Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Budi Alamsjah
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan PWS Berta pengaruh PWS terhadap peningkatan cakupan imunisasi di D.K.I. Jakarta selama tahun 1990 dan 1991. Sumber data untuk penelitian ini adalah data primer yang diambil dengan wawancara dan data sekunder yang berupa hasil cakupan imunisasi (aksesibilitas, kelengkapan, ketidaksinambungan imunisasi ), catatan buku biru, buku PWS. Jumlah puskesmas yang diambil pada tahun 1989 adalah 299 buah , pada tahun 1990 adalah 306 buah dan pada tahun 1991 adalah 307 buah ; jumlah ini diluar puskesmas yang ada di Kepulauan Seribu.
Dalam penelitian ini digunakan tabulasi silang , analisa stratifikasi. Disamping itu juga digunakan analsis regresi logistik ganda, untuk mengetahui besarnya pengaruh setiap faktor yang diteliti dengan mengendalikan semua faktor lain yang ikut mempengaruhi asosiasi tersebut.
Dari hasil analisa data diperoleh hasil bahwa PWS bermanfaat didalam peningkatan proporsi puskesmas yang dapat mencapai target aksesibilitas dan kelengkapan imunisasi selama tahun 1990 dan 1991, juga peningkatan proporsi puskesmas dengan ketidaksinambungan ringan selama tahun 1990 dan 1991.
Dengan adanya penelitian ini dapat diketahui :
1.Pemantauan Wilayah Setempat di D.K.I. telah melembaga.
2.PWS bermanfaat didalam peningkatan proporsi puskesmas yang dapat mencapai target aksesibilitas dan kelengkapan imunisasi selama tahun 1990 dan 1991, juga peningkatan proporsi puskesmas dengan ketidaksinambungan ringan selama tahun 1990.
3.PWS merupakan alat manajemen sederhana yang praktis yang harus dimanfaatkan oleh jajaran kesehatan secara melembaga dalam semua siklus pengambilan keputusan untuk memantau penyelenggaraan program imunisasi."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Chriswardani Suryawati
"ABSTRAK
Angka kesakitan balita masih cukup tinggi di Kotip Depok, begitu juga perkiraan angka kematian bayi karena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Balita yang sakit perlu diobati dan yang sehat perlu diimunisasi.Untuk itu perlu upaya memanfaatkan pelayanan kesehatan. Cakupan imunisasi di Kotip Depok sudah melampaui target program, sedangkan sarana pelayanan kesehatan tersedia secara merata dan bervariasi. Banyak faktor penyebab pemanfaatkan pelayanan kesehatan, tetapi pemanfaatan pelayanan imunisasi dan pengobatan balita di Kotip Depok belum diketahui. Apakah pelayanan kesehatan yang ada terjangkau dari segi harga pelayanan, kemampuan membeli, sumber pembiayaan, jarak dan waktu pelayanan. Masalah tersebut dicoba dijawab dengan memanfaatkan teori demand pelayanan kesehatan.
Untuk itu dilakukan survei dan data diambil secara cross sectional terhadap 560 keluarga di Kelurahan Depok dan Pancoran Mas, Kecamatan Pancoran Mas. Kerangka konsep penelitian diadaptasi dari model Andersen {1975). Ada dua variabel terikat yang dilihat secara tersendiri dan tak diperbandingkan, yaitu: imunisasi bayi dan pengobatan balita. Variabel babas yaitu: needs/ kebutuhan, pengeluaran rumah tangga, biaya pengobatan atauimunisasi, biaya transportasi, pemafaatan asuransi kesehatan (PHB, JPKTK, klaim perusahaan, dana sehat, askes swasta murni), time cost dan pendidikan. Demand imunisasi meliputi sarana puskesmas, posyandu, dokter/paramedis praktek dan OPD Rumah Sakit/ Poliklinik untuk jenis imunisasi BCG, DPT1-3 dan Poliol-3. Imunisasi Campak tidak diteliti. Untuk pengobatan balita melihat pola demand pada sarana pelayanan Paramedis praktek, dokter praktek, Puskesmas, dan berobat sendiri/ beli obat.
Pada imunisasi BCG terjadi elastisitas harga silang antara Puskesmas - Posyandu (inelastic) dan antara Puskesmas - Dokter/ Paramedis praktek (elastic). Variabel needs dan pengeluaran keluarga hanya bermakna pada imunisasi BCG. Time cost berpengaruh dallam imunisasi DPT1, DPT2, DPT3, Poliol, Polio2 dan Polio3 (in-elastic). Biaya imunisasi bersifat inelastic terhadap demand imunisasi DPT1 dan DPT2 di posyandu.
Hasil demand pengobatan balita menunjukkan variabel needs berpengaruh terhadap demand di paramedis praktek, puskesmas dan berobat sendiri/ beli obat. Biaya pengobatan berpengaruh terhadap demand puskesmas dan dokter praktek. Biaya transpor berpengaruh pada demand di puskesmas dan berobat sendiri/ beli obat. Time cost berpengaruh pada demand pengobatan di Puskesmas.
Untuk intervensi program imunisasi perlu diperhatikan: a.sarana swasta : needs, biaya imunisasi sarana lain yang substitutif serta kemampuan membayar ,b.untuk posyandu: biaya imunisasi dan time cost. Sebagai public goods, peningkatan biaya imunisasi di Puskesmas dan Posyandu sulit dilakukan, tetapi peningkatan kualitas, pelayanan (efektivitas vaksin dan alat suntik yang disposable) tetap harus terus diupayakan.
Untuk upaya pengobatan, intervensi program dilakukan dengan memperhatikan:
a. sarana swasta: variabel needs dan biaya pengobatan,
b. sarana puskesmas: variabel needs, biaya pengobatan, biaya tranpor serta time cost. Sebagai private goods,biaya pengobatan masih dapat ditingkatkan dengan 'mempertimbangkan aspek tehnis medis, kemampuan membayar, kualitas pelayanan dan ketersediaan sarana pelayanan yang dapat bersubstitusi.Dalam kondisi tertentu,subsidi untuk private goods ini kurang tepat.
Perlu dirumuskan konsep kebutuhan upaya preventif. Penelitian yang perlu dilanjutkan yaitu: faktor yang mempengaruhi keluarga mensubstitusi pelayanan imunisasi, needs imunisasi , pemanfaatan asuransi kesehatan, serta WTP untuk upaya kuratif dan preventif."
Depok: Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cesylia Ananda Putri
"Cakupan imunisasi dua Puskesmas yaitu Puskesmas Cisauk dengan data cakupan imunisasi DPT/HB/hib (87%) dan Puskesmas Suradita (104%), pada tahun 2018 terdapat 7 kasus KLB difteri yang tersebar di Kelurahan Suradita, Cibogo, Cisauk dan Dangdang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui determinan kepatuhan ibu dalam mengimunisasikan pentavalen dasar.
Metode: Jenis penelitian yang digunakan dengan rancangan cross sectional di wilayah Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang pada bulan Mei-Juni 2019. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki yang memiliki baduta usia 4-24 bulan. Penarikan sampel menggunakan multistage sampling dengan besar sampel 250 orang. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden menggunakan kuesioner yang telah teruji validitas dan reabilitas. Analisis data yang dilakukan adalah univariat dan bivariat dengan uji chi square dan multivariate dengan regresi logistik ganda.
Hasil: Variabel yang berhubungan dengan kepatuhan adalah dukungan suami, persepsi hambatan dan keterpaparan informasi. Dukungan suami merupakan variabel yang paling dominan.

Immunization coverage (UCI) in Cisauk Subdistrict, Tangerang Regency in 2018 has reached the 100% target where the Cisauk Subdistrict area has two Primary health center there is Cisauk Health Center with DPT / HB / hib immunization coverage data (87%). and Suradita primary Health Center (104%), in 2018 there were 7 cases of diphtheria outbreaks spread in Suradita Village, Cibogo, Cisauk and Dangdang.
Methods: Observational analytic method with cross-sectional approach was used in this study. The research sample was 250 respondents who were in the Cisauk District of Tangerang Regency with a total sampling method. Data collection by interview and observation. Data analysis using univariate and bivariate.
Results: he multivariate test results from this study found that the most dominant variables related to maternal obedience were OR = 9.355 (95% CI = 3.868-22.62). It can be interpreted that the low husband's support is 9,355 times not obedient in basic pentavalent immunization
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53584
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Nugroho
"Penelitian ini dilakukan karena masih tingginya angka kematian bayi di Kec.Sliyeg dibandingkan di Kec. Gabus Wetan Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang beberapa karakteristik apakah yang menyebabkan masih tingginya angka kematian bayi di Kec. Sliyeg dibandingkan dengan di Kec. Gabus Wetan Kab. Indramayu Jawa Barat. Penelitian ini dengan menggunakan pendekatan cross sectional dengan kasus adalah ibu yang mengalami kematian bayi pada periode Januari 1989 - Desember 1991, yang tercatat pada survey monitoring kerjasama antara Pusat Kelangsungan Hidup Anak (PUSKA), BKKBN dan DEPKES pada periode waktu yang sama. Data sekunder yang diperoleh dari PUSKA diolah secara statistik dengan teknik analisis distribusi frekuensi, uji kai kuadrat dan logistik regresi. Dari 8 karakteristik yang diteliti yaitu faktor ibu (Umur ibu, paritas ibu dan pendidikan ibu), faktor pelayanan pencegahan perorangan dan karakteristik lingkungan rumah tangga. ternyata pada uji gabung analisis bivariate hampir semuanya karakteristik menunjukan perbedaan bermakna terhadap risiko mengalami peristiwa kematian bayi kecuali pada karakteristik penolong persalinan ibu hamil tidak menunjukan perbedaan yang bermakna.
Hasil analisis hubungan antara beberapa karakteristik dengan kematian bayi, dengan teknik multivariate logistik regresi didapatkan bahwa tempat persalinan dan pemberian imunisasi bayi dengan kematian bayi bermakna. Hasil analisis tersebut membuktikan bahwa faktor pelayanan kesehatan dan pencegahan perorangan sangat penting untuk diperhatikan dalam hubungannya dengan masih tingginya angka kematian bayi di Kec. Sliyeg dibandingkan dengan di Kec. Gabus Wetan. Untuk itu perlu dipikirkan bagaimana penanganan masalah pelayanan kesehatan dan pencegahan perorangan di Kec. Sliyeg dan di Kec. Gabus Wetan. Beberapa saran yang dapat kami ajukan adalah yang pertama kali dalam jangka pendek; untuk meningkatkan intensitas program imunisasi bayi dalam pemberantasan penyakit-penyakit 6 besar pada bayi. Kedua adalah jangka panjang; memberikan suatu materi gerakan untuk penyuluhan ibu-ibu di dua kecamatan dengan disesuaikan pendidikan ibu di lokasi mengenai arti pentingnya kesehatan dan pemberian imunisasi bayi."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melinda Ariyanti
"Imunisasi adalah upaya untuk secara aktif meningkatkan kekebalan seseorang melawan terjadinya penyakit, sehingga jika terkena penyakit itu tidak akan sakit atau hanya nyeri ringan. Imunisasi dasar adalah salah satu imunisasi rutin dilakukan terus menerus dan terus menerus, dan diberikan kepada bayi sebelum 1 tahun untuk mencegah beberapa kejadian penyakit (hepatitis B, TBC, difteri, pertusis, tetanus, polio, meningitis dan campak).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi faktor-faktor yang berhubungan dengan status imunisasi dasar yang tidak lengkap untuk anak-anak berusia 1-2 tahun di Indonesia pada tahun 2017. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan analisis multivariat regresi logistik berganda. Data yang digunakan adalah data sekunder dari survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Sampel besar diperoleh dari hasil perhitungan uji selisih dua proporsi dan. Sampel yang digunakan adalah 6.091 wanita berusia 15 - 49 tahun yang memiliki anak berusia 1-2 tahun dan menerima imunisasi.
Hasil Analisis multivariat menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan signifikan status imunisasi dasar yang tidak lengkap adalah jenis kelamin anak (nilai-p = 0,011; OR adj = 1.158; 95% CI: 1.034 - 1.296), jumlah anak yang hidup (p-value = 0,007; OR adj = 1.228; 95% CI: 1.057 - 1.427), tingkat pendidikan ibu (p-value = 0,000; OR adj = 1,301; 95% CI: 1.139 - 1.486), perawatan antenatal (p-value = 0,000; OR adj = 2.574; 95% CI: 2,078 - 3,187), tempat pengiriman (p-value = 0,006; ATAU ajd = 1,259; 95% CI: 1,069 - 1,484), dukun bayi (p-value = 0,000; OR adj = 2,213; 95% CI: 1,712 - 2,861), dan kepemilikan KMS (p-value = 0,000; OR adj = 2,776; 95% CI: 2.293 - 3.360). Faktor yang memiliki efek terbesar pada status imunisasi dasar tidak lengkap adalah Kepemilikan KMS. Karena itu, perlu ada perhatian pada status imunisasi dasar tidak lengkap pada anak untuk meningkatkan cakupan dan pemerataan kesehatan di setiap populasi.

Immunization is an effort to actively increase one's immunity against the occurrence of disease, so that if exposed to the disease it will not hurt or only mild pain. Basic immunization is a routine immunization carried out continuously and continuously, and is given to babies before 1 year to prevent several events of the disease (hepatitis B, tuberculosis, diphtheria, pertussis, tetanus, polio, meningitis and measles).
This research aims to determine the description of the factors associated with incomplete basic immunization status for children aged 1-2 years in Indonesia in 2017. The study design used was cross-sectional with multivariate analysis of multiple logistic regression. The data used are secondary data from the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS). A large sample was obtained from the calculation of the difference test of two proportions and. The sample used was 6,091 women aged 15 - 49 years who have children aged 1-2 years and receive immunizations.
The results of multivariate analysis showed that factors significantly related to incomplete basic immunization status were child sex (p-value = 0.011; OR adj = 1,158; 95% CI: 1,034 - 1,296), number of children living (p-value = 0,007; OR adj = 1,228; 95% CI: 1,057 - 1,427), mother's education level (p-value = 0,000; OR adj = 1,301; 95% CI: 1,139 - 1,486), antenatal care (p-value = 0,000; OR adj = 2,574; 95% CI: 2,078 - 3,187), place of shipment (p-value = 0.006; OR ajd = 1.259; 95% CI: 1.069 - 1,484), traditional birth attendants (p-value = 0,000; OR adj = 2,213; 95% CI: 1,712 - 2,861), and KMS ownership (p-value = 0,000; OR adj = 2,776; 95% CI: 2,293 - 3,360). The factor that has the greatest effect on incomplete basic immunization status is KMS ownership. Therefore, attention needs to be paid to the incomplete basic immunization status of children to increase health coverage and equity in each population.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Fahmi Achmadi
Jakarta: Kompas, 2006
614.47 UMA i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
614.47 KON
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Elmerillia Farah Dewi
"Penyakit campak adalah penyakit yang sangat menular dan disebabkan oleh Campak merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus paramyxoviridae. Virus tersebut mampu menekan imunitas atau daya tahan tubuh anak. Penyakit campak memiliki gejala klinis, kemerahan di tubuh berbentuk makulo papular didahului panas badan >38oC (teraba panas) selama 3 hari atau lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek atau mata merah. Kasus campak masih sering dijumpai di beberapa daerah di Indonesia. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah respon imun yang kurang optimal. Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan respon tersebut. Dengan perbaikan mutu vaksin, peningkatan status gizi masyarakat dan penanganan kasus yang baik diharapkan kasus campak dapat dikurangi. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan desain ekologi korelasi.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa hubungan insiden campak dengan imunsasi campak menunjukkan hubungan yang lemah (r = 0,240) dan berpola negatif, dengan nilai p > 0,05 (0,647) yang berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara imunisasi campak dengan insiden campak. Untuk hubungan insiden campak dengan status gizi buruk dan kurang menunjukkan hubungan yang lemah (r = 0,001) dan berpola positif, dengan nilai p > 0,05 (0,999) yang berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara status gizi buruk dan kurang dengan insiden campak. Pada hubungan insiden campak dengan kepadatan penduduk menunjukkan hubungan yang lemah (r = 0,096) dan berpola negatif, dengan nilai p = 0,856 yang Hubungan berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara imunisasi campak dengan insiden campak. Untuk meningkatkan menurunkan insiden campak perlu dilakukan peningkatan status gizi anak serta penyuluhan mengenai pentingnya imunisasi campak. Selain itu perlu ditingkatkannya system pencatatan dan pelaporan sehingga dapat diperoleh data yang akurat."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Canberra: NHMRC , 1997
614.47 AUS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>