Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Natasha Rudiady
"Harapan hidup merupakan rata-rata secara statistik lama seseorang hidup sampai meninggal, yang merupakan salah satu indikator penting karena banyak digunakan oleh para peneliti untuk memprediksi risiko-risiko kesehatan dan kematian di masa depan. Pada umumnya, harapan hidup dihitung berdasarkan life table yang berisi data mortalitas untuk setiap usia pada suatu populasi. Ada berbagai cara untuk memodelkan mortalitas, salah satunya adalah model Gompertz. Model Gompertz merupakan model fundamental untuk pengembangan model mortalitas lainnya. Hukum mortalitas Gompertz merupakan model yang baik dalam menguji pola mortalitas tidak hanya pada manusia, namun juga pada organisme lainnya. Model ini diimprovisasi dengan model Makeham yaitu hukum mortalitas Gompertz-Makeham. Akan tetapi, kedua model ini tidak sepenuhnya valid, yang disebabkan oleh hasil estimasi yang kurang baik untuk usia lanjut. Hal ini disebabkan karena pada kedua model ini diasumsikan populasi manusia bersifat homogen, yaitu setiap individu memiliki kemampuan bertahan hidup yang sama. Namun pada kenyataannya tidak berlaku demikian, sehingga diperkenalkan model Gamma Gompertz-Makeham. Dalam model ini diasumsikan populasi manusia yang heterogen, di mana beberapa individu lebih kuat untuk bertahan hidup dibandingkan individu yang lain. Oleh karena itu, model Gamma Gompertz-Makeham merupakan model yang lebih akurat dalam memodelkan mortalitas pada manusia dibandingkan model Gompertz dan model Gompertz-Makeham. Dalam tugas akhir ini diprediksi harapan hidup penduduk di Jepang menggunakan hukum mortalitas Gamma Gompertz-Makeham yang mendekati nilai aktual harapan hidup di Jepang.

Life expectancy is defined as the statistical average of the length of time a person lives until death, which is one of the important indicator because it is widely used by researchers to predict future health and mortality risks in a population. In general, life expectancy is often calculated with life table containing mortality data for each age in a population. There are various ways to model mortality, one of which is the Gompertz model. Gompertz model is known as the fundamental model for other mortality models. Gompertz law of mortality is a good fit model for examining mortality patterns not only in humans, but also in other organisms. This model is improvised with the Makeham model, namely the Gompertz-Makeham law of mortality. However, these two models are not completely valid, caused by unsatisfactory estimation result for late ages. This is caused by the assumption that the human population is homogeneous, means that each individual has the same survival ability. But in reality this is not the case. Therefore, the Gamma Gompertz-Makeham model was introduced. This model assumes a heterogeneous human population, where some individuals are stronger to survive than others. Hence, the Gamma Gompertz-Makeham model is more accurate in modeling mortality in humans than the Gompertz model and the Gompertz-Makeham model. In this thesis, life expectancy of the population in Japan is predicted using the Gamma Gompertz-Makeham law of mortality, which is close to the actual value of life expectancy in Japan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ashadi
"Krisis keuangan di Asia tahun 1997/1998 yang terjadi merupakan krisis yang antara lain disebabkan oleh perubahan nilai tukar. Krisis tersebut dapat menjalar dari suatu negara ke negara lain (contagious). Salah satu usaha untuk dapat menghindari terjadinya kembali krisis tersebut adalah melalui pertemuan anggota ASEAN plus China, Jepang dan Korea di Chiang Mai, Thailand bulan Mei tahun 2000 dimana disepakati kerjasama keuangan regional yang lebih aktif diantaranya dengan disepakatinya Chiang Mai Intiative (CMI) dan Economic Review & Policy Dialogue (ERPD). Langkah selanjutnya yang dikaji lebih lanjut dari kerjasama keuangan regional yang aktif tersebut adalah pembentukan Currency Union melalui penggunaan mata uang bersama/common currency sebagai titik kulminasinya. Fleming (1971) menyatakan bahwa salah satu faktor untuk dapat terbentuknya Optimum Currency Area (OCA) adalah kemiripan tingkat inflasi (similar inflation rate). Untuk mencapai kemiripan tingkat inflasi dan meningkatkan konvergensi ekonomi, perlu ditingkatkan koordinasi dalam merumuskan kebijakan ekonomi.

Dampak nilai tukar terhadap inflasi dalam konteks regional menjadi perlu untuk diketahui sehubungan dengan krisis nilai tukar yang terjadi sebelumnya di tahun 1997/1998 dan wacana common currency yang salah satu faktornya kemiripan tingkat inflasi. Untuk itu, perlu diidentifikasi apakah dampak nilai tukar terhadap inflasi tersebut bersifat homogen (sama) atau heterogen (beragam) di kawasan ASEAN sehingga bisa disusun langkah bersama dalam Usaha memenuhi salah satu kondisi optimum dalam wacana pembentukan Currency Union. Untuk meneliti dampak tersebut, penulis menggunakan variabel kontrol berupa pertumbuhan jumlah uang yang beredar, derajat keterbukaan perdagangan dan tingkat inflasi di negara mitra dagang utama ASEAN-5 dengan data yang diambil dan diolah dari data International Financial Statistics (IFS) pada periode tahun 1993Q1 sampai tahun 2016Q4. Data tersebut kemudian diregresi dengan menggunakan estimasi data panel dengan estimator FGLS (Feasible Generalized Least Squares) menggunakan E-Views 9. Terhadap hasil regresi di atas berupa model homogen dan model heterogen dilakukan uji F. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak nilai tukar terhadap Inflasi di ASEAN-5 berdampak heterogen (beragam) di ASEAN-5."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Prosedur batch atau teknik penjadwalan batch merupakan salah satu metode yang banyak diterapkan dalam memecahkan masalah penjadwalan penelitian ini akan membahas pemecahan masalah penjadwalan batch pada dua mesin homogen dengan tujuan untuk meminimasi makespan. Motivasi pemecahan masalah diangkat dari permasalahan yang terjadi pada perusahaan MR yang bergerak dalam produksi pakaian jadi."
620 JTEK 9 (1-2) 2010
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Widajanti Wibowo
"Katalis heterogen telah diketahui memiliki beberapa kelebihan, apabila dibandingkan dengan katalis homogen. Penelitian ini mencoba memanfaatkan katalis heterogen untuk reaksi altematif sintesis vanili dari eugenol minyak gagang cengkeh. Sintesis vanili dari eugenol membutuhkan dua tahap reaksi, yaitu isomerisasi eugenol menjadi isoeugenol, dan kemudian dilanjutkan dengan oksidasi isoeugenol menjadi vanili. Katalis heterogen yang digunakan adalah (1) padatan superbasa, yang digunakan untuk studi katalisis heterogen pada reaksi isomerisasi eugenol dan (2) katalis transfer fase, yang digunakan untuk reaksi oksidasi isoeugenol. Katalis transfer fase yang digunakan adalah 18-crown ether-6.
Padatan superbasa dibuat dari γ- dan η-alumina yang diberi perlakuan NaOH dan logam Na. Alumina yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dari bahan baku kaolin dari pulau Belitung dengan proses asam dan hasil yang diperoleh adalah 9% γ -A1203 dan 10,28% η -A1203. Studi katalisis heterogen pada reaksi isomerisasi eugenol menunjukkan bahwa reaksi dapat berlangsung pada suhu rendah. Kondisi reaksi isomerisasi eugenol yang digunakan adalah : suhu 10°C, waktu 9 jam, minyak gagang cengkeh 25 mmol dan katalis padatan superbasa γ -AI2O3/NaOH/Na sebanyak 2 g. Persentase konversi produk trans-isoeugenol adalah 64,42% dan cis-isoeugenol adalah 6,11%. Studi katalis juga dilakukan dengan membandingkan aktivitas dari 3 jenis katalis padatan superbasa : γ -Al203/NaOH/Na, η -A12O3/NaOH/Na dan γ - Al203 (E.Merck)/NaOH/Na. Hasil penelitian menunjukkan bahwa γ -Al2O3/NaOH/Na memperlihatkan aktivitas katalisis yang lebih baik dibandingkan dengan dua padatan superbasa lainnya.
Studi katalisis reaksi oksidasi isoeugenol dengan oksidalor KMnO4 menggunakan katalis transfer fase, 18-crown ether-6, memberikan indikasi bahwa senyawa vanili yang terbentuk masih bercampur dengan senyawa-senyawa lain. Rendemen vanili hasil oksidasi isoeugenol dalam suasana asarn (pH 2) adalah 0,021%, dalam suasana netral (pH 7) adalah 0,028% dan dalam suasana basa (pH 9) adalah 0,015%.

It has been already known, that heterogeneous catalysts have more advantages compared to homogeneous catalysts. This research tried to utilize heterogeneous catalysts for an alternative reaction on synthesis of vanillin from eugenol of clove stem oil. This synthesis needs two steps reactions, isomerization reaction of eugenol to produce isoeugenol and oxidation reaction of isoeugenol to produce vanillin. Two types catalysts were used : (1) solid superbase, which was used on eugenol isomerization, and (2) phase transfer catalyst, 18-crown ether-6, which was used on isoeugenol oxidation.
Solid superbase catalyst was prepared using - γ and η -alumina, treated with sodium hydroxide and sodium metal. Alumina was extracted from kaolin from Pulau Belitung by acid process, and the yield of aluminas were 9.0% y-A12O3 and 10.28% -Al2O3. η Heterogeneous catalysis study on eugenol isomerization showed that the reaction could proceed at low temperature. The eugenol isomerization reaction conditions were : temperature 10°C, reaction time 9 hours, clove stem oil 25 mmol, and solid catalyst superbase γ -A12O3/NaOH/Na 2 g. The result of products conversion were 64.42% trans-isoeugenol and 6.11% cis-isoeugenol. This study included the comparisson activities study of three solid superbase catalysts : γ -A12O3/NaOH/Na, η -Al2O3/Na0H/Na, and γ -Al2O3 (E.Merck)/NaOH/Na, which showed that γ -Al2O3 /NaOH/Na had better activity than those two latter solid superbase catalysts.
Study on isoeugenol oxidation reaction using KMnO4 as an oxidazing agent and phase transfer catalyst, 18-crown ether-6, gave the indication that vanillin was produced mixed with other compounds. The yields of vanillin in acid medium (pH 2) was 0.021%, in neutral medium (pH 7) was 0.028% and in base medium (pH 9) was 0.015%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Tirto Wahono
"Telah dilakukan pengukuran PDD pada medium homogen dan nonhomogen dengan menggunakan Markus Chamber. Phantom homogen dibuat dari susunan lapisan akrilik setebal 30 cm, dan phantom nonhomogen dibuat dari susunan lapisan gabus khusus setebal 4 cm yang dimasukkan ke dalam susunan akrilik. Penyinaran dilakukan dengan sinar-X 6 MV dan 10 MV yang diproduksi oleh LINAC Varian 2100C. Perbedaan PDD pada medium homogen dan nonhomogen rata-rata sebesar 4,3% pada sinar-X 6 MV dan 3,7% pada sinaar-X 10 MV. Pemberian gabus pada akrilik mengakibatkan peningkatan dosis sampai 11,2% pada sinar-X 6 MV dan 9,2% pada sinar-X 10 MV. Dan faktor koreksi yang dihasilkan sebagai akibat adanya gabus tersebut mencapai 1,17 pada sinar-X 6 MV dan 1,13 pada sinar-X 10 MV.

PDD measurement have been done on homogen and inhomogen medium with Markus chamber. Homogen phantom is made by acrylic layer structure with 30 cm thickness, inhomogen phantom is made by special spons with 4 cm thickness in to the the acrylic layer structure. Exposure using X-ray LINAC Varian 2100C with 6 MV and 10 MV X-ray. Everage differentiation of PDD on homogen and inhomogen medium is 4,3% on 6 MV X-ray and 3,5% on 10 MV X-ray. Giving the special spons cause increasing dose up to 11,2% on 6 MV X-ray and 9,2% on 10 MV X-ray. Because of the special spons, it's resulting correction factor until 1,17 on 6 MV X-ray and 1,13 on 10 MV X-ray."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S29238
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Rodiyansyah
"Dalam kehidupan sehari-hari jarang kita temui jaringan yang homogen tetapi lebih sering heterogen. Heterogenitas ini meliputi kecepatan, sistem operasi, dan bahkan arsitektur, kemudian juga jarang dalam satu satuan waktu teminal yang terhubung dalam jaringan dipakai hanya oleh satu user, tetapi dipakai oleh beberapa user hal ini mengakibatkan beban kerja yang tidak tetap Dalam keadaan seperti ini pola penjadwalan statis kurang bisa diandalkan karena beban kerja selama program paralel dijalankan tidak tetap tergantung beban yang diberikan user lain.
Algoritma paralel yang dibuat termasuk jenis intuitive algorithm, berbasiskan PVM serta menerapkan pola penjadwalan dinamis. Keheterogenitasan dan beban kerja yang tidak tetap seperti disebutkan diatas dicoba diatasi dengan cara setiap terminal/host yang ada hanya diberikan satu task setiap satu satuan waktu atau dengan kata lain master sebagai program pengendali hanya akan menspawning program slave kembali ke host bila host tersebut sudah selesai mengerjakan task yang diberikan sebelumnya.
Untuk melihat kinerja program yang dibuat dalam skripsi ini, maka diiakukkan pengukuran dengan jumlah dan besar task yang terus ditingkatkan sehingga dapat dilihat kecendrungan percepatan (speedup), overhead, dan efesiensi, serta jumlah pengedaan task oleh masing-masing terminal."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S39421
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ichwan Milono
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S2813
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ichsan Malik
"Variasi individu-individu anggota kelompok kerja serta interaksi individu di dalam kelompok diyakini merupakan faktor yang mempengaruhi produktifitas kelompok. Studi ini berupaya untuk melakukan identifikasi dan mendeskripsikan tentang pengaruh dari keanekaragaman atau neterogenitas. Keragaman atau nomogenitas anggota kelompok kerja serta keterikatan individu-individu untuk tetap berinteraksi di dalam kelompok atau kohesititas kelompok ternadap produktifitas kelompok.
Pada studi ini, 30 orang aktifis Lembaga Swadaya Masyarakat yang berasal dari 8 organisasi yang bergerak dalam kegiatan penanggulangan masalan remaja dan pengembangan masyarakat di Bandung, Jawa Barat digunakan sebagai subyek. Mereka merupakan pengurus inti dari organisasi dan telah 1 tahun atau lebih, aktif mengembangkan program di organisasi.
Studi dilakukan dengan metoda eksperimen lapangan. Data dianaiisa dengan menggunakan analisa statistik non parametik. Hasil anaiisis varian ranking satu arah menunjukkan, bahwa keanekaragaman anggota kelompok kerja Serta keterikatan individu-individu untuk tetap berinteraksi di dalam kelompok berpengaruh secara signifikan terhadap produktiritas kelompok kerja.
Hasil analisis ranking bertanda untuk data berpasangan mendapatkan, bahwa kelompok kerja heterogen kohesif secara signifikan lebih produktif dibandingkan kelompok kerja homogen yang kohesit. Hasil ini menunjukkan bahwa kelompok kerja yang keanggotaannya beraneka ragam, anggota kelompoknya berasal dari beberapa organisasi, Serta merasa terikat untuk tetap berinteraksi guna mencapai tujuan kelompok, akan jauh lebih produktif dibandingkan kelompok kerja yang anggota kelompoknya berasal dari satu organisasi.
Ada satu hal yang menarik sebagai hasil dari penelitian ini yaitu faktor kohesifitas kelompok ternyata tidak berpengaruh terhadap produktiiitas yang anggota-anggota kelompoknya berasal dari satu organisasi.Namun Studi ini masih perlu lebin dipertajam dan diperluas, dimana kelompok kerja yang diteliti diperbanyak dan di bandingkan kelompok kerja yang misi dan programnya juga berbeda-beda."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanni Randu Lasaufa
"Adsorpsi merupakan proses efektif dalam pengolahan limbah cair berwarna. Penelitian ini memanfaatkan lumpur alum sebagai adsorben polutan methylene blue, kemudian dilakukan regenerasi agar lumpur tersebut dapat digunakan untuk reuse. Lumpur alum dikarakterisasi dengan SEM-EDX untuk melihat morfologi, dan komposisi kimianya. Hasil mikrograf lumpur alum memiliki struktur kasar, berpori, dan oleh unsur oksigen, silika, dan alumunium. Hasil eksperimen adsorpsi menunjukkan % removal meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi adsorben dan menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi polutan methylene blue. Kapasitas adsorpsi mengikuti pola isoterm Langmuir dengan konstanta a dan b berturut-turut 24.631 dan 0.021 serta kapasitas adsorpsi 26.05 mg/g. Selanjutnya hasil eksperimen Fenton homogen menunjukkan % removal meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi H2O2 dan FeSO4. Kemudian hasil regenerasi menunjukkan semakin besar kapasitas adsorpsi pada adsorben menghasilkan % removal yang semakin rendah. Untuk mengetahui keberhasilan proses regenerasi, beberapa sampel lumpur alum kembali dilakukan proses reuse adsorpsi. Hasil % removal dari reuse untuk adsorben setelah regenerasi adalah 45.25%, dimana lebih besar dua kali lipat jika dibandingkan dengan adsorben tanpa regenerasi. Sebagai kesimpulan, adsorben lumpur alum dan proses oksidasi Fenton homogen efektif dalam penyisihan senyawa methylene blue di air.

Adsorption is an effective process in the dye wastewater treatment. This research will utilize alum sludge as adsorbent in removal methylene blue pollutants. Then regeneration is carried out so that the sludge can be reused. Alum sludge will be characterized using SEM-EDX to see its morphology, and chemical composition. The alum sludge micrograph has a rough, porous structure, and is dominated by oxygen, silica and alumunium. The adsorption experimental results show that % removal increases with increasing adsorbent concentrations and decreases with increasing methylene blue pollutant concentrations. The adsorption capacity follows the Langmuir isotherm pattern with constants a and b respectively 24.631 and 0.021 and the adsorption capacity of 26.05 mg/g. The Fenton experimental results show efficiency removal increases with increasing H2O2 and FeSO4 concentrations. Then regeneration experiments were carried out with the results showing the greater adsorption capacity of the adsorbent produced lower % removal. To find out the success of the regeneration process, a number of alum sludge samples were reused for adsorption. The result of removal efficiency of reuse for adsorbents after regeneration is 45.25%, the value is more than doubled when compared to adsorbents that have not been regenerated. In conclusion, alum sludge adsorbent and homogeneous Fenton oxidation process are effective for removal of methylene blue compounds in water."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>