Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irma Yulianti Rusdi
Abstrak :

ABSTRAK
Penelitian skripsi ini adalah mengenai eufemisme dalam bahasa politik. Sebagai data digunakan pidato Helmut Kohl pada tanggal 2 Oktober 1990. Pidato tersebut disampaikan dalam rangka menyambut penyatuan kembali Jerman. Landasan teori utama dalam skripsi ini adalah teori Leinfellner mengenai eufemisme dalam bahasa politik. Teori lainnya yang juga digunakan adalah teori dari Hannapel Melenk mengenai eufemisme. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui frase atau kata yang merupakan eufemisme dalam pidato berdasarkan analisis makna kontekstual eufemisme yang dikaitkan dengan konteks sejarah,dan menganalisis bentuk semantis serta tema eufemisme tersebut.

Setelah dilakukan analisis, didapatkan hasil bahwa ada tujuh buah frase yang merupakan eufemisme politis dalam pidato tersebut. Bentuk semantis eufemisme politis yang ditemukan ada tiga buah, yaitu pemakaian kata-kata yang kabur atau bermakna ambigu, metafer, dan penambahan kata-kata. Bentuk semantis yang tidak ditemukan adalah penggunaan kata-kata yang asing; penghilangan kata-kata yang penting, litotes; ungkapan yang terdiri dari gabungan kata yang saling bertentangan secara semantis dan deskriptif, dan pertentangan tersebut disembunyikan; serta pemakaian satu ungkapan dari banyak pilihan ungkapan. Konteks sejarah yang berperan dalam analisis penelitian ini adalah perbedaan sistem pemerintahan dan perekonomian di kedua negara Jerman. Oleh karena berada dalam satu konteks, seluruh eufemisme ini mempunyai tema yang sama, yaitu masalah politik dalam negeri Jerman yang berkaitan dengan politik, ekonomi, sosial, dan masyarakat.
1998
S14663
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulia Anggraini
Abstrak :

Penelitian ini membahas strategi bertutur Kanselir Helmut Kohl dalam pidato proses penyatuan Jerman tahun 1989. Tahun 1989 merupakan tahun yang sangat bersejarah bagi warga Jerman Barat dan Timur karena Jerman berhasil dipersatukan. Sebagai Kanselir, Helmut Kohl tentunya dalam pidatonya menggunakan bahasa yang santun untuk menarik perhatian para warga terutama warga Jerman Timur. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu pertama untuk menemukan jenis dan fungsi tindak tutur yang digunakan oleh Kanselir Helmut Kohl dalam pidato penyatuan Jerman tahun 1989; kedua, untuk melihat strategi kesantunan yang digunakan oleh Kanselir Helmut Kohl dalam pidato proses penyatuan Jerman tahun 1989. Dalam tesis ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan data teks tuturan pidato tahun 1989. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam keempat teks tuturan terdapat tindak tutur asertif, deklaratif, direktif, ekspresif, dan komisif. Dalam keempat teks tuturan, Kanselir Helmut Kohl menuturkan keinginannya dengan strategi bertutur kesantunan positif yang ditandai kata wir ‘kita’ untuk menunjukkan bahwa Kanselir Helmut Kohl memiliki rasa solidaritas serta ia tidak membedakan status warga Jerman. Lalu, pada keempat teks tuturannya, Kanselir Helmut Kohl menggunakan strategi bertutur terus terang dengan tanpa basa-basi, strategi bertutur secara samar-samar, dan strategi bertutur dengan kesantunan negatif karena dalam tuturannya terdapat makna yang ambigu serta ia jarang menunjukkan jati diri sebagai Kanselir dan mengangkat suatu partai di Jerman.


This study discusses Chancellor Helmut Kohl's speaking strategy in the speech of processing german unification. In 1989 was a very important year for residents of West and East Germany because it was successfully united. As Chancellor, Helmut Kohl is likely in his speech to use polite language to attract the attention of residents, especially East German citizens. Therefore, this study has two objectives, namely the first to discover speech act was used by Chancellor Helmut Kohl in the German unification speech in 1989; second, to look at the politeness strategy that Chancellor Helmut Kohl in speech of processing German unification in 1989. In this thesis, the method is descriptive qualitative method by using text speeches in 1989. Using descriptive qualitative methods, the results of this study indicate that there are assertive, declarative, directive, expressive, and commissive speech acts in his speech. In the speech text, Chancellor Helmut Kohl shows his desire by using positive politeness strategy is marked by words wir ‘we’ to provide information that Chancellor Helmut Kohl has a sense of solidarity the same position as German citizens. Then, based on speech text, Chancellor Helmut Kohl uses a strategy of speaking straightforwardly without further ado, speak strategies vaguely, and negative politeness strategy because in his speech there are ambiguous meanings and also rarely show identity as Chancellor and party in Germany.

2018
T51883
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library