Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 245 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tran Thi Lua
Abstrak :
ABSTRAK
The overall objectives of this research is to examine whether the intrahousehold food distribution exists in rural middle income and urban low income households and the nutritional status of members household having lactating mother in Dong Hung district and Thai Binh town,Thai Binh province of Vietnam.

This research is designed as a cross-sectional study. A total of 25 urban low income and 25 rural middle income households having lactating mothers with breastfed infants 1-6 months of age were studied from January to March 1996.

Food intake of selected household members (father, lactating mother, and children 1-5 years old) was collected using a combined food weighing and food recall method. A three consecutive days of food weighing was done during mealtime in each household. For food eaten outside the home or food eaten between meals when the researcher was not present, then food recall method was used.

The results showed that inequality in food distribution within household existed in both rural and urban households. In general, father was the one who got more adequate intake compared to mother and child within household. Members of urban households had higher adequacy for some nutrients than their rural counterparts. Consequently, the nutritional status based on anthropometric indices of urban household members was better than those in rural households.
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunarto
Abstrak :
The main purpose of this research is to investigate the factors influencing the labor supply on the non-agricultural activities and the eject of income from non-agricultural activities to the structure and distribution of farmer household income. To reach the goals, three models are developed The first and second models are labor supply models of husband and wife, respectively. For both models, the dependent variables are labor supplies proxied by work-hours of non-agricultural activities per year. While the independent variables for both models are area of land used; wage level in non-agricultural, age, number of household member with age above and below 5 years, number of working household members, and location of the household The third model is a model with contribution of non-agricultural income as its dependent variable, while its independent variable is area of land used The data source for this research is taken from a primary survey, while the secondary data gathered from BPS in Gunung Kidul. The study shows that husband labor supply on non agricultural activities is ejected by the area of land used wage level. education level, number of household members, and household location. But, education level and number of working household members are not giving significant influence to husband labor supply on non agricultural sectors. Furthermore, wife labor supply is influenced by the area of land used wage level, age, education level, number of household members with age below 5 years, and household location. In the contrary, number of household members of age over 5 years and number of working household members aren 't seem to have significant effect on wife labor supply model on non agricultural activities.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
JEPI-8-2-Jan2008-195
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sunarto
Abstrak :
The main purpose of this research is to investigate the factors influencing the labor supply on the non-agricultural activities and the of income from non-agricultural activities to the structure and distribution of farmer household income. To reach the goals, three models are developed. The first and second models are labor supply models of husband and wife, respectively. For both models, the dependent variables are labor supplies proxied by work-hours of non-agricultural activities per year. While the independent variables for both models are area of land used, wage level in non-agricultural, age, number of household member with age above and below 5 years, number of working household members, and location of the household. The third model is a model with contribution of non-agricultural income as its dependent variable, while its independent variable is area of land used. The data source for this research is taken from a primary survey, while the secondary data gathered BPS in Gunung Kidul. The study shows that husband labor supply on non-agricultural activities is affected by the area of land used, wage level, education level, number of household members, and household location. But, education level and number of working household members are not giving significant influence to husband labor supply on non agricultural sectors. Furthermore, wife labor supply is influenced by the area of land used, wage level, age, education level, number of household members with age below 5 years, and household location. In the contrary, number of household members of age over 5 years and number of working household members aren 't seem to have significant effect on wife labor supply model on non agricultural activities.
2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Cornelia
Abstrak :
ABSTRAK
A cross sectional study to determine the salt consumption at household level was carried out in Sukabumi District. Two hundred households with children 1-5 years were selected randomly. This study consisted of interviews of the mothers, observation of iodized salt usage and analysis of the iodine content in iodized salt.

The results showed that all households in the study area have used iodized salt but they were not aware that. they used iodized salt.

The average salt consumption at household level was 4.8 gr per day per capita with majority iodine intake (71 %) less than 100 pg. Using lodometry test, 47 % of households had iodine content in iodized salt was less than 30 ppm. In general, all cooked food used salt except for rice as staple food, but not all of food prepared with salt were consumed by children 1-5 years.

According to mothers' perception, the mother with better knowledge had higher percentages on using iodized salt and also had better educational level.

These findings showed that the recommended iodine intake by WHO of 100-300 pg per day per capita was not fulfilled, mainly because of the low quality of iodized salt, as well as improper ways of salt storage and food preparations. Lack of knowledge due to low educational level of mother was worsening this condition.
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunggoro Trirahardjo
Abstrak :
Tujuan hidup dari mahluk-mahluk hidup yang berada di bumi ini adalah untuk melestarikan keberadaan spesiesnya di dunia ini, untuk mencapainya dibutuhkan kondisi lingkungan hidup yang seoptimal mungkin. Aktivitas manusia sehari-hari pada dasarnya adalah tindakan yang selalu menghasilkan Iimbah, sebagai contoh adalah dengan bernafas akan dihasiikan C02. Contoh Iain adalah Iimbah domestik yang dihasilkan oleh kegiatan rumah tangga, dan masalah akan muncul bilamana produksi Iimbah domestik tersebut menjadi sangat besar. Peningkatan jumlah limbah domestik tersebut diakibatkan oleh meningkatnya jumlah populasi manusia. Kontribusi dari permukiman adalah yang terbesar pada timbulan sampah perkotaan, dan setiap permukiman memiliki karakteristik perilaku yang khas dalam menghadapi persoalan lingkungan. Permasalahan sampah diperkotaan tampak tidak ditangani secara serius, penyelesaiannya saat ini cenderung bersifat teknis. Fenomena Not in my backyard (NIMBY) nampaknya merupakan norma yang umum berlaku pada masyarakat pada saat ini. Selama tidak ada sampah terlihat di pekarangan, maka tidak ada persoalan dengan sampah. Untuk itu perlu penelaahan pada aspek hulu dan sosio-psikologis. Masalah yang diteliti adalah melihat apakah ada perbedaan pola perilaku pada dua permukiman yang berbeda. Juga bagaimana pola persepsi, sikap dan orientasi perilaku lingkungan. Serta konsep pengelolaan sampah rumah tangga yang sesuai dengan kondisi lingkungan permukiman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran daiam upaya mencari solusi mengatasi permasalahan sampah domestik pada area permukiman yang berbeda, melalui upaya untuk mengetahui perbedaan pola perilaku, juga pola persepsi, sikap dan orientasi perilaku lingkungan berdasarkan karakteristik permukimannya. Serta menghasilkan konsep pengelolaan sampah rumah tangga yang sesuai dengan karakteristik permukiman. Penelitian ini dilakukan di wilayah perumahan Mitra Dago Parahyangan, Kelurahan Antapani (MDP) dan Perumahan Golf Garden Estate Blok Atletik Arcamanik, Kelurahan Sukamiskin (Ati), Bandung. Pendekatan yang digunakan adalah metoda survei yang bersifat deskriptif analisis. Waktu penelitian dimulai Juli 2003 sampai dengan Oktober 2003. Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran persepsi, sikap terhadap sampah rumah tangga, orientasi perilaku lingkungan dan data-data penunjang. Jumlah sampel pada perumahan MDP ada1ah 78 dan Atl adalah 58. Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok yang diamati dalam pola perilakunya. Hal ini ditunjukkan dengan nilai perbedaan berdasarkan uji t dengan tingkat signifikansi antara 99% s/d 100%. Pola persepsi dan sikap dari kedua kelompok pengamatan ini cenderung berada dalam kategori positif, sedangkan orientasi perilaku Iingkungannya didominansi oieh pola biospheric. Dengan demikian sebenarnya masyarakat penghuni permukiman di kedua lokasi pengamatan ini memiliki potensi yang besar dalam menyelesaikan masalah lingkungan oleh mereka sendiri, khususnya dalam menangani sampah rumah tangga. Penguatan perlu dikembangkan dalam bentuk insentif, yaitu bentuk keuntungan yang dirasakan Iangsung oleh setiap pihak yang terlibat. Perlu paradigma baru dalam mengatasi masalah tersebut. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Terdapatnya perbedaan yang signitikan antar kedua kelompok penelitian, menunjukkan bahwa pada permukiman yang berbeda, maka akan berbeda pola perilaku anggotanya. Dengan pola persepsi dan sikap pada kedua anggota kelompok permukiman cenderung berada pada pola yang positif, dan pola orientasi perilaku Iingkungannya cenderung mengacu kepada pola biospheric. Pola persepsi dan sikap yang positif menunjukkan kelompok masyarakat pemukiman tersebut bersifat dinamis. Pola orientasi yang cenderung pada pola biospheric menunjukkan keperdulian akan kelestarian kehidupan di sekitarnya. Konsep pengelolaan sampah permukiman diawali dengan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang sampah rumah tangga, kemudian diikuti oleh peran serta aktif dari pihak-pihak terkait. Melalui penyediaan sarana, supervisi sampai dengan mengembangkan peraturan-peraturan. Adapun saran yang dapat diusulkan adalah sebagai berikut: 1. Perlu adanya studi lanjutan dengan karakteristik kelompok sasaran yang berbeda-beda, sebagai bahan informasi untuk mendasari pengambilan keputusan yang lebih komprehensif. 2. Perlunya wadah kerjasama antara seluruh pihak yang terkait dalam mengatasi persoalan sampah rumah tangga di permukiman. wadah. Dibutuhkannya pendekatan yang tepat berdasarkan karakteristik pemukiman. 3. Perlu disusunnya buku petunjuk praktis pengelolaan dan pengoiahan sampah rumah tangga, dengan tujuan pemberdayaan masyarakat yang mengacu kepada pendekatan minimum waste dengan penerapan 4 R (Recycle, Replace, Reduce, and Reuse).
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T13263
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Aditiya Meinarno
Abstrak :
Penelitian tentang komunitas telah banyak dilakukan. Dengan unit analisis rumah tangga (kesatuan tugas bukan kekerabatan) penelitian ini melihat komunitas yang berlatar militer. Mayoritas dari anggota komunitas ini terkait dengan Operasi Seroja, sebuah aksi militer Indonesia terhadap Timor Portugis. Komunitas ini secara fisik (perumahan) berada di daerah Bekasi Utara, Jawa Barat. Perumahan ini dibangun sengaja oleh Yayasan Dharmais dan telah dihibahkan kepada para pejuang Seroja. Saat ini perumahan tersebut telah berusia 28 tahun. Pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana sebuah rumah tangga bertahan dan berkembang dalam komunitas? Bagaimana mereka beradaptasi dan siapa yang berperan di dalamnya. Untuk menjawab penelitian, peneliti menggunakan metode kualitatif. Peneliti mengumpulkan data dengan wawancara dan berpartisipasi. Mulai dari mengamati aktivitas rumah tangga dan ikut dalam beberapa kegiatan masyarakat Konsep-konsep yang dipakai dalam meneliti rumah tangga sebagai unit analisis. Informan utama adalah seorang warakawuri (janda karma suami gugur dalam tugas) dan dua rumah tangga pendukung. Memakai lima aktivitas rumah tangga yang dikenalkan oleh Wilk dan Netting (1984), yaitu produksi, reproduksi, transmisi, distribusi dan coresidence. Juga dicobakan pembuatan sosiogram untuk melihat bagaimana pola hubungan para informan. Rumah tangga bertahan dengan mengerahkan seluruh anggota keluarganya untuk bisa bertahan. Adapun lima kategori aktivitas rumah tangga dilakukan. Para anggota di dalam rumah tangga berkontribusi atas rumah tangga, walau tidak semua aktivitas tersebut tidak menghasilkan uang. Strategi lainnya adalah dengan berhutang. Hutangan mi berasal dari orang-orang di luar lingkungan Seroja, salah satunya dengan bantuan Yayasan Repratama Seroja. Pihak lain yang ikut membantu adalah perusahaan pemantik. Para warga diajak untuk menjadi pengorek Ini menandakan bahwa adanya penopang dari luar komunitas. Yang berperan dalam komunitas adalah orang yang memiliki akses keluar dan mampu membawakan pekerjaan dan modal bagi warga.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21479
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catra Evan Ramadhani
Abstrak :
Penyebaran telepon seluler di negara-negara berkembang memiliki implikasi yang signifikan bagi negara-negara tersebut. Meskipun berbagai penelitian telah mengkaji berbagai keuntungan penggunaan telepon seluler, hubungan antara akses telepon seluler dan kesejahteraan ekonomi rumah tangga relatif masih menjadi perdebatan. Oleh karena itu, makalah ini mengkaji pengaruh telepon seluler terhadap pengeluaran rumah tangga pada tahun 2007 dan 2014 dengan menggunakan data Indonesian Family Life Survey (IFLS) atau Survei Aspek Kerumahtanggaan Indonesia (Sakerti) yang dikombinasikan dengan Survei Potensi Desa (PODES). Ordinary Least Square (OLS), Endogenous Treatment Regression (ETR), Quantile Regression, dan Two-way Fixed Effect Estimation digunakan untuk mengidentifikasi efek homogen dan heterogen dari penggunaan telepon seluler. Menurut hasil estimasi, akses telepon seluler dan kualitas sinyal meningkatkan pengeluaran rumah tangga secara signifikan. Menurut hasil Quantile Regression, akses telepon seluler memiliki pengaruh terbesar pada rumah tangga dengan distribusi pengeluaran yang tinggi. Hal ini menyoroti pentingnya mempromosikan kebijakan yang meningkatkan penggunaan telepon seluler dan infrastruktur pendukung pada rumah tangga dengan distribusi pengeluaran yang lebih rendah. ......The proliferation of mobile phones in developing countries has significant implications for these countries. Although numerous studies have examined the various advantages of mobile phone use, the relationship between mobile phone access and the economic welfare of households has received comparatively little attention. Consequently, this paper examines the effects of mobile phone on household expenditures in 2007 and 2014 utilising the Indonesian Family Life Survey (IFLS) combined with Potential Village Survey (PODES). Ordinary Least Square (OLS), Endogenous treatment regression (ETR), quantile regression, and two-way fixed effect estimations are used to identify the homogeneous and heterogeneous effects of mobile phone use. According to the estimated results, mobile phone access and signal quality significantly increases household expenditure. According to the results of quantile regression, mobile phone access has the greatest effect on the household with higher expenditure distributions. It is highlighting the importance of promoting a policy that increases mobile phone and the supporting infrastructure on the household with lower expenditure distributions.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadli Dharma Yudha
Abstrak :
Kemiskinan merupakan masalah yang masih menjadi fokus utama di berbagai negara khususnya Indonesia. Kemiskinan suatu daerah berbeda dengan daerah lainnya. Permasalahan mengenai ketepatan bantuan penerima masih menjadi masalah karena metode dan tidak adanya kriteria yang efektif. Desa Sukakersa merupakan desa yang mempunyai laju pertumbuhan penduduk tertinggi di Kecamatan Parakansalak yaitu 1,79% per tahun 2010-2020. Oleh sebab itu, diperlukan database yang dapat mengumpulkan dan mengelola data kependudukan untuk membantu menentukan karakteristik rumah tangga miskin. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola spasial peringkat karakteristik rumah tangga berdasarkan pemeringkatan menggunakan metode SAW dan SIG. Hasil penelitian ini menunjukan terdapat tiga karakteristik rumah tangga di Desa Sukakersa yaitu Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) sebanyak 24%, Rumah Tangga Miskin (RTM) 60%, dan Rumah Tangga Tidak Miskin (RTTM) 16%. Berikutnya, pola spasial karakteristik rumah tangga di Desa Sukakersa dapat diketahui melalui tingkat aksesibilitas. Jumlah karakteristik rumah tangga di Desa Sukakersa dominan berada pada tingkat aksesibilitas sedang dengan persentase 63% dari total 94 rumah tangga. Selain itu juga menunjukan bahwa karakteristik rumah tangga tidak dipengaruhi oleh tingkat aksesibilitas, di mana setiap tingkatan aksesibilitas didominasi oleh karakteristik rumah tangga miskin (RTM). ......Poverty is a problem that is still the main focus in various countries, especially Indonesia. Poverty of a region is different from other areas. The problem regarding the accuracy of beneficiary assistance is still a problem due to the lack of effective methods and criteria. Sukakersa Village is a village that has the highest population growth rate in Parakansalak District, namely 1.79% per year 2010-2020. Therefore, a database is needed that can collect and manage population data to help determine the characteristics of poor households. This study aims to analyze the spatial pattern of ranking household characteristics based on ranking using the SAW and GIS methods. The results of this study indicate that there are three household characteristics in Sukakersa Village, namely Very Poor Households (RTSM) of 24%, Poor Households (RTM) 60%, and Not Poor Households (RTTM) 16%. Next, the spatial pattern of household characteristics in Sukakersa Village can be identified through the level of accessibility. The dominant number of household characteristics in Sukakersa Village is at a moderate level of accessibility with a percentage of 63% of a total of 94 households. In addition, it also shows that household characteristics are not affected by the level of accessibility, where each level of accessibility is dominated by the characteristics of poor households (RTM)
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990
643.3 DAP
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Anderson, Edwin P.
Bombay: D.B. Taraporevala Sons, 1969
643.6 AND a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>