Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Nurhidayati
Abstrak :
Indonesia menjadi salah satu negara yang mengkonsumsi rokok tertinggi di dunia. Rokok bukan hanya populer dikalangan remaja maupun dewasa, namun dikalangan lanjut usia juga masih ditemukan. Sebanyak 27,6% penduduk usia lanjut menjadi perokok setiap hari. Intensitas merokok di kalangan lanjut usia pun mengalami kenaikan menjadi 23,5%. Dampak yang ditimbulkan oleh rokok untuk kalangan lanjut usia sangat berisiko pada kesehatan karena menimbulkan komplikasi jangka panjang. Berhenti merokok merupakan salah satu hal yang perlu dilakukan mengingat Indonesia akan berada dalam fase penuaan penduduk. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan lansia di Indonesia untuk berhenti merokok. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan data IFLS 5 tahun 2014. Hasil penelitian menunjukkan faktor yang paling mempengaruhi lansia untuk berhenti merokok adalah riwayat penyakit dengan OR 4.160 (95% CI: 3.519 – 4.917). Artinya lansia yang mempunyai riwayat penyakit memiliki peluang 4.160 kali untuk berhenti merokok dibandingkan lansia yang tidak mempunyai riwayat penyakit. Hal ini sejalan dengan penyakit yang mendominasi pada lansia salah satunya adalah penyakit degenerative akibat asap rokok dan penelitian di Turki meneyebutkan salah satu alasan seseorang berhenti merokok adalah karena riwayat penyakit yang dimiliki. Faktor lain yang mempengaruhi adalah usia, pendidikan, pendapatan, kepemilikan asuransi kesehatan, jumlah konsumsi rokok per hari, usia pertama kali merokok, merokok setelah bangun tidur, merokok saat sakit serta dapat menahan merokok di tempat umum. Dari hasil penelitian disarankan bagi pemerintah dapat menambah fasilitas posyandu lansia di setiap puskesmas untuk menjaring data riwayat penyakit yang di derita lansia di Indonesia dan melakukan pendampingan untuk berhenti merokok ......Indonesia is one of the countries that consume the highest cigarettes in the world. Cigarettes are not only popular among teenagers and adults, but also among the elderly. As many as 27.6% of the elderly population become smokers every day. The intensity of smoking among the elderly also increased to 23.5%. The impact caused by smoking for the elderly is very risky to health because it causes long-term complications. Quitting smoking is one thing that needs to be done considering that Indonesia will be in a phase of population aging. The purpose of this study was to determine the dominant factor in the elderly in Indonesia to stop smoking. This study is a quantitative study using IFLS 5 2014 data. The results showed that the most influencing factor for the elderly to quit smoking was a history of disease with an OR of 4.160 (95% CI: 3.519 – 4.917). This means that the elderly who have a history of disease have 4,160 times the opportunity to quit smoking compared to the elderly who do not have a history of the disease. This is in line with the disease that dominates in the elderly, one of which is degenerative disease due to cigarette smoke and research in Turkey states that one of the reasons a person quits smoking is because of the history of the disease they have. Other influencing factors are age, education, income, ownership of health insurance, number of cigarettes consumed per day, age at first smoking, smoking after waking up, smoking when sick and being able to refrain from smoking in public places. From the results of the study, it is suggested that the government can add posyandu facilities for the elderly in each health center to collect data on the history of diseases suffered by the elderly in Indonesia and provide assistance to stop smoking
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurrahma Fitria Ramadhani
Abstrak :
Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang terjadi akibat pankreas tidak membuat cukup insulin atau insulin yang dibuat tidak dapat digunakan secara efektif. Diabetes melitus sendiri dalam 20 tahun terakhir menunjukan angka kejadian yang terus meningkat. Faktor risiko diabetes seperti kelebihan berat badan (obesitas), diet yang tidak sehat, aktivitas fisik kurang yang menyumbang sekitar 80% dari peningkatan prevalensi diabetes. Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan sedentari dengan diabetes melitus di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data Indonesia Family Life Survey 5 tahun 2014/2015 dengan desain potong lintang dan didapatkan 3985 responden terbobot. Dilakukan analisis statistik univariat, bivariat menggunakan chi-square (CI: 95%) dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda. Dari 3985 responden didapatkan 291 (7,8%) responden diabetes dan 583 (14,04%) responden sedentari. Hasil analisis multivariat didapatkan hubungan sedentari dengan diabetes melitus setelah dikontrol dengan variabel konfounding (OR 1,5 95%CI: 1,07-2,11). Maka disimpulkan mengurangi kebiasaan sedenter baik dilakukan guna mencegah terjadinya diabetes melitus, dan diperlukannya perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat untuk mencegah terjadinya diabetes melitus. ......Diabetes mellitus is a chronic disease that occurs when the pancreas does not make enough insulin or the insulin that is made cannot be used effectively. Diabetes mellitus itself in the last 20 years shows an increasing incidence. Diabetes risk factors such as being overweight (obesity), unhealthy diet, lack of physical activity account for about 80% of the increase in diabetes prevalence. The purpose of this study was to examine the relationship between sedentary and diabetes mellitus in Indonesia. This study uses data from the Indonesia Family Life Survey 5 in 2014/2015 with a cross-sectional design and obtained 3985 weighted respondents. Univariate statistical analysis, bivariate using chi-square (CI: 95%) and multivariate analysis using multiple logistic regression test. From 3985 respondents, 291 (7.8%) diabetic respondents and 583 (14.04%) sedentary respondents. The results of multivariate analysis showed a sedentary relationship with diabetes mellitus after controlling for confounding variables (OR 1.5 95% CI: 1.07-2.11). It is concluded that reducing sedentary habits is good to do to prevent the occurrence of diabetes mellitus, and the need for changes in lifestyle to be healthier to prevent diabetes mellitus.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosa Nora Lina
Abstrak :
ABSTRAK
WHO melaporkan bahwa setiap hari lebih dari 7.200 bayi lahir mati dan memperkirakan lebih dari 9 juta bayi meninggal sebelum lahir atau pada minggu pertama kehidupannya periode perinatal . Penurunan angka kematian perinatal ini sangat ditentukan oleh penatalaksanaan kesehatan ibu pada saat kehamilan, menjelang persalinan dan setelah persalinan. Salah satu upaya dalam menurunkan angka kematian perinatal adalah dengan upaya menurunkan angka komplikasi kehamilan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan komplikasi kehamilan dengan kematian perinatal di Indonesia tahun 2007-2014 dengan menggunakan data sekunder IFLS V 2014. Desain studi dalam penelitian ini menggunakan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah bayi yang lahir hidup dan bayi yang mengalami kematian selama periode perinatal yang merupakan anak terakhir pada persalinan tunggal dengan total 2.245 responden. Hasil analisis multivariat menunjukkan ibu dengan komplikasi kehamilan dan memiliki riwayat kematian perinatal dengan nilai OR 7,85. Ibu dengan tidak komplikasi kehamilan dan memiliki riwayat kematian perinatal berisiko untuk mengalami kematian perinatal dengan nilai OR 10,66. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa riwayat kematian perinatal mempunyai peranan yang sangat besar pada kematian perinatal. Diharapkan pemerintah dalam penguatan buku kesehatan ibu dan anak Buku KIA .Kata kunci:Komplikasi Kehamilan, Kematian Perinatal, IFLS 5 2014.
ABSTRACT
WHO reported that everyday more than 7,200 babies are stillbirth and estimated more than 9 million die before birth or in the first week of life perinatal period . Decrease in this perinatal mortality is largely determined by the management of maternal health at the time of pregnancy, before labor and after delivery. One effort to reduce perinatal mortality is by reducing the rate of pregnancy complications. This study aims to determine the relationship of pregnancy complications with perinatal mortality in Indonesia in 2007 1014 using IFLS V 2014 secondary data. The study design in this study used cross sectional. Population in this study was live birth infants infants who died during the perinatal period and who are also the last child from the single labor with total 2,245 respondents. The results using multivariate analysis with logistic regression and controlled by height variable, perinatal death history, history of ANC visit, smoking habit, birth age and interaction history of perinatal death with pregnancy complication showed that mother with pregnancy complication and history of perinatal death has OR 7.85. While mothers with no complication of pregnancy and had a history of perinatal death at risk of perinatal mortality has OR 10.66. This study showed that the history of perinatal death has an important role in perinatal death. The government is expected to strengthen the application of maternal and child health book KIA Book .Key words Pregnancy Complications, Perinatal Mortality, IFLS 5
2017
T47636
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Lydia Gresari Br
Abstrak :

ABSTRAK
Nama : Lydia Gresari Br Sembiring
Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Judul : Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Pada Remaja 15-19
: Tahun di Indonesia: Analisis Data Indonesian Family Life Survey Five
: (IFLS5)
Pembimbing : Dr. Ir. Diah Mulyawati Utari M.Kes
Hipertensi pada remaja akan mempengaruhi peranan mereka sebagai calon generasi
bangsa berhubungan penurunan fungsi kognitif, peningkatkan resiko morbiditas dan
mortalitas terkait peningkatan kasus stroke dan gangguan jantung di usia muda.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor risiko yang
berhubungan dengan kejadian hipertensi pada remaja 15-19 tahun di Indonesia secara
nasional, di daerah perkotaan, dan perdesaan berdasarkan jenis kelamin, daerah tempat
tinggal, indeks massa tubuh berdasarkan usia (IMT/U), kondisi psikologis, tingkat
keanekaragaman makanan, ketahanan pangan, konsumsi protein, konsumsi sayuran,
buah, gorengan, makanan dan minuman manis, makanan cepat saji, makanan instan dan
aktifitas fisik, serta kebiasaaan merokok menggunakan data IFLS 5 dengan desain
penelitian cross-sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di
perkotaan (7,85%) lebih besar dibandingkan tingkat nasional (6,78%) dan daerah
perdesaan (5,14%). Terdapat hubungan jenis kelamin dan indek massa tubuh
berdasarkan usia, ketahanan pangan dengan hipertensi secara nasional, di daerah
perkotaan dan perdesaan, variabel konsumsi sayuran berhubungan dengan hipertensi
hanya secara nasional, sedangkan aktifitas fisik berhubungan dengan hipertensi hanya di
daerah perdesaan. IMT/U merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan
hipertensi secara nasional (OR: 3,818) dan di daerah perkotaan (OR: 4,238), namun
faktor dominan di perdesaan adalah jenis kelamin (OR:2,974). Penelitian ini
menegaskan faktor resiko hipertensi pada remaja bersifat multifaktoral seperti yaitu
jenis kelamin, status gizi IMT/U, ketahanan pangan dan konsumsi sayuran.
Kata kunci:
Hipertensi, remaja, 15-19 tahun, IFLS 5


ABSTRACT
Name : Lydia Gresari Br Sembiring
Study Program: Nutrition Science
Title : Prevalance and Risk Factor of Hypetension in Adolence among15-19
: years in Indonesia : Analysis Data Indonesian Family Life Survey Five
: (IFLS5)
Counsellor : Dr. Ir. Diah Mulyawati Utari M.Kes
Hypertension in adolescents will affect their role as a generation that results in
decreased cognitive function, increased risk of morbidity and mortality related to
increased cases of stroke and heart disorders at a young age. This study aims to
determine the prevalence and risk factors associated with the incidence of hypertension
in adolescents 15-19 years in Indonesia in urban areas, and rural areas based on sex,
residence, body mass index based for age, psychological level, level food contribution,
food security, protein consumption, consumption of vegetables, fruits, fried foods,
sweet foods and drinks, fast food, instant foods and physical activities, and smoking
habits using IFLS 5 data with cross-sectional research design. The results showed that
the prevalence of hypertension in urban areas (7.85%) was greater than the national
level (6.78%) and rural areas (5.14%). Regarding sex and mass index based on age,
food security with national hypertension, in urban and rural areas, the vegetable
consumption variable is related to hypertension only nationally, while physical activity
related to hypertension is only in rural areas. BMI for age is the dominant factor
associated with hypertension nationally (OR: 3,818) and in urban areas (OR: 4,238), but
the dominant factor in rural areas is gender (OR: 2,974). This study discusses the risk
factors for hypertension in multifactoral adolescents such as sex, nutritional status of
BMI for age, food security and vegetable consumption.
Key words:
Hypertension, adolescent, 15-19 years old, IFLS 5

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Sakurta Harapen
Abstrak :
Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling umum dan banyak disandang masyarakat. Data dari World Health Organization (WHO), diperkirakan pada tahun 2025 setiap tahunnya 9,4 juta orang akan meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada penduduk Indonesia. Penelitian ini merupakan analisis lanjut Indonesian Family Life Survey 5 / SAKERTI 2014. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional dengan uji bivariat. Secara statistik, terdapat hubungan yang signifikan (p-value < 0,05) antara kejadian hipertensi dengan usia, wilayah tinggal, tingkat pendidikan, aktivitas fisik, merokok, obesitas, dan depresi. Upaya yang dilakukan untuk mengendalikan hipertensi dapat melalui kerjasama lintas sektor, seperti penguatan UKBM (Usaha Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) yang memadai di area urban serta rural untuk menjaga pola hidup sehat. Kegiatan difokuskan kepada upaya surveilans berbasis masyarakat, meningkatkan screening/deteksi dini dengan menjangkau masyarakat melalui pemanfaatan kader dan tokoh-tokoh masyarakat. ......Hypertension is one of the most common cardiovascular diseases. World Health Organization (WHO) estimated that in 2025 every year 9.4 million people will die from hypertension and its complications. This study aims to determine factors are associated with the incidence of hypertension in the Indonesian population. This research is a further analysis of the 2014 Indonesian Family Life Survey IFLS 5/SAKERTI 2014. The research methodology used in this study was cross-sectional with a bivariate test. Statistically, there is a significant relationship p-value <0.05 between the incidence of hypertension and age, area of ​​residence, level of education, physical activity, smoking, obesity, and depression. Efforts made to control hypertension can be through cross sectoral collaboration, such as strengthening adequate UKBM (Usaha Kesehatan Bersum berdaya Masyarakat) in urban and rural areas to maintain a healthy lifestyle. The activity focused on community based surveillance efforts, improving screening/early detection by reaching out to the community through the use of cadres and community leaders.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Fikry Al Akrom
Abstrak :
Malnutrisi merupakan kontributor tunggal dan terbesar tingginya morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. WHO mengestimasikan bahwa 45% kematian balita disebabkan karena masalah kekurangan gizi. Pada tahun 2018, wasting (salah satu bentuk kekurangan gizi) menempati peringkat kedua penyebab kematian pada balita di dunia. Di Indonesia, wasting masih menjadi masalah kesehatan yang serius, dengan prevalensi kasus sebesar 10,2%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian gizi kurang (wasting) pada balita usia 0-59 bulan di Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Indonesia Family Life Survey (IFLS) ke-5 tahun 2014. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan desain studi cross-sectional. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 587 balita yang menjadi responden IFLS 5. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi kejadian wasting pada balita adalah 9,71%. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan (p≤0,05) antara riwayat penyakit infeksi dan status pekerjaan ibu dengan kejadian wasting pada balita. Perhitungan derajat asosiasi menggunakan prevalence odds ratio (POR), menunjukkan bahwa peluang kejadian wasting lebih tinggi pada balita berumur 0-23 bulan (POR=1,70), berjenis kelamin laki-laki (POR=1,48), memiliki riwayat penyakit infeksi (POR=2,37), tidak diberikan ASI eksklusif (POR=1,15), diberikan MP-ASI pada waktu < 6 bulan (POR=1,57), memiliki riwayat BBLR (POR=1,66), memiliki ayah berpendidikan rendah (POR=1,09), ibu yang bekerja (POR=1,93), dan ayah yang tidak bekerja (POR=1,04). Oleh karena itu, diperlukan upaya bersama antara pembuat kebijakan/program dan masyarakat untuk dapat memberikan intervensi dan tatalaksana yang tepat terhadap balita yang mengalami wasting, serta memberikan edukasi faktor risiko wasting kepada keluarga balita (khususnya yang mengasuh balita) dan masyarakat. ......Malnutrition is the single largest contributor to high morbidity and mortality worldwide. The WHO estimates that 45% of under-five deaths are due to malnutrition. In 2018, wasting (a form of malnutrition) ranked as the second leading cause of death among children under five in the world. In Indonesia, wasting remains a serious public health problem, with a prevalence rate of 10.2%. This study aims to determine the factors associated with the incidence of wasting among children under the age of 0-59 months in East Java Province. This study used secondary data from the 5th Indonesia Family Life Survey (IFLS) in 2014. This study used a quantitative approach, with a cross-sectional study design. The number of samples used in this study was 587 toddlers who were part of IFLS 5 respondents. The results showed the prevalence of wasting in toddlers was 9.71%. The results of the chi-square statistical test showed that there was an association (p≤0.05) between the history of infectious diseases and mother's employment status with the incidence of wasting in toddlers. The degree of association calculation using the prevalence odds ratio (POR), showed that the odds of wasting was higher in children aged 0-23 months (POR = 1.70), being male (POR = 1.48), had a history of infectious diseases (POR = 2, 37), not exclusively breastfed (POR=1.15), given complementary food at <6 months (POR=1.57), had a history of LBW/low birth weight (POR=1.66), had a father with low education (POR=1.09), a working mother (POR=1.93), and a non-working father (POR=1.04). Therefore, joint efforts between policy and programme makers with the community are needed to be able to provide appropriate interventions and treatment for toddlers who experience wasting, as well as educate the risk factors for wasting to families of toddlers (especially those who took care for toddlers) and the community.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catherine Salsabila Azhara
Abstrak :
Latar belakang: Sariawan atau Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) merupakan keluhan ulserasi pada rongga mulut yang paling sering terjadi. SAR dapat terjadi karena beberapa faktor (multifactorial factor). Tujuan: Mengetahui faktor-faktor determinan yang mempengarahui kejadian Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) di Indonesia tahun 2014. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional menggunakan data sekunder dari Data IFLS 5 tahun 2014 (n=28.410). Analisi deskriptif, chi-square, dan regresi logistik dilakukan untuk melihat proporsi dan hubungan antara kejadian Stomatitis Aftosa Rekuren dengan variabel independen. Hasil: Hanya sebesar 18,39% reponden IFLS 5 mengalami kejadian Stomatitis Aftosa Rekuren di tahun 2014. Hasil bivariat (chi-square) menunjukkan ada hubungan kejadian Stomatitis Aftosa Rekuren dengan variabel independen terkait. Regresi logistik menunjukan kemungkinan kejadian Stomatitis Aftosa Rekuren yang paling signifikan pada responden berusia 18-34 tahun, perempuan, belum menikah, bertingkat pendidikan SMA, bertempat tinggal di Kota, memiliki tingkat stress yang sering, memiliki kebiasaan makanan yang sering mengkonsumsi soda, makanan manis, sambal, gorengan dan mempunyai pernyakit komorbid hipertensi, asma, paru-paru, kanker, rematik, dan pencernaan. Kesimpulan: Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kejadian Stomatitis Aftosa Rekuren. Hasil penelitian ini dapat berguna untuk memberikan informasi dan edukasi mengenai hubungan faktor resiko kejadian Stomatitis Aftosa Rekuren. ......Background: Recurrent Aphthous sSomatitis (RAS) is the most common complaint of ulceration in the oral cavity. RAS can occur due to several factors (multifactorial factors). Objective: To determine the determinant factors that influence the incidence of Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS) in Indonesia in 2014. Methods: This study is a descriptive study with a cross sectional design using secondary data from IFLS 5 data in 2014 (n=28,410). Descriptive analysis, chi-square, and logistik regression were performed to see the proportion and relationship between the incidence of recurrent aphthous stomatitis and the independent variables. Results: Only 18.39% of IFLS 5 respondents experienced the incidence of recurrent aphthous stomatitis in 2014. The bivariate (chi-square) results showed that there was a relationship between the incidence of recurrent aphthous stomatitis and the related independent variables. Logistic regression showed the most significant possibility of recurrent aphthous stomatitis in respondents aged 18-34 years, female, unmarried, high school education level, living in the city, having frequent stress levels, having food habits that often consume soda, sweet foods, chili sauce, fried food and has comorbid hypertension, asthma, lung, cancer, rheumatism, and digestion. Conclusion: There are many factors that influence the incidence of Recurrent Aphthous Stomatitis. The results of this study can be useful to provide information and education regarding the relationship of risk factors for the incidence of recurrent aphthous stomatitis.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Aswal Liambo
Abstrak :
ABSTRAK
Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian dini pada masyarakat, WHO melaporkan hampir satu milyar orang di dunia menderita hipertensi dan diprediksi meningkat menjadi 1,5 milyar pada tahun 2025 nanti. Kurang aktivitas fisik merupakan salah satu faktor risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi dengan usaha dan biaya yang tidak terlalu besar. Pada tahun 2013, prevalensi hipertensi pada penduduk dewasa di Indonesia sebesar 25,8 dan proporsi kurang aktivitas fisik sebesar 26,1 . Tujuan penelitian ini adalah mengetahui prevalensi hipertensi, proporsi kurang aktivitas fisik dan hubungan aktivitas fisik dengan hipertensi pada penduduk dewasa di Indonesia berdasarkan data IFLS 5 tahun 2014. Desain yang digunakan adalah cross sectional, populasi penelitian yakni seluruh penduduk dewasa ge;18 tahun yang menjadi responden IFLS 5 tahun 2014 dengan sampel sebanyak 26.043 responden. Kriteria hipertensi menggunakan pedoman JNC-7 140/90 mmHg , penilaian aktivitas fisik berdasarkan kebiasaan melakukan kegiatan fisik minimal selama 10 menit dalam seminggu, terdiri dari aktif dan kurang aktif. Uji statistik pada analisis bivariat dan multivariat menggunakan cox regression. Hasil analisis menunjukkan prevalensi hipertensi sebesar 24,09 , proporsi kurang aktivitas fisik sebesar 35,68 , serta terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan hipertensi P value 0,000 . Penduduk yang kurang aktivitas fisik berisiko 1,15 kali mengalami hipertensi dibandingkan penduduk yang memiliki aktivitas fisik aktif PR: 1,15; 95 CI: 1,09-1,21 . Disarankan kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan fisik ringan berupa jalan kaki minimal selama 30 menit setiap harinya dan kepada Dinas Kesehatan untuk berinovasi dalam memberikan edukasi kepada masyarakat terkait pentingnya aktivitas fisik dengan menggunakan sosial media Facebook, Twitter, Instagram dan lainnya .
ABSTRACT
Hypertension is the leading causes for prematur death worldwide. Globally, WHO reported about nearly one billion people living with hypertension and it is estimated that this number will escalate to more than 1,5 billion by the year 2025. Insufficient physical activity is one of the modifiable risk factors for hypertension, which is not required great effort and cost. In 2013, the prevalence of hypertension among Indonesian adults was 25,8 and the proportion of insufficient physical activity was 26,1 . This study aims to know the prevalence of hypertension, the proportion of insufficient physical activity and also its relationship among the Indonesian adults based on IFLS 5 data in 2014. A cross sectional study was conducted among 26.043 respondents in IFLS 5 aged 18 years and above. The JNC 7 guidelines used to defined hypertension if systolic blood pressure ge 140 mmHg and or diastolic ge 90 mmHg , whereas physical activity measured by the habit of performing physical activity for at least 10 minutes a week. Statistical test on bivariate and multivariate analysis using cox regression. The prevalence of hypertension was 24,09 and the proportion of insufficient physical activity was 35,68 . Statistical test shown there was a significant relationship between physical activity and hypertension P value 0,000 , people with insufficient physical activity at risk 1,15 times having hypertension than those with active physical activity PR 1,15 95 CI 1,09 1,21 . Adults should do at least 30 minutes walking everyday, province district health office needs to use social media such as Facebook, Instagram, Twitter, etc, in order to promoting the benefit of physical activity.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51082
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utri Triana
Abstrak :
Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang terus meningkat, tercatat berdasarkan Riskesdas tahun 2013 prevalensi PGK adalah 0,2% dan pada Riskesdas tahun 2018 meningkat menjadi 0,38%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi PGK dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian PGK di Indonesia. Data yang dianalisis adalah data Indonesian Family Life Survey (IFLS) 5 dan dianalisis untuk menghitung prevalence ratio (PR) dengan batas kepercayaan 95%. PGK didefinisikan berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan. Dari hasil analisis didapatkan prevalensi PGK di Indonesia sebesar 1,7%. Faktor risiko yang berhububungan secara signifikan dengan kejadian PGK diantaranya adalah kelompok umur 52-60 tahun (PR=2,159; 95% CI=1,368–3,406), kelompok umur 43-51 tahun (PR=2,186; 95% CI=1,454–3,287), kelompok umur 31-42 tahun (PR=2,150; 95% CI=1,463–3,160), laki-laki (PR=0,653; 95% CI=0,504–0,845), merokok PR=1,356 (95% CI=1,048–1,755), aktivitas fisik sedang (PR=1,399; 95% CI=1,015–1,929), hipertensi (PR=1,420; 95% CI=1,051–1,918), diabetes melitus (PR=2,631; 95% CI=1,666–4,156), kolesterol tinggi (PR=3,357; 95% CI=2,388–4,721), dan obesitas (PR=1,467; 95% CI=1,134–1,897). Kolesterol tinggi dan diabetes melitus merupakan variabel yang memiliki kemungkinan terbesar terhadap kejadian PGK. ...... Chronic kidney disease (CKD) is a health problem with increasing prevalence, recorded based on Riskesdas 2013 the prevalence of CKD was 0,2% and it increased to 0,38% in Riskesdas 2018. This study aims to determine the prevalence of CKD and factors associated with the occurrence of CKD in Indonesia. This analysis used The Indonesian Family Life Survey (IFLS) 5 and analyzed to calculate the prevalence ratio (PR) with a 95% confidence interval. CKD was defined based on the diagnosis of health workers. The analysis shows that the prevalence of CKD in Indonesia is 1,7%. Risk factors that significantly associated with CKD are the age group 52-60 years (PR=2,159; 95% CI=1,368–3,406), age group 43-51 years (PR=2,186; 95% CI=1,454–3,287), age group 31-42 years (PR=2,150; 95% CI=1,463–3,160), males (PR=0,653; 95% CI=0,504–0,845), smoking PR=1,356 (95% CI=1,048–1,755), moderate physical activity (PR=1,399; 95% CI=1,015–1,929), hypertension (PR=1,420; 95% CI=1,051–1,918), diabetes (PR=2,631; 95% CI=1,666–4,156), high cholesterol (PR=3,357; 95% CI=2,388–4,721), and obesity (PR=1,467; 95% CI=1,134–1,897). High cholesterol and diabetes are the variables that have the biggest possibility of CKD.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiqurrahman Saleh
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh stres dalam bekerja dan religiusitas terhadap konsumsi rokok seseorang. Stres dalam bekerja digunakan sebagai faktor pendorong konsumsi rokok. Sedangkan religiusitas digunakan sebagai faktor pencegah konsumsi rokok. Namun, apakah benar religiusitas dapat mencegah perokok yang mengalami stres kerja untuk mengurangi konsumsi rokoknya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penelitian ini menggunakan metode ordinary least square (OLS) dan menggunakan data IFLS 5. Konsumsi rokok digunakan sebagai variabel dependen berdasarkan pengeluaran komoditas rokok dan jumlah batang rokok yang dihisap. Sementara itu, variabel independen utama yang digunakan berupa stres dalam bekerja dan religiusitas berdasarkan subjektivitas individu. Kebaruan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah pekerja yang mengalami stres dan memiliki sifat religius terbukti memiliki kecenderungan untuk mengurangi konsumsi rokok dibandingkan mereka yang tidak religius. Variabel lainnya yang signifikan berkontribusi terhadap konsumsi rokok adalah lama waktu merokok, kondisi kesehatan, pendapatan per kapita, status pernikahan, jenis kelamin, usia, dan usia kuadrat. ......This research aims to determine the influence of job stress and religiosity on an individual's cigarette consumption. job stress is used as a driving factor for cigarette consumption, while religiosity is used as a preventive factor. However, can religiosity truly prevent smokers experiencing work-related stress from reducing their cigarette consumption? To answer this question, this study employs the ordinary least squares (OLS) method and utilizes data from IFLS 5. Cigarette consumption is used as the dependent variable based on expenditure on tobacco commodities and the number of cigarettes smoked. Meanwhile, the main independent variables used are job stress and religiosity based on individual subjectivity. The novelty found in this study is that workers who experience stress and possess religious characteristics have been proven to tend to reduce cigarette consumption compared to those who are not religious. Other significant variables contributing to cigarette consumption include duration of smoking, health condition, per capita income, marital status, gender, age, and squared age.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>