Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suhesti Handayani
Abstrak :
Bagi dokter anak, demam adalah temuan obyektif yang berguna untuk menunjukkan adanya onset suatu penyakit infeksi. Oleh karena sebagian besar penyebab demam adalah infeksi terutama virus, bakteri, atau penyakit kolagen. Walaupun demikian, pada umumnya demam pada anak akan berlangsung singkat dan tanpa konsekuensi serius. Kenaikan suhu tubuh pada anak saat awal perjalanan penyakit sering menyebabkan ketidaknyamanan, anak menjadi rewel dan iritabel sehingga merisaukan orangtua. Namun apakah suhu tubuh pada saat demam perlu diturunkan segera memerlukan pertimbangan antara keuntungan dan kerugiannya. Demam adalah peningkatan suhu tubuh di atas variasi normal harian akibat induksi dari pirogen endogen yang merangsang setting point (pusat pengatur suhu) di hipotalamus melalui pelepasan senyawa prostaglandin. Di lain pihak, pembentukan prostaglandin dapat dihambat oleh antipiretik non steroid dengan Cara menghambat enzim siklooksigenase . Antipiretik ideal adalah antipiretik yang efektif menurunkan demam dengan kejadian toksisitas rendah yang dapat diterima pasien. Oleh karena pada umumnya antipiretik digunakan sebagai obat di rumah, maka jenis antipiretik yang ideal juga harus memiliki keamanan yang tinggi atau risiko rendah terhadap overdosis terutama apabila digunakan untuk anak. Instruksi penggunaan harus jelas dan mudah diikuti oleh orangtua/pengasuh.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T21250
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lestari Nugrahini
Abstrak :
Ibuprofen is a nonsteroidal anti-inflammatory drug, an acidic compound, and causes irritation on gastric after oral administration. A formulation strategy to eliminate this adverse effect is ibuprofen formulated in drug carrier system as liposome. The objective of this study is to develop liposome contained ibuprofen which made by thin layer hydration. The formulation was made with three different concentrations of lecithin those are 100 mg; 300 mg; and 500 mg. The different concentrations of lecithin was done to learned the maximum entrapment of ibuprofen in liposome. Those liposome are investigated the forms of vesicle, distribution of particle size, and the effectivity of ibuprofen entrapment in liposome. The result obtained are that liposome in the form of round vesicle, distribution of particle size were fulfilled liposome standard, and the entrapment percentage of formula I is 46,72%, formula II is 59,53%, and formula III is 71,13%. Of the whole lecithin formula have been made, learned that the concentration of lecithin which entrapped ibuprofen effectively is formulation III with the entrapment percentage 71,13%.
Ibuprofen merupakan salah satu obat anti-inflamasi non steroid, bersifat asam dan menimbulkan iritasi pada lambung jika diberikan dengan sediaan oral. Salah satu pendekatan formulasi untuk mengatasi efek samping tersebut adalah ibuprofen diformulasikan dalam sistem pembawa liposom. Pada penelitian ini dikembangkan sediaan liposom yang mengandung ibuprofen dengan metode hidrasi lapis tipis. Formulasi dilakukan dengan tiga perbandingan konsentrasi lesitin yaitu 100 mg; 300 mg; dan 500 mg. Perbedaan konsentrasi lesitin dilakukan untuk mengetahui penjerapan ibuprofen yang maksimum dalam liposom. Liposom tersebut diperiksa bentuk vesikel, distribusi ukuran partikel dan volume penjerapan obat yang terjerap dalam liposom. Hasil yang diperoleh yaitu liposom berbentuk vesikel bulat, distribusi ukuran partikel yang memenuhi standar liposom, dan persentase penjerapan formula I adalah 46,72%, formula II adalah 59,53%, dan formula III adalah 71,13%. Dari ketiga formula liposom yang telah dibuat, diketahui bahwa komposisi lesitin yang dapat menjerap ibuprofen dengan maksimum yaitu formula III dengan persentase penjerapan sebesar 71,13%.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2009
S33064
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nirwana Sari
Abstrak :
Ibuprofen merupakan jenis obat pereda sakit yang memiliki kelarutan dalam air yang rendah sekitar 11 ug/mL. Akibat kelarutan yang rendah dalam air, ibuprofen memiliki bioavabilitas yang rendah pula. Dalam penelitian ini akan dilakukan sintesis mikroemulsi minyak dalam air M/A untuk meningkatkan kelarutan dan bioavabilitas ibuprofen. Saponin dari ekstrak buah lerak digunakan sebagai surfaktan, palm oil sebagai minyak dan span 20 sebagai kosurfaktan. Mikroemulsi optimum didapat dengan perbandingan Sm 9:1 Sm:oil 7:1 dengan ukuran droplet sekitar 3,6 nm ndash; 15,7 nm, tipe mikroemulsi minyak dalam air M.A . Mikroemulsi stabil dalam waktu penyimpanan selama 7 hari dan dalam larutan pH 1,2 sedangkan pada larutan pH 7,4 tidak stabil. Kelarutan ibuprofen dalam bentuk sediaan mikroemulsi meningkat menjadi 1,8 mg/mL dalam air. Studi interaksi ibuprofen dengan mikroemulsi dapat dilihat dengan FTIR. Ukuran mikroemulsi yang telah terloading ibuprofen juga meningkat menjadi 45,07 nm. Ibuprofen yang tersolubilisasi ke dalam mikroemulsi berada pada bagian mikroemulsi yang bersifat hidrofob. Persen disolusi ibuprofen pada larutan pH 1,2 suasana lambung sebanyak 4 selama 2 jam sedangkan, pada larutan pH 7,4 suasana usus sebanyak 82,6 selama 12 jam. ......Ibuprofen is a type of painkiller that has a low solubility in water about 11 g mL. Due to low solubility in water, ibuprofen has a low bioavability as well. In this research will be synthesized microemulsion oil in water O W to increase solubility and bioavability of ibuprofen. Saponins from lerak fruit extracts are used as surfactants, palm oil as oil and span 20 as cosurfactants. The optimum microemulsion was obtained by Sm 9 1 Sm oil 7 1 with droplet size about 3.6 nm 15.7 nm and the type of microemulsion is oil in water O W . Microemulsions are stable for 7 days and in pH 1,2 was stable and unstable in pH 7.4. The solubility of ibuprofen in microemulsion increased to 1.8 mg mL in water. The interaction studies of ibuprofen with microemulsions characterizated with FTIR. The size of the microemulsion loaded ibuprofen also increased to 45.07 nm. Ibuprofen solubilized in hydrophobic part of microemulsion. The percentage dissolution of ibuprofen in pH 1,2 is 4 for 2 hours, in pH 7.4 is 82.6 for 12 hours.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69195
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Athalia Aghani
Abstrak :
Suspensi oral ibuprofen yang diindikasikan sebagai penurun demam anak memiliki waktu kedaluwarsa yang tercantum pada kemasan sediaannya, namun belum ada data mengenai beyond use date (BUD) dari suspensi oral ibuprofen. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data BUD suspeni oral ibuprofen berdasarkan penetapan kadar sediaan pada interval waktu yang telah ditentukan. Penetapan kadar dilakukan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) detektor UV/Vis pada panjang gelombang 220 nm dengan standar internal benzofenon. Analisis dilakukan menggunakan kolom C-18 Waters Spherisorb® (250 mm x 4,6 mm i.d; 5 μm) dengan fase gerak asetonitril-asam fosfat 0,01 M (63:37, v/v). Mode elusi yang digunakan yakni isokratik dengan laju alir 1 mL/menit dengan waktu analisis 10 menit. Waktu retensi ibuprofen dan benzofenon berturut-turut adalah 6,92 dan 7,68 menit. Analisis bersifat selektif ditunjukkan oleh tidak adanya gangguan di sekitar waktu retensi ibuprofen dan benzofenon. Persamaan regresi linier kurva kalibrasi yaitu y = 0,9517x + 0,0433 dengan nilai koefisien korelasi (r) adalah sebesar 0,9998. LOD dan LOQ ibuprofen secara berturut-turut diperoleh sebesar 13,3021 μg/mL dan 40,3094 μg/mL. Metode bersifat akurat dan presisi (nilai perolehan kembali sebesar 99,49-100,76% dan nilai koefisien variasi sebesar 0,20-0,54%). Suspensi oral ibuprofen secara umum dan sampel E berturut-turut mencapai BUD setelah 124 dan 36 hari terhitung sejak pembukaan pertama kemasan primer.
Ibuprofen oral suspension which is indicated as a fever reducer in children has an expiration date listed on the packaging, but there is no data on the beyond use date (BUD) of ibuprofen oral suspension. This study aims to obtain BUD data of ibuprofen oral suspension based on the determination of dosage levels at predetermined time intervals. Assays were carried out using a High-Performance Liquid Chromatography (HPLC) UV/Vis detector at a wavelength of 220 nm with an internal standard of benzophenone. Analysis was performed using a C-18 Waters Spherisorb® column (250 mm x 4.6 mm i.d; 5 μm) with 0.01 M (63:37, v/v) acetonitrile-phosphoric acid as mobile phase (63:37, v/v). The elution mode used was isocratic with a flow rate of 1 mL/minute with an analysis time of 10 minutes. The retention time of ibuprofen and benzophenone were 6.92 and 7.68 minutes, respectively. Selective analysis was indicated by the absence of disturbances around the retention time of ibuprofen and benzophenone. The linear regression equation for the calibration curve was y = 0.9517x + 0.0433 with a correlation coefficient (r) was 0.9998. The LOD and LOQ of ibuprofen were 13.3021 μg/mL and 40.3094 μg/mL, respectively. The method is accurate and precise (recovery value was 99.49-100.76% and coefficient of variation value was 0.20-0.54%). The ibuprofen oral suspension in general and sample E reached BUD after 124 and 36 days, respectively, from the first opening of the primary pack.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Nurul Imani
Abstrak :
Photocatalytic degradsi Ibuprofen dalam larutan air dilakukan dengan menggunakan ion besi sebagai activator persulfat (PS) pada cahaya tampak. Nanopartikel hematite disintesis dengan menggunakan metode hidrotermal. Pada penelitian ini, tiga variasi weight percent graphene ditambahkan pada nanopartikel hematite untuk mendapatkan performa katalitik terbaik. Katalis nanokomposit dengan sepuluh wight percent graphene menunjukkan performa katalitik terbaik, kemudian katalis ini ditambahkan dengan dua variasi weight percent perak. Seluruh material kemudian dikarakterisasi dengan X-ray Diffraction (XRD), Thermal Gravimetric Analysis (TGA), X-ray Fluorescence (XRF), Raman, UV-Vis DRS dan BET. Proses degradasi diamati dibawah parameter eksperimen yang berbeda, seperti konsentrasi awal dan pH. Performa katalitik terbaik diperoleh pada konsentrasi IBP dan pH yang rendah. Peningkatan kosentrasi PS dan dosis katalis juga menunjukkan tingkat degradasi optimum. Nanokomposit Ag/Fe2O3/Graphene memiliki tingkat degradsi yang lebih baik daripada hematite/Graphene dan nanopartikel hematite. Hasil uji scavenger menunjukkan bahwa elektron merupakan spesies aktif dalam proses fotokatalitik ini. ......­Ibuprofen photocatalytic degradation in the aqueous solution was carried out using Iron ions as persulfate (PS) activators under visible light irradiation. Hematite nanoparticle was synthesized using hydrothermal method. In this study, three variations of the graphene weight percent were added to nanoparticles to obtain the nanocomposite’s best photocatalytic performance. The nanocomposite catalyst with ten weight percent graphene showed the best photocatalytic performance, then this catalyst was added with two weight percent variations of silver. All materials were then characterized by X-ray Diffraction (XRD), Thermal Gravimetric Analysis (TGA), X-ray Fluorescence (XRF), Raman, UV-Vis DRS and BET. The degradation was investigated under different experimental parameters such as initial dye concentration and pH. The best photocatalytic performance was obtained at low Ibuprofen concentration and pH. An increase in PS concentration and catalyst dosage indicates the optimum degradation rate. Ag/hematite/graphene nanocomposite gives a better degradation rate than the hematite/graphene and hematite nanoparticle. Scavenger result showed that electrons are the active species in the photocatalytic process.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Metta Sinta Sari Wiria
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah bioavailabilitas formulasi ibuprofen suppositoria 125 mg yang diproduksi oleh PT Kalbe Farma,Tbk. (Ibukal®) bioekivalen dengan produk yang sama dari komparatornya (Proris®). Parameter farmakokinetik yang dinilai dalam studi ini ialah luas daerah di bawah kurva kadar - waktu selama 10 jam (AUC0-t), luas daerah di bawah kurva kadar - waktu sampai waktu tak terhingga (AUC0-inf), kadar puncak (Cmax), dan waktu untuk mencapai kadar puncak (tmax). Penelitian ini menggunakan rancangan menyilang acak, tersamar tunggal yang mengikutsertakan 12 sukarelawan dewasa sehat. Sukarelawan dipuasakan semalam dan keesokan harinya diberi 1 suppositoria obat uji (produk PT.Kalbe-Farma) atau 1 suppositoria obat pembanding (produk komparatornya). Contoh darah diambil pada jam ke 0 (kontrol), 20 min; 40 min; 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 4; 6; 8; dan 10 jam setelah pemberian obat. Setelah 1 minggu periode washout, prosedur ini diulang dengan memberikan obat pembandingnya. Kadar obat ditentukan dengan kromatografi cair kinerja tinggi dengan detektor ultraviolet. Pada penelitian bioavailabilitas ini, rerata (SD) AUC0-t, AUC0-inf, Cmax dan tmax dari obat uji masing-masing adalah 28,59(3,37) µg.jam.mL-1, 30,47(3,56) µg.jam.mL-1,8,24(1,44)µg/mL, dan 1,33(0,44) jam. Rerata (SD) AUC0-t, AUC0-inf, Cmax dan tmax dari obat pembanding masing-masing adalah 28,13(8,14) µg.jam.mL-1, 30,56(8,05) µg.jam.mL-1, 8,27(2,88) µg/mL, dan 1,79(0,33) jam. Rasio rerata geometrik obat uji terhadap obat pembandingnya ialah 104,38% untuk AUC0-t, 101,97% untuk AUC0-inf, dan 104,02% untuk Cmax, Nilai 90% confidence intervals(CI) nya ialah 90,38-120,54% untuk AUC0-t, 89,51-116,16% untuk AUC0-inf, dan 85,73-126,16% untuk Cmax. Tidak ada efek samping yang dijumpai dalam penelitian ini. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa Ibuprofen suppositoria 125 mg produksi PT. Kalbe Farma,Tbk. (Ibukal®) bioekuivalen dengan produk yang sama dari komparatornya (Proris®). (Med J Indones 2007; 16:181-6).
This study was aimed to investigate the bioequivalence of ibuprofen 125 mg suppository formulation (Ibukal®, test formulation from PT. Kalbe Farma, Tbk., Jakarta) and the ibuprofen suppository comparative formulation (Proris®, from PT. Pharos Indonesia, Jakarta) in 12 healthy volunteers. The pharmacokinetic parameters used in this study were the area under the concentration-time curve from time zero to hour 10 (AUC0-t), the area under the concentration-time curve from time zero to infinite (AUC0-inf), the maximum concentration (Cmax), and the time needed to reach the maximum concentration (tmax). The study was designed as a random cross-over fashion, single-blinded which included 12 healthy adult volunteers. The volunteers were fasted overnight and in the morning they received a suppository of the test drug (Ibukal®) or a suppository of the comparative drug (Proris®). Blood samples were withdrawn on hour 0 (control), 20 min; 40 min; 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 4; 6; 8; and 10 time points after the administration of the drug. Following a wash-out period of 1 week, this procedure was repeated using the other drug. The serum concentration of the drug was determined by means of high-performance liquid chromatography with ultraviolet detection. The results of the study showed that, the mean (SD) of AUC0-t, AUC0-inf, Cmax and tmax of the test drug were, respectively, 28.59(3.37) µg.h.mL-1, 30.47(3.56) µg.h.mL-1, 8.24(1.44) µg/mL, and 1.33(0.44) h. The mean (SD) of AUC0-t, AUC0-inf, Cmax and tmax of the comparative drug were, respectively, 28.13(8.14) µg.h.mL-1, 30.56(8.05) µg.h.mL-1, 8.27(2.88) µg/mL, and 1.79(0.33) h. The geometric means ratio of the test to the comparative drug were 104.38% (CI 90%: 90.38-120.54%) for AUC0-t, 101.97% (CI 90%: 89.51-116.16%) for AUC0-inf, and 104.02% (CI 90%: 85.73-126.16%) for Cmax. There was no side effect of the drug detected in this study. From the results we can conclude that the 125 mg of ibuprofen suppository of PT Kalbe Farma, Tbk. (Ibukal®) is bioequivalent to that of the comparative drug (Proris®). (Med J Indones 2007; 16:181-6)
Medical Journal of Indonesia, 2007
MJIN-16-3-JulySept2007-181
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ni Putu Veny Kartika Yantie
Abstrak :
Latar belakang: Morbiditas akibat duktus arteriosus paten (DAP) pada neonatus cukup bulan (NCB) cukup tinggi. Peran prostaglandin E2 (PGE2), trombosit (immature platelet fraction, IPF), dan vascular endothelial growth factor (VEGF) pada penutupan DA secara fungsional dan anatomis pada NCB belum banyak diteliti. Patofisiologi terjadinya DAP dapat memengaruhi tata laksana farmakologi dini yang belum terstandardisasi pada NCB. Penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid seperti ibuprofen dimungkinkan dapat menghambat jalur sintesis prostaglandin dengan efek samping minimal. Tujuan: Mengkaji peran prostaglandin E2, VEGF, IPF, dan efek pemberian ibuprofen oral dalam proses penutupan DA pada NCB. Metode: Penelitian dilakukan di rumah sakit (RS) Sanglah Denpasar, RS Prima Medika Denpasar, dan RS Umum Daerah Wangaya Denpasar, dalam periode Maret sampai Agustus 2015. Penelitian terdiri dari 2 desain, pertama desain potong lintang pada pasien dengan DAP dan tanpa DAP secara consecutive sampling dan desain kedua uji klinis acak terkontrol ganda pada pasien DAP usia ≥ 48 jam. Pasien dengan DAP kemudian dimasukkan dalam uji klinis, dilakukan randomisasi untuk diberikan perlakuan ibuprofen oral dosis hari pertama 10 mg/kg, hari kedua dan ketiga 5 mg/kg atau plasebo. Pemantauan hemodinamik dan efek samping obat dilakukan selama pemberian perlakuan. Pemeriksaan ekokardiografi, PGE2, VEGF, IPF, dan kreatinin dilakukan pada hari pertama dan keempat pascapemberian perlakuan. Hasil: Terdapat 64 subjek yang diteliti pada desain pertama dan 32 subjek pada desain kedua. Rerata kadar PGE2 lebih tinggi pada kelompok dengan DAP dibanding tanpa DAP, sedangkan rerata kadar VEGF dan IPF tidak berbeda. Ibuprofen oral tidak terbukti menurunkan diameter DA pascaperlakuan, tidak terdapat perbedaan rerata diameter pada kedua kelompok. Terdapat hubungan positif sedang terhadap perubahan kadar PGE2 dengan perubahan diameter DAP pascaperlakuan. Tidak terdapat perubahan hemodinamik atau efek samping akibat pemberian ibuprofen oral atau plasebo pada NCB dengan DAP. Simpulan: Tingginya kadar PGE2 terbukti berperan dalam patensi DA pada NCB. Ibuprofen oral dosis 10 - 5 - 5 mg/kgBB tidak mengecilkan diameter DAP.
Background: Serious morbidity impact due to patent ductus arteriosus (PDA) in full-term neonates remains high. The functional role of prostaglandin E2 (PGE2), platelet (immature platelet fraction, IPF), and vascular endothelial growth factor (VEGF) has not been studied in the closure mechanism of ductus arteriosus (DA). Understanding of pathophysiology of PDA may influence early pharmacological treatments, which have not been standardized in full-term neonates. The use of non-steroidal anti-inflammatory drugs such as ibuprofen can be beneficial as a pharmacological agent in enhancing the closure of PDA with minimal adverse effects. Objectives: To evaluate the role of prostaglandin E2, VEGF, IPF, and the effect of oral ibuprofen in the process of DA closure in full-term neonates. Methods: This study was conducted in Sanglah General Hospital, Prima Medika Hospital, and Wangaya Hospital Denpasar. The study consisted of two designs, the first was cross-sectional design in subjects with and without PDA using consecutive sampling and the second was double blind randomized controlled trial in full-term infant aged ≥ 48 hours. Subjects with PDA were randomized to oral ibuprofen and placebo administration, in which ibuprofen was given consecutively 10 - 5 - 5 mg/kg. All subjects underwent echocardiography, PGE2, VEGF, and IPF assays. Hemodynamics monitoring was evaluated during trial and adverse effect due to ibuprofen was recorded by measuring urine volume and plasma creatinine level. Results: From March to August 2015, there were 64 subjects recruited for the first design and 32 subjects in the second design. The mean level of PGE2 was higher significantly in the group with PDA than non PDA group, while the mean levels of VEGF and IPF showed no difference. In the second design, oral ibuprofen showed no effect in reducing DA diameter after treatment. There were no differences in mean diameter of DA in both groups before and after treatments. There was moderate positive relationship between levels of PGE2 and the change of PDA diameter. There were neither hemodynamic changes nor adverse effect due to the administration of oral ibuprofen or placebo. Conclusions: A high level of PGE2 appears to play a pivotal role in DA patency of full-term neonates. Administration of oral ibuprofen in 10 - 5 - 5 mg/kg schedule could not induce PDA closure in full-term neonates.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Kosmartua
Abstrak :
ABSTRAK


Kemampuan enzim untuk dapat mengkatalis reaksi kimia secara stereospesifik telah dimanfaatkan untuk memisahkan obat yang memiliki molekul dalam bentuk rasemat, sehingga dihasilkan enansiomer tunggal yang mempunyai sifat aktif farmakologis dari enansiomer pasangannya yang bersifat tidak aktifdan toksik.

Tujuan penelitian mi adalah untuk mengetahui kemampuan kapang Aspergillus niger UICC 159 dalam meresolusi (R,S )ester metil ibuprofen.

Untuk mengetahui kapang Aspergillus niger UICC 159 dalam proses biotransfonmasi resolusi dilakukan penentuan kondisi dimana proses tersebut dapat berlangsung. Hal mi dilakukan dengan menentukan aktivitas lipolitik optimum, kurva pertumbuhan, dan kecepatan gojogan. Setelah didapatkan data tersebut, kemudian dilakukan proses biotransformasi clan hasilnya dianalisis dengan kromatografi lapis tipis, KCKT, clan polarimeter.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemisahan campuran rasemat terjadi dengan waktu inkubasi 64 jam, waktu penambahan substrat pada jam ke-40, dan kecepatan gojogan 140 gojogan per menit. Didapatkan pemisahan yang nyata melalui kromatografi lapis tipis dengan Rf untuk ester metil ibuprofen 0,95 dan Rf ibuprofen 0,64, dengan menggunakan alat KCKT didapatkan waktu retensi sekitar 3,700 untuk ester metil ibuprofen dan 3,400 untuk ibuprofen. Dari analisis menggunakan alat polanimeter didapatkan hasil bahwa ester metil ibuprofen mempunyai derajat polanisasi spesifik 56,25 dan untuk ibuprofen sebesar - 37,40, sehingga dapat disimpulkan bahwa kapang Aspergillus niger UICC 159 mampu menghidrolisis ester metil ibuprofen pada konfigurasi R.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nur Azizah
Abstrak :
Sediaan lepas tunda adalah sistem pelepasan termodifikasi, dimana obat tidak langsung dilepaskan setelah diberikan, dengan tujuan melindungi lambung dari obat yang dapat mengiritasi. Pembuatan sediaan lepas tunda membutuhkan eksipien yang dapat menahan pelepasan obat dilambung, yaitu dengan melakukan modifikasi protein kedelai dengan cara suksinilasi dan asetilasi. Tujuan penelitian ini adalah membuat tablet enterik ibuprofen menggunakan protein kedelai suksinat asetat sebagai pembentuk matriks. Protein kedelai suksinat asetat (PKSA) adalah eksipien yang dibuat dari reaksi suksinilasi dengan suksinat anhidrida 125% b/b dan asetilasi dengan asetat anhidrida 125% v/b. Derajat substitusi PKSA sebesar 75,25%. Matriks tablet enterik ibuprofen dibuat dalam 3 formula dengan metode granulasi basah. F1 yang mengandung PKSA merupakan formula yang lebih baik dibandingkan dengan F2 (PKSA:HPMCP) 1:1 dan F3 (HPMCP). Laju disolusi maksimum F1 adalah pada menit ke 15 sebesar 16,07% dalam pH 1,2 dan 72,31% dalam pH 6,8. Substitusi bertingkat suksinilasi dan asetilasi belum dapat digunakan sebagai matriks tunggal sediaan lepas tunda. ......Delayed release dosage is modified release system which the drug is not immediately released after administration, with the purpose to protecting the stomach from medications can cause irritate. Making delayed release dosage require an excipient that can hold the release of drugs in stomach, that is by doing the modification of soy protein with succinylation and acetylation. The purpose of this research is to make the enteric tablet of ibuprofen use soy protein acetate succinate as matrix formers. Soy protein acetate succinate (SPAS) is an excipient made from succinylation with succinate anhydride 125% w/w and acetylation with acetate anhydride 125% v/w. SPAS has degree of substitution 75,25%. Matrix enteric tablet of ibuprofen made in 3 formulas by wet granulation method. F1 is containing SPAS is a better formula to compared with F2 containing SPAS:HPMCP 1:1 and F3 containing HPMCP. The maximum dissolution rate F1 is on the 15 minutes by 16,07% in pH 1,2 and 72,31% in pH 6,8. Multilevel substitution with succinylation and acetylation can’t be used as single matrix delayed release dosage.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S59552
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>