Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Paramita
"Analisa terhadap kompleks kepentingan aktor-aktor industri kecantikan yang saling tarik menarik dan silang menyilang dalam waktu yang berlangsung secara kontinu dan konstan, yang memerlukan beberapa kompleks teori sebagai pisau analisa yang juga saling tarik menarik, saling mempengaruhi, dan saling silang menyilang, untuk membedah fenomena industri kecantikan ini. Tujuannya adalah untuk memahami fenomena Beauty Industrial Complex yang bekerja baik secara materi maupun secara psikis dalam kehidupan sehari-hari tiap-tiap individu. Karena pada saat kompleks industri kecantikan bermaksud menjual produknya kepada masyarakat, pada saat yang sama industri kecantikan telah mengubah persepsi masyarakat mengenai tubuh kita, maupun citra atau image manusia yang sesungguhnya, dan pentingnya memahami f'enomena kompleks industri ini karena pertumbuhannya telah menjadikan Beauty Industrial Complex sebagai produsen ideologi baru yang sebelumnya diperankan oleh negara, atau institusi agama. Tesis skripsi ini adalah menunjukkan bahwa kecantikan adalah suatu bentuk konstruksi sosial yang melibatkan di dalamnya bermain sejumlah politik tertentu, (politik konservasi nilai-nilai patriarkis, politik ekonomi, politik nilai yang terkandung dalam suatu masyarakat, politik ras, politik kolas sosial dan politik kebudayaan) yang bermain dalam sistem perindustrian, media massa dan masyarakat patriarkis. Dimana dalam permainan bermacam politik tersebut ada juga berbagai perspektif dalam melihat konsep kecantikan. Perempuan kontemporer memiliki perspektif yang baru dan berbeda dalam melihat hal ini. Skripsi ini akan menjadi sebuah komentar akademis terhadap kompleks kecantikan tersebut denganmenggunakan kritik sosiologi dan fitsafat. Karena itu dalam skripsi ini saya bermaksud untuk (1) dapat membongkar dan mempertanyakan kembali struktur yang tersembunyi di batik Beauty Industrial Complex, (2) meneliti fungsi-fungsi kebudayaan yang menyelubungi struktur-strukstur tersebut, dan (3) melihat kembali secara dialektis akan adanya kemungkinan timbulnya perubahan orientasi-orientasi perempuan di era posmodem. Metode yang digunakan adalah melalui penelitian pustaka, pendekatan empiris dan dengan menggunakan pendekatan kritis refleksif menggunakan teori-teori filsafat seperti sosiologi industri, teori consumer culture, teori periklanan, teori posmoderenisme, teori Kantian, teori estetika poskantian dan teori posfeminisme. Hasilnya menunjukkan bahwa konsep kecantikan yang bermain dalam Beauty Industrial Complex adalah konsep kecantikan yang dikonstruksi oleh ideologi-_ideologi kontemporer yang bekerja dalam tatanan masyarakat kontemporer pula, maka saya kemudian menggali konsep kecantikan yang baru yang dilahirkan oleh teori-teori postmoderen, dari sinilah saya menggunakan teori Post Kantian Aesthetics, dimana di dalamnya terdapat dua gejala utama yang salah satunya dinamakan parodi, dan tendensi parodi ini dapat dipahami lebih jauh dengan kacamata kajian perempuan, bagaimana khususnya perspektif f'eminis memiliki cara pandang yang signifikan terhadap hal ini, karena konsep kecantikan dikonstruksi sejajar dengan konsep perempuan. Adanya muatan politik patriarkis dan politik ekonomi yang bekerja dalam Beauty Industrial Complex meletakkan kaum perempuan sebagai sasaran utama untuk dijadikan konsumen absolut. Namun dengan parodi kaum perempuan dapat mensubversikan konsep kecantikan ini, dan menggunakannya menjadi fasilitasnya, pada saat ini, perempuan mensubversikan posisinva sebagai obyek industri kecantikan, menjadi subyeknya.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S15988
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shalsa Tiara Putri
"Konsumen kini mengekspektasikan jenama untuk menggunakan kekuatan mereka untuk berpartisipasi dalam masalah sosial di masyarakat. Salah satu isu sosial yang kian populer di generasi milenial adalah isu gender dalam industri kecantikan. Berbagai jenama kecantikan mulai mengambil sikap terhadap isu ini, termasuk jenama kecantikan lokal di Indonesia yang bernama Dear Me Beauty. Tulisan ini menganalisis bagaimana Dear Me Beauty menjalankan strategi aktivismenya terhadap isu inklusivitas gender di Instagram dilihat dari definisi dan karakteristik kunci aktivisme jenama, pemanfaatan fitur-fitur Instagram, serta tipologi autentisitas aktivisme jenama. Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah kajian literatur. Dalam praktiknya, Dear Me Beauty telah melakukan gerakan yang sesuai dengan definisi dan karakteristik kunci dari aktivisme jenama. Jenama ini juga telah memanfaatkan fitur Instagram dengan maksimal untuk menyampaikan pesan-pesan aktivisme. Namun, autentisitas aktivisme jenama yang dilakukan Dear Me Beauty dinilai jatuh di antara dua tipe, yaitu Authentic Brand Activism dan Inauthentic Brand Activism. Hasil studi ini menyarankan jenama untuk memperluas aktivisme dengan memberikan kontribusi secara langsung untuk meningkatkan autentisitas aktivisme. Penelitian mengenai aktivisme jenama di media sosial pun kedepannya dapat melibatkan bidang ilmu komunikasi lain seperti hubungan masyarakat sebab aktivisme jenama memiliki kaitan yang erat dengan persepsi publik dan citra perusahaan.

Consumers now are expecting brands to make use of their power to participate in social causes. Gender in the beauty industry is one of the social issues that are increasingly popular in the millennial generation. Various brands have started to take a stand, including a local beauty brand in Indonesia, Dear Me Beauty. This paper analyzes how Dear Me Beauty carries out its activism strategy on gender inclusivity on Instagram seen from the definition and key characteristics of brand activism, the use of Instagram features, and the brand activism authenticity typology. Literature review is used as the research method of this study. In practice, Dear Me Beauty has carried out actions that fit the definition and key characteristics of brand activism. This brand has also taken full advantage of Instagram's features to convey their messages. However, their activism falls between two types from the typology, namely Authentic Brand Activism and Inauthentic Brand Activism. This study suggests brands to expand their activism through real contributions to increase their authenticity. Research on brand activism on social media in the future can also involve other fields of communication such as public relations because it is closely related to public perception and corporate image."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Khairana Izzati
"Muslim diprediksi menjadi komunitas beragama terbesar didunia. Selain itu, Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbanyak di dunia, menunjukkan potensi pasar yang besar. Meningkatnya masyarakat menengah di Indonesia mendorong pertumbuhan industri kecantikan di Indonesia, termasuk produk kecantikan hijau. Industri kecantikan menunjukkan tren pertumbuhan pada produk hijau, yaitu didorong oleh preferensi konsumen terhadap kealamian kandungan produk atau disebut produk kecantikan organik. Konsumsi produk hijau merupakan salah satu bentuk konsumsi ramah lingkungan atau beretika. Perilaku konsumsi beretika terbentuk untuk mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan secara global.
Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi faktor penentu perilaku konsumsi beretika wanita muslim terhadap produk perawatan tubuh dan kecantikan untuk kemudian memberikan gambaran berupa karakteristik konsumen muslim di industri kecantikan. Pengambilan sampel penelitian sebanyak 234 sampel dan melakukan analisis pengolahan data menggunakan Structural Equation Modeling SEM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Fair Trade Attitude berpengaruh terhadap perilaku konsumsi beretika wanita muslim. Namun, Environmentalism, Materialism, Extrinsic Religiousity Social, Extrinsic Religiousity Personal, Consumption Ethics, dan Intrinsic Religiousity bukan merupakan faktor penentu perilaku konsumsi etis wanita muslim terhadap produk perawatan tubuh dan kecantikan.

Muslim is predicted to be the largest religion community in the world. In the other hand, Indonesia is the country which has the the greatest muslim population in the world and shown as potential emerging market. The increasing middle income society in Indonesia indicates a changing consumption behavior to the more ethical consumption. Ethical Consumption Behavior is made to support the Sustainability Development Goals SDGs. Personal Care and Beauty Industry has exhibited a continuous growth, particularly in Indonesia. The trend of green beauty product has also been occurred by the growing consumers preferences towards natural ingredients or commonly called as organic product.
This research is aimed to investigating the key factors of ethical consumption behavior on woman muslim towards personal care and beauty product and an understanding about the characteristics of the consumers. This research uses 234 samples and utilize Structural Equation Modeling SEM as its methodology in doing the analysis.
The result shows us that Fair Trade Attitude have significant effect on muslim ethical consumption behavior, yet, Environmentalism, Extrinsic Religiousity Personal, Materialism, Consumption Ethics, Intrinsic Religiousity, Extrinsic Religiousity Social, do not have significant effect on muslim ethical consumption behavior towards personal care and beauty products.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library