkatan lama rawat di ICU. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi kualitas penggunaan antibiotik untuk pengobatan VAP di ruang ICU RS Kanker Dharmais dengan metode Gyssens dan mengevaluasi perbedaan outcome pasien dengan antibiotik rasional dan antibiotik tidak rasional. Penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan prospektif ini dilaksanakan dari Februari sampai Mei 2017. Peneliti mengambil sampel dengan metode total sampling, sehingga mengikutsertakan seluruh pasien yang berada di ruang ICU dengan memberikan beberapa kriteria inklusi dan eksklusi kemudian dianalisis dengan metode Gyssens. Dari 159 pasien yang menggunakan ventilator ada 29 pasien 18,24 yang memenuhi kriteria VAP dan menjadi subyek penelitian ini. Antibiotik yang paling sering digunakan adalah meropenem dan kemudian diikuti dengan levofloxacin. Faktor yang mempengaruhi kualitas penggunaan antibiotik antara lain adalah jenis terapi, jumlah antibiotik yang digunakan oleh pasien dan lama perawatan pasien P

Objectives This study aims to evaluate the quality of antibiotic use for VAP treatment in ICU Dharmais Cancer Hospital using Gyssens method, evaluate the different outcomes of antibiotic therapy that are rational and irrational according to the Gyssens method, and evaluating the distribution of rational category 0 and irrational category 1 5 antibiotic use. Methods This prospective study was carried out from February to May 2017 with descriptive analyses. Antibiotic uses were documented prospectively by a pharmacist and analyse by using Gyssens method. Pharmacist was used total sampling method, which is included all adult VAP patients in ICU. Results A total of 29 patients 18,24 were reviewed from 159 patients. The most dominant antibiotic use for VAP empiric treatment was meropenem and the most dominant antibiotic use for VAP definitive treatment was levofloxacin. Factors affecting the quality of antibiotic use include type of therapy, number of antibiotic used by patient and length of stay P"
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T49567
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatia Novianta Wulandari
"Infeksi bakteri merupakan salah satu penyebab utama kematian pada bayi. Akibat gejala klinis dari infeksi bakteri pada bayi yang beragam, maka bayi biasanya diberikan pengobatan berupa terapi antibiotik dengan diagnosis yang samar. Pemberian antibiotik tanpa justifikasi yang tepat menyebabkan tidak efektifnya kemampuan antibiotik tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas penggunaan antibiotik pada pasien bayi di ruang perinatologi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati periode Oktober-Desember 2016. Penelitian ini dilakukan dengan desain cross-sectional dan metode retrospektif yaitu mengumpulkan data sekunder berupa data rekam medis dan catatan peresepan antibiotik. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik total sampling. Penilaian kualitas penggunaan antibiotik dilakukan dengan menggunakan metode Gyssens.
Berdasarkan hasil penilaian kualitas penggunaan antibiotik, didapatkan hasil yaitu 17 peresepan antibiotik 36,95 memenuhi kategori 0 penggunaan antibiotik tepat/bijak, 1 peresepan antibiotik 2,18 termasuk dalam kategori IIa penggunaan antibiotik tidak tepat dosis, 3 peresepan antibiotik 6,52 termasuk dalam kategori IIb penggunaan antibiotik tidak tepat interval, 9 peresepan antibiotik 19,57 termasuk dalam kategori IIIa penggunaan antibiotik terlalu lama, 4 peresepan antibiotik 8,70 termasuk dalam kategori IIIb penggunaan antibiotik terlalu singkat, 4 peresepan antibiotik 8,70 termasuk dalam kategori IVa ada antibiotik lain yang lebih efektif, dan 8 peresepan antibiotik 17,39 termasuk dalam kategori V tidak ada indikasi penggunaan antibiotik.

Bacterial infection is one of the leading causes of death in neonates. As a result of clinical symptoms of bacterial infection in neonates are diverse, neonates are usually given antibiotic therapy with a vague diagnosis. Prescribing of antibiotics without appropiate justification cause ineffective antibiotic ability.
The aim of this study was to determine the quality usage of antibiotic on neonates in perinatology ward Fatmawati General Hospital October December 2016. The study was conducted by cross sectional design and retrospective method by collecting secondary data in the form of medical records and antibiotic prescription records. The sampling was done by total sampling technique. Assessment quality usage of antibiotic was done using Gyssens method.
Based on the results of the assessment quality usage of antibiotic, from 46 antibiotic prescribing obtained 17 antibiotic prescribing 36.95 include in category 0 appropiate use of antibiotic ,1 antibiotic prescribing 2.18 include in category IIa inappropiate dosage, 3 antibiotic prescribing 6.52 include in category IIb inappropiate interval, 9 antibiotic prescribing 19.57 include in category IIIa the usage of antibiotic was too long, 4 antibiotic prescribing 8.70 include in category IIIb the usage of antibiotic was too short, 4 antibiotic prescribing 8.70 include in category IVa there were other more effective antibiotics, and 8 antibiotic prescribing 17.39 include in category V there was no indication of antibiotic usage."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68061
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Shabrina Agustia Rahmah
"Angka prevalensi penemuan pneumonia anak Indonesia pada tahun 2018 sebesar 56,51%. Pneumonia juga menduduki penyebab kematian anak tertinggi di Indonesia pada tahun 2018, yaitu lebih dari 19.000 anak. Bakteri merupakan salah satu penyebab pneumonia, maka dapat diberikan terapi kuratif dengan antibiotik. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran tatalaksana penggunaan antibiotik pasien pneumonia anak, yang kemudian dievaluasi secara kualitatif menggunakan metode Gyssens. Penelitian ini bersifat deskriptif, dilakukan secara observasional dengan rancangan studi potong lintang (cross sectional). Pengambilan data dilakukan secara retrospektif menggunakan catatan rekam medik selama periode Maret-September 2020. Sebanyak 81 pasien pneumonia anak di ruang rawat inap RSAB Harapan Kita digunakan sebagai sampel dan telah memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Data tersebut selanjutnya dianalisis dan dievaluasi menggunakan metode kriteria Gyssens. Pada penelitian ini, kelompok usia berusia 1 bulan hingga 1 tahun (68%). Pasien anak laki-laki (51,85%) lebih banyak dibandingkan pasien anak perempuan (48,15%), dan frekuensi lama rawat paling banyak 6-10 hari sebanyak 36 pasien (44,4%). Penggunaan antibiotik terbanyak di ruang rawat inap RSAB Harapan Kita untuk pneumonia secara beturut-turut adalah seftriakson (30,91%), lalu gentamisin (13,94%), dan azitromisin (12,73%). Total 165 regimen dari 81 pasien diperoleh hasil 109 regimen (66,06%) termasuk ke dalam kategori 0 dan 56 regimen (33,94%) termasuk ke dalam kategori I-VI. Hasil analisis menunjukkan adanya 33,94% ketidaktepatan penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia anak di RSAB Harapan Kita.
......Child mortality rate is due to pneumonia rather than other infectious diseases were the highest, with up to 56,51% cases in Indonesia or more than 19.000 children died in 2018. Since most of pneumonia is caused by bacteria, the therapy given for this infection is antibiotic. The objective of this research was described and evaluated the used of antibiotics qualitatively in pediatric pneumonia patients with Gyssens method. Method used in this study was cross-sectional, observational with descriptive data analysis. Data collection has been conducted retrospectively based on medical records during the period March-September 2020. 81 samples of pediatric pneumonia patients in RSAB Harapan Kita’s inpatient room who met the inclution criteria was taken used total sampling method. Then, data were analyzed and evaluated by Gyseens criteria method. In this research, there group age 1 – 12 months (68%) was being the highest population who used antibiotic due to 6-10 days length of stay (44,4%). It’s consists of male children (51,58%) and female children (48,15%). The most used antibiotic coherently ceftriaxone (30,91%), gentamycin (13,92%), and azithromycin (12,73%). The total 165 regimen, from 81 samples show that 109 regimens (66,06%) were categorized as Category 0 and 56 regimens (33,94%) as Category I-VI. Result show inaccuracy used of antibiotic up to 33,94% in RSAB Harapan kita."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulana Rosyady
"Latar belakang: Resistensi antibiotik merupakan ancaman kesehatan global. Tingginya tingkat reproduksi mikroorganisme dan kemampuan tekanan selektif yang kuat dari mikroorganisme menghadapi antibiotik pilihan merupakan permasalahan penggunaan antibiotik saat ini. Salah satu cara agar dapat menguatkan pemahaman dan ketaatan staf medis adalah melalui edukasi. Pemanfaatan teknologi seperti e-learning merupakan salah satu cara untuk meningkatkan tingkat pengetahuan dan ketepatan penggunaan antibiotik.
Metode: Penelitian intervensi ini melibatkan seluruh DPJP dan PPDS Sp1 Ilmu Kesehatan Anak yang berstatus aktif di FKUI RSCM. Intervensi e-learning dilakukan terhadap DPJP dan PPDS dengan topik Antimicrobial Stewardship (AMS) via website EMAS UI kemudian dinilai tingkat pengetahuan pra- dan pasca-intervensi. Penggunaan antibiotik satu bulan pra- dan pasca-intervensi dinilai dengan alur Gyssens untuk menilai ketepatan penggunaan antibiotik.
Hasil: Total penggunaan antibiotik pra- dan pasca-intervensi berturut-turut adalah 248 dan 229 antibiotik. Sebanyak 135 (54,4%) penggunaan antibiotik pra-intervensi dan 170 (72,24%) penggunaan antibiotik pasca-intervensi dinilai tepat. Analisis bivariat terhadap ketepatan penggunaan antibiotik menunjukkan terdapat hubungan bermakna pra- dan pasca-intervensi (OR= 0,537, IK 95% 0,363-0,795; p< 0,002). Sebanyak 42 dari total 56 DPJP anak dan 119 dari total 123 PPDS Sp1 Ilmu Kesehatan Anak mengikuti intervensi e-learning. Analisis bivariat menunjukan terdapat hubungan bermakna terhadap tingkat pengetahuan DPJP pra- dan pasca-intervensi (1 vs 32; p<0,001) dan PPDS pra- dan pasca-intervensi (10 vs 66; p<0,001).
Kesimpulan: Terdapat peningkatan signifikan tingkat ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien anak di ruang perawatan RSCM dan tingkat pengetahuan ketepatan pemberian antibiotik pada DPJP dan PPDS setelah dilakukan intervensi edukasi melalui metode e-learning.
......Backgorund: Antibiotic resistance is a global health threat. The high rate of reproduction of microorganisms and the strong selective pressure ability of microorganisms against antibiotics are the problems of the current use of antibiotics. Education is a way to strengthen the understanding and obedience of medical staff. Utilization of technology such as e-learning can be used to increase the level of knowledge and the effectiveness of using antibiotics.
Method: This intervention study involved all active pediatric staff and pediatric residents from the Department of Child Health in FMUI-CMH. Staff and residents underwent intervention through e-learning on the topic of Antimicrobial Stewardship (AMS) via the EMAS UI website, and then the level of their pre- and post-intervention knowledge was assessed. The use of antibiotics one month pre- and post-intervention was assessed by Gyssen's flowchart to assess the appropriateness of the antibiotics usage.
Result: A total of 135 (54.4%) uses of pre-intervention antibiotics and 170 (72.24%) uses of post-intervention antibiotics were considered appropriate. Bivariate analysis of the appropriate use of antibiotics showed that there was a significant relationship pre- and post-intervention (135 vs. 170, 95% CI 0.363-0.795; p 0.002). Forty two out of 56 staff and 119 out of 123 residents participate in e-learning. Bivariate analysis showed that there was a significant relationship between the level of knowledge of pre- and post-intervention in pediatric staff (1 vs. 32; p 0.001) and pre- and post-intervention pediatric residents (10 vs. 66; p 0.001).
Conclusion: There was a significant increase in the appropriateness level of using antibiotics in pediatric patients at CMH and the level of knowledge about the appropriateness of giving antibiotics to staff and residents after educational interventions were carried out through the e-learning."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nasya Khaerunnisa
"Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri yang timbul sebagai respon tubuh terhadap stimulasi sistem imun. Salah satu obat yang banyak digunakan untuk mengatasi penyakit tersebut adalah antibiotik. Namun, penggunaan antibiotik yang tidak bijak akan mengakibatkan resistensi.
Penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK) di RSAB Harapan Kita merupakan salah satu infeksi utama maupun komorbid pada pasien anak yang tatalaksana pengobatannya menggunakan antibiotik. Namun, RSAB Harapan Kita belum menerapkan evaluasi kualitatif penggunaan antibiotik secara rutin. Tujuan dari tugas khusus ini adalah mengetahui ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien anak rawat inap dengan ISK dan mengetahui peran apoteker dalam mengevaluasi penggunaan antibiotik di RSAB Harapan Kita.
Penggunaan antibiotik di RSAB Harapan Kita dievaluasi berdasarkan diagram alir Gyssens meliputi indikasi antibiotik, spektrum, dosis dan interval antibiotik, lama pemberian antibiotik harga, efektivitas dan keamanan antibiotik.
Berdasarkan hasil evaluasi, penggunaan antibiotik pada pasien anak rawat inap dengan ISK di RSAB Harapan Kita masih ada yang tidak tepat. Peran apoteker dalam mengevaluasi penggunaan antibiotik di RSAB Harapan Kita yaitu evaluasi kuantitatif penggunaan antibiotik menggunakan metode ATC/DDD, sedangkan evaluasi kualitatif belum dilaksanakan sepenuhnya di RSAB Harapan Kita dan masih terbatas pada antibiotik profilaksis bedah yang dilakukan oleh tenaga kesehatan lain.
......Infectious diseases are diseases caused by microorganisms such as bacteria that arise as the body's response to immune system stimulation (Ministry of Health RI, 2021). One of the drugs that are widely used to treat the disease is antibiotics. However, unwise use of antibiotics will result in resistance.
Urinary Tract Infection (UTI) at RSAB Harapan Kita is one of the main and comorbid infections in pediatric patients whose treatment uses antibiotics. However, RSAB Harapan Kita has not implemented a qualitative evaluation of routine antibiotic use. The purpose of this special task is to determine the accuracy of antibiotic use in hospitalized pediatric patients with UTIs and to know the role of pharmacists in evaluating the use of antibiotics at RSAB Harapan Kita.
The use of antibiotics at RSAB Harapan Kita is evaluated based on the Gyssens flow chart including antibiotic indications, spectrum, dose and interval of antibiotics, duration of antibiotic administration price, effectiveness and safety of antibiotics.
Based on the evaluation results, the use of antibiotics in inpatient pediatric patients with UTIs at RSAB Harapan Kita is still inappropriate. The role of pharmacists in evaluating the use of antibiotics at RSAB Harapan Kita is quantitative evaluation of antibiotic use using the ATC / DDD method, while qualitative evaluation has not been fully implemented at RSAB Harapan Kita and is still limited to surgical prophylactic antibiotics carried out by other health workers."
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>