Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cahya Guslyani
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi suhu terhadap pertumbuhan Nostoc HS-5 dan HS-20. Nostoc HS-5 yang digunakan berasal dari sumber air panas Ciseeng yang memiliki suhu habitat 30 mdash;43 C, sedangkan Nostoc HS-20 yang digunakan berasal dari sumber air panas Gunung Pancar yang memiliki suhu habitat 46 mdash;69 C. Penelitian dilakukan dengan menghitung berat biomassa dan kandungan klorofil pada hari ke-0, 1, 2, 3, 4, 7, 10, 14, 17, dan 21. Suhu yang digunakan adalah suhu 20 C, 35 C, dan 50 C. Medium yang digunakan adalah medium BBM dengan pH 6,6. Masing-masing perlakuan dilakukan dalam 4 kali ulangan. Analisis statistik menggunakan uji statistik non-parametrik uji Friedman =0,05 dan uji Spearman =0,01 . Berdasarkan data kualitatif, hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang cukup nyata pada berat biomassa Nostoc HS-5 dan HS-20 pada suhu 20 C, 35 C dan 50 C. Rerata berat biomassa tertinggi terdapat pada biakan Nostoc HS-5 dan HS-20 yang diinkubasi pada suhu 35 C. Selain itu, tidak terlihat adanya korelasi antara berat biomassa dan kandungan klorofil Nostoc HS-5 dan HS-20.
ABSTRACT
The research aims to know the effect of variation temperature to the growth of Nostoc HS 5 and HS 20. Nostoc HS 5 isolated from Ciseeng hot spring which has habitat temperature range of 30 mdash 43 C, and Nostoc HS 20 isolated from Pancar Mountain hot spring which has habitat temperature range of 46 mdash 69 C. The research was done by measuring biomass weight and chlorophyll content on day 1, 2, 3, 4, 7, 10, 14, 17, 21. The temperatures which used were 20 C, 35 C, and 50 C. The growth medium which used was BBM with pH 6,6. Each treatments was made in four replications. Non parametric statistical analysis using the Friedman test 0,05 and Spearman test 0,01 . Based on qualitative, the result showed there were significant differences on the biomass weight of Nostoc HS 5 and HS 20 grown at temperature of 20 C, 35 C and 50 C. The highest amount of average biomass weight for Nostoc HS 5 and HS 20 was showed in 35 C. Beside that, there was no correlation between biomass weight and chlorophyll content of Nostoc HS 5 and HS 20.
2017
S68505
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rininta Dwi Anggriary
Abstrak :
Penelitian tentang perbandingan kerapatan sel dan kandungan klorofil Synechococcus sp. RDB001 yang ditumbuhkan pada suhu 30±5 °C dan 50±5 °C telah dilakukan. Synechococcus sp. yang digunakan merupakan isolat dari sampel air hot spring di daerah Rawa Danau-Banten dengan suhu air 50 ºC yang ditumbuhkan dalam medium MA (pH 6). Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbandingan rerata kerapatan sel dan kandungan klorofil Synechococcus sp. RDB001 yang ditumbuhkan pada suhu 30±5°C dan 50±5°C dalam lemari inkubasi. Hasil penelitian memiliki manfaat untuk pemahaman tentang batasbatas toleransi fisiologi dan adaptasi Synechococcus sp. RDB001 secara ex situ. Pembiakan Synechococcus sp. RDB001 dilakukan dalam lemari inkubasi dengan suhu 30±5 °C dan 50±5 °C selama 16 hari, dari hari ke-0 (t0) sampai hari ke-16 (t16). Masing-masing perlakuan dilakukan dalam 16 kali ulangan. Analisis statistika menggunakan non parametrik uji Mann Whitney (α=0,05) dan uji Spearman (α=0,01). Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata (α=0,05) pada kerapatan sel Synechococcus sp. RDB001 yang ditumbuhkan pada suhu 30±5 °C dan 50±5 °C, serta tidak ada korelasi (α=0,01) antara kerapatan sel dan kandungan klorofil Synechococcus sp. RDB001 yang ditumbuhkan pada suhu 30±5°C dan 50±5°C. ......Research on the comparison of cell density and chlorophyll content of Synechococcus sp. RDB001 grown at a temperature of 30±5 °C and 50±5 °C was performed. Synechococcus sp. used a sample of isolates from the hot spring water in the Rawa Danau, Banten, the water temperature of 50 ºC which was grown in MA medium (pH 6). The research aims to determine the ratio of the mean cell density and chlorophyll content of Synechococcus sp. RDB001 grown at a temperature of 30±5°C and 50±5°C in an incubation cabinet. The research has benefits for the understanding of the limits of physiological tolerance and adaptation of Synechococcus sp. RDB001 in ex situ. Breeding Synechococcus sp. RDB001 performed in an incubation cabinet with a temperature of 30±5°C and 50±5°C for 16 days, from day-0 (t0) until day-16 (t16). Each treatment carried out in 16 replications. Non-parametric statistical analysis using the Mann Whitney test (α=0,05) and Spearman's test (α=0,01). The results showed there were significant differences (α=0,05) on the cell density of Synechococcus sp. RDB001 grown at a temperature of 30±5°C and 50±5°C, and no correlation (α=0,01) between cell density and chlorophyll content of Synechococcus sp. RDB001 grown at a temperature of 30±5°C and 50±5°C.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42202
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anika
Abstrak :
Sesar Cimandiri merupakan sesar aktif ditandai dengan munculnya beberapa manifestasi berupa mata air panas sebagai bukti dari adanya kegiatan panasbumi. Mata air panas yang muncul di sepanjang Sesar Cimandiri memiliki perbedaan suhu akibat pengaruh karakteristik fisik di setiap lokasi mata air panas. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui wilayah prospek panasbumi berdasarkan karakteristik fisik di Sesar Cimandiri, Jawa Barat. Metode yang digunakan adalah metode survei terpadu antara aspek geografi, geologi, dan geokimia serta teknologi penginderaan jauh. Teknologi penginderaan jauh digunakan untuk menganalisis suhu permukaan tanah di wilayah penelitian. Survei geokimia dilakukan dengan pengambilan sampel mata air panas untuk mendapatkan konsentrasi kandungan unsur Na dan K. Data tersebut digunakan untuk menghitung suhu reservoir dengan menggunakan metode Geotermometri. Hasil menyimpulkan terdapat tiga wilayah prospek panasbumi di Sesar Cimandiri dengan klasifikasi tingkat rendah dan sedang. Tingkat rendah diwakili oleh wilayah prospek panasbumi Cibubuay dengan suhu reservoir 109°C berada pada zona kerapatan patahan tinggi, konsentrasi Na/K rendah, suhu reservoir rendah, dan mata air panas terletak jauh dari patahan. Sedangkan wilayah klasifikasi tingkat sedang diwakili oleh wilayah prospek panasbumi Cibadak (130°C) dan Cikundul (189°C) berada pada zona kerapatan patahan sedang hingga rendah, konsentrasi Na/K tinggi, suhu reservoir menengah, dan mata air panas terletak dekat dengan patahan. ...... Cimandiri fault is an active fault indicated by appearance of hot springs to prove the presence of geothermal activity The hot springs have different temperature due to physical characteristics in each location. The purpose of this research is to find geothermal prospective region based on physical characteristics at Cimandiri fault West Java. This research uses integrated survey methods between geography geology and geochemical aspects with remote sensing technology. Remote sensing used in analyzing Land Surface Temperature in research areas Geochemical survey is done by collecting hot spring samples to get consentration of the Na and K elements The data latter are used in counting reservoir temperature using Geothermometry method The results concluded that there are three geothermal prospective regions in Cimandiri Fault classified in low and moderate levels The low geothermal prospective region is represented in Cibubuay region with reservoir temperature of 109 C at high fracture density zone low consentration of Na K low reservoir temperature and the hot springs located far away from the fault The moderate geothermal prospective regions are represented in Cibadak region 130 C and Cikundul region 189 C at low until moderate fracture density zone high consentration of Na K moderate reservoir temperature and the hot springs located close to the fault.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S61392
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Dianing Pertiwi
Abstrak :
ABSTRAK
Perbedaan pertumbuhan antara strain cyanobacteria Leptolyngbya HS-16 dan Leptolyngbya HS-36 yang diinkubasi pada suhu 20 oC, 35 oC, dan 50 oC telah dipelajari. Strain tersebut diisolasi dari sumber air panas Gunung Pancar Leptolyngbya HS-16 dan Maribaya Leptolyngbya HS-36 yang berlokasi di Jawa Barat, Indonesia. Suhu air habitat adalah 69 oC Gunung Pancar dan 42 oC Maribaya . Strain tersebut ditumbuhkan selama 21 hari di medium BG-11. Penelitian bertujuan untuk mengetahui suhu pertumbuhan yang paling baik untuk Leptolyngbya HS-16 dan Leptolyngbya HS-36 berdasarkan berat biomassa dan kandungan klorofil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata berat biomassa tertinggi terjadi pada Leptolyngbya HS-16 dan Leptolyngbya HS-36 yang ditumbuhkan pada suhu 35 oC, serta tidak adanya korelasi antara rerata berat biomassa dan rerata kandungan klorofil Leptolyngbya HS-16 dan HS-36.
ABSTRACT
The growth differences between cyanobacteria strains Leptolygbya HS 16 and Leptolyngbya HS 36 which were incubated in 20 oC, 35 oC, and 50 oC had been studied. Those strains were isolated from Gunung Pancar Leptolyngbya HS 16 and Maribaya Leptolyngbya HS 36 hot springs which were located in West Java, Indonesia. The water temperature of habitats were 69 oC Gunung Pancar and 42 oC Maribaya . Those strains were grown in batch culture for 21 days in BG 11 medium. This research aim to determine the best growth temperature of Leptolyngbya HS 16 and Leptolyngbya HS 36 based on the biomass weight and chlorophyll content. The result showed that the biomass weight and chlorophyll content in 35 oC of Leptolyngbya HS 16 and Leptolyngbya HS 36 were the highest, and there was no correlation between biomass weight and chlorophyll content of Leptolyngbya HS 16 and HS 36.
2017
S69519
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arum Nawang Wulan
Abstrak :
Pariwisata merupakan salah satu sektor perekonomian yang dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan negara. Beragamnya jenis objek wisata di Jawa Barat telah membuat provinsi ini ditetapkan sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia. Di Jawa Barat, Kabupaten dan Kota Sukabumi yang terbanyak memiliki objek wisata alam. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat daya tarik objek wisata mata air panas menggunakan metode analisis spasial dan deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat daya tarik searah dengan kelengkapan fasilitas, karakteristik fisik yang memadai dan jumlah pengunjungnya. Hal ini ditunjukan dengan: bila fasilitas di lokasi tersebut lengkap, dengan suhu mata air panas kurang dari 45°C, kemiringan lereng kurang dari 40%, dan banyak dikunjungi wisatawan, maka tingkat daya tarik objek wisata tersebut tinggi seperti yang terdapat di objek wisata mata air panas di Cisolok. ......Tourism is one of economic sectors which could be reliable as a country's income. Various types of tourism resort in West Java had turned this province into one of tourist destinations in Indonesia. Here, in West java, Sukabumi Regency (Kabupaten Sukabumi) and Sukabumi City (Kota Sukabumi) are the two places which has the biggest total numbers of natural tourist resorts. This research purpose is to know the attraction levels of hot springs as a tourism resort using spatial and descriptive analysis methods. The result shows the attraction levels had the same agreements with adequate physical characteristics, full supports of non physical characteristics, and also numbers of visitors. Which means, if it has fully supports with facilities, has less than 45°C temperature on its hot spring, less than 40% slope area, and has great numbers of visitors, it must have a highest attraction level among others, as in hot spring tourism resort in Cisolok.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1274
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library