Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurfadilah
Abstrak :
ABSTRAK
Akhir-akhir ini timbul trend baru di kalangan masyarakat (khususnya orang tua dari anak usia taman kanak-kanak), dimana aspek kognitif anak mendapat perhatian yang lebih besar untuk dapat dikembangkan pada pendidikan taman kanak-kanak (TK), dibandingkan aspek fisik dan psikososial. Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan Ahman pada tahun 1998 (dalam Syaodih, 1999), yang mengungkap bahwa ketidakmampuan bersosialisasi dan emosi merupakan permasalahan yang seringkali dihadapi oleh anak sekolah dasar kelas awal. Selain itu ada pula penelitian lain yang dilakukan oleh Tim Peneliti dan Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani, Depdiknas. (www.depdiknas.go.id), terhadap 500 murid kelas 2 sekolah dasar di lima wilayah DKI Jakarta. Penelitian ini mengungkap bahwa kemampuan motorik murid kelas 2 sekolah dasar masih kurang memadai. Tes masuk Sekolah Dasar (SD) merupakan pemicu terbesar timbulnya fenomena ini. Ketika anak mengikuti tes masuk sekolah dasar yang dijadikan parameter utamanya adalah kemampuan anak dalam hal-hal yang bersifat skolastik, seperti membaca menulis dan berhitung. Hal ini menyebabkan orangtua memiliki harapan yang tinggi terhadap anak untuk pencapaian aspek kognitif yang optimal, sehingga anak tidak lagi menemui kesulitan pada saat mengikuti pendidikan di SD. Harapan orangtua bagi kehidupan anak di masa mendatang merupakan salah satu faktor terpenting yang mempenganihi keberhasilan belajar anak Oleh karena itu agar dapat memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak TK, ada baiknya orangtua memahami terlebih dahulu akan karakteristik anak dan tujuan program pendidikan TK. Berdasarkan petunjuk teknis proses belajar mengajar di TK kemampuan skolastik bukanlah tujuan utama dari program pendidikan TK (Depdikbud, 1999). Tujuan utamanya adalah membantu mempersiapkan anak memasuki sekolah dasar. Untuk itu dalam menerapkan pendidikan TK, hendaknya disesuaikan dengan tugas perkembangan anak prasekolah yang mencakup 3 aspek perkembangan yang dikemukakan oleh Paf)alia & Olds (2001), yaitu aspek fisik, kognilif dan psikososial. Hal yang akan diungkap dalam penelilian ini adalah apakah orangtua lebih mengharapkan aspek kognilif untuk dapat dikembangkan dalam pendidikan TK, dibandingkan aspek fisik dan psikososial?". Instnimen yang digunakan dalam penelilian ini adalah kuesioner harapan orang tua terhadap pendidikan pada TK. Instrumen ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan program berdasarkan 3 aspek perkembangan yang dikemukakan oleh Papalia (2001), yaitu aspek fisik, kognilif dan psikososial. Penelilian dilakukan pada 127 orang responden (orangtua) dari 4 buah TK di Jakarta dan sekilamya, Kuesioner tersebul dapat disampaikan kepada responden dan dikembalikan lagi kepada peneliti berkat kerjasama dengan pihak guru kelas. Hasil analisis data yang diperoleh dari uji statislik (ANOVA satu arah) menunjukkan bahwa aspek fisik memiliki perbedaan yang signifikan dengan aspek kognilif dan psikososial, sedangkan aspek kognilif dan psikososial menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan (Ho diterima). Ini berarli harapan orangtua terliadap pengembangan aspek kognilif sama besamya dengan aspek psikososial. Sedangkan aspek fisik dianggap kurang penting oleh orangtua untuk dapat dikembang^n pada pendidikan TK.
2002
S2863
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Diyartmutia
Abstrak :
Siswa SMA sudah perlu menentukan berbagai keputusan dalam hidupnya, salah satunya adalah terkait karier di masa depan. Penentuan rencana karier masa depan pada siswa SMA dimulai memilih jurusan perkuliahan yang diminati. Namun, masih banyak siswa SMA yang mengalami kesulitan dalam melakukannya atau yang bisa disebut mengalami career decision-making difficulties. Berbagai penelitian terdahulu telah menemukan berbagai faktor yang memengaruhi career decision-making difficulties, salah satunya adalah perceived parental expectation. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perceived parental expectation dan career decision-making difficulties pada siswa SMA Negeri di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Instrumen pengukuran yang digunakan adalah Career Decision-making Difficulties Questionnaire (CDDQ) dan Perception of Parental Expectation (PPE). Partisipan penelitian ini adalah 193 siswa SMA kelas 1, 2, dan 3 yang bersekolah di wilayah Jabodetabek (Perempuan = 72.5%, Laki-laki = 25.4%, Mean usia = 17.03). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived parental expectation dan career decision-making difficulties memiliki korelasi yang positif dan signifikan. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang berhubungan dengan siswa SMA terkait pemilihan jurusan kuliah, seperti pihak sekolah dan juga orang tua, dengan memberikan gambaran terkait hubungan antara perceived parental expectation dan career decision-making difficulties pada siswa SMA. ......High school students need to make various decisions in their lives, especially related to their future careers. Determining future career plans for high school students begins with choosing the college major they want to pursue. However, there are still many high school students who have difficulties in choosing their college major, which can be called experiencing career decision-making difficulties. Previous studies have found various factors that influence career decision-making difficulties, including perceived parental expectation. Therefore, this study examines the relationship between perceived parental expectation and career decision-making difficulties in public high school students in Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi (Jabodetabek). The measuring instruments used are Career Decision-making Difficulties Questionnaire (CDDQ) and Perception of Parental Expectation (PPE). The participants in this study were 193 high school students in grades 1, 2, and 3 who attended public schools in Jabodetabek area (Female = 72.5%, Male = 25.4%, Mean age = 17.03).Results show that there is a significant positive correlation between perceived parental expectation and career decision-making difficulties among high school students in Jabodetabek. The results of the study are expected to be useful for various parties related to high school students' selection of college majors, such as the school and also parents, by providing an overview of the relationship between perceived parental expectation and career decision-making difficulties among high school students.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Nurida
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kecerdasan emosi terhadap efikasi diri dalam keputusan karier yang dimoderasi oleh harapan orang tua. Menurut teori perkembangan karier, siswa SMA yang berusia 14-18 tahun berada pada tahap eksplorasi. Dalam tahapan ini, siswa dituntut untuk menilai kapasitas diri mereka dalam menghadapi tantangan di masa depan. Padahal, siswa SMA masih ditemukan belum dapat memutuskan masa depan mereka sepenuhnya secara mandiri. Adanya peran orang tua yang termanifestasikan melalui harapan orang tua pun membentuk persepsi bagi anak-anaknya. Penelitian ini dilakukan terhadap 785 siswa SMA di enam sekolah wilayah Jabodetabek dengan menggunakan metode convenience sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, career decisions self-efficacy scale short form (CDSE-SF) untuk efikasi diri dalam keputusan karier, wong and law emotional intelligence scale (WLEIS) untuk kecerdasan emosi, dan parental expectation scale (PES) untuk harapan orang tua. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis moderasi melalui PROCESS oleh Hayes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kecerdasan emosi terhadap efikasi diri dalam keputusan karier yang dimoderasi oleh harapan orang tua, b= 0,006 p<0.05. Keterbatasan penelitian yang berkaitan dengan alat ukur membuat perlunya dilakukan perbaikan oada beberapa aitem alat ukur CDSE-SF, serta memberitahukan pada partisipan agar saat menjawab pertanyaan mengenai harapan orang tua perlu membayangkan salah satu orang tua mereka. Implikasi penelitian ini bagi pihak sekolah dan psikolog sekolah dapat merancang program bimbingan karier bagi siswa agar siswa lebih yakin dalam menjalani tugas-tugas yang berkaitan dengan keputusan karier. Selain itu, psikolog sekolah juga dapat memberikan pemahaman bagi orang tua mengenai peran harapan orang tua terhadap keputusan karier anak-anaknya. ......The present study examined the effect of emotional intelligence on career decision self-efficacy with parental expectation as a moderating variable. Career development theory states that students aged 14–18 years are in the exploration stage of life. Students are thus required to assess themselves, especially their capability to face future challenges. However, the role of parents remains relatively crucial during this stage because adolescents are still unable to fully make decisions about their future. In addition, parents expect the continuation of their children’s studies. This case is especially true in Asian culture, which illustrates the major role that parents play in their children’s lives. A total of 785 high-school students from Jabodetabek, Indonesia, were recruited using the convenience sampling method. Instruments used in this study were Career Decisions Self-Efficacy Short Form (CDSE-SF) for career decisions self-efficacy, Wong and Law Emotional Intelligence Scale (WLEIS) for emotional intelligence, and Parental Expectation Scale (PES) for parental expectation. Moderation analysis was used as the data analysis technique through PROCESS. Results confirmed the moderating role of parental expectations on emotional intelligence and career decision self-efficacy b= 0,006 p<0.05. Limitations in this study that researchers also did not revise several items on the CDSE-SF. In addition, researcher could give instructions for participants to imagined one of their parents when they were filled out parental expectations scale. This limitations could be a concern for future study. Implications for school and school psychologist could create career guidance programs for students based on competence in career decisions. Implications for school and school psychologist could create career guidance programs for students based on competence in career decisions. School psychologist could also provided the understanding for parent about the role of parental expectations in their children’s career decisions.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library