Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Larobu, Abraham
"Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai pelaksanaan pembangunan kawasan industri yang berwawasan lingkungan, yaitu bagaimana pengaturannya menurut hukum serta pelaksanaannya di dalam praktek. Untuk itu penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan dengan teknik wawancara, dan kesimpulannya menunjukkan bahwa pembangunan kawasan industri ini sangat penting dalam kerangka pembangunan industri yang berwawasan lingkungan di Indonesia.
Berhubung limbah industri yang dihasilkan masih merupakan masalah utama yang harus dapat diatasi, maka pola pembangunan kawasan industri ini merupakan suatu kebijaksanaan yang tepat untuk menghentikan kegiatan industri yang tidak peduli terhadap lingkungan. Jadi, melalui pembangunan kawasan industri ini masalah limbah akan dapat terkendali dan pabrik-pabrik dapat dibangun sebanyak mungkin sesuai kebutuhan dalam kerangka pembangunan ekonomi bangsa dan negara di masa-masa mendatang.
Karena itu, semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan kawasan industri ini dituntut untuk terus mematuhi peraturan yang berlaku dalam upaya mencegah terjadinya pencemaran lingkungan. Dengan demikian, pembangunan kawasan industri ini dapat mempercepat pertumbuhan industri nasional yang berwawasan lingkungan dan hasilnya pun dapat bermanfaat secara berkesinambungan bagi kelangsungan hidup bangsa dan negara."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erdogan, Erkin
"Many emerging economies are on the front line of the devastating impacts of global warming such as desertification and extreme weather events, but, for historical and political reasons, they follow ambitious growth targets with seemingly little concern for climate change and environmental degradation. Focusing on the case of Turkey, this book investigates the economic impacts of possible climate change policies to help meet the required mitigation targets and transition to a low carbon economy. In order to reach net-zero targets by 2050 in compliance with the Paris Agreement, Turkey must introduce policies that promote low carbon investments, green jobs and low carbon employment more broadly. This book explores the empirical evidence on the effectiveness of a carbon pricing mechanism by developing an econometric vector autoregression (VAR) model to analyse key data sets. This time series analysis provides insights on a macro level, dealing with aggregate data in which the role and complexity of micro interferences disappear, allowing for the discovery of patterns and changes over time. Thus, the book contributes to the literature on methodology by arguing that time series analysis is one of the best-fitting approaches to estimate possible impacts of climate change policies on an economy. Additionally, the results of the model are compared and contrasted with similar data from other emerging economies to identify potential common policy solutions between countries at a similar stage of development. This book is vital reading for researchers interested in climate policy, the economics of climate change and environmental economics."
London: Routledge, 2023
e20534361
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Ike Ardianty
"Peralihan kepemilikan saham mayoritas PT. Semen Cibinong Tbk. di tahun 2001 kepada Holcim Ltd. sebesar 77,33% merupakan titik tolak dilakukannya berbagai perubahan dan restrukturisasi secara bertahap dalam tubuh perusahaan. Hingga pads I Januari 2006, nama perusahaan dan anak perusahaan berganti nama dari PT. Semen Cibinong Tbk. menjadi PT. Holcim Indonesia Tbk. dan PT. Trurnix Beton menjadi PT. Holcim Beton. Semua identitas perusahaan tidak terkecuali logo dalam kemasan produk pun dirubah.
Kebijakan perusahaan tersebut merupakan bagian dari strategi penyetaraan operasional seluruh anak perusahaan Holcim Ltd yang tersebar di leblh dari 70 negara. Penyetaraan tersebut menunjukkan adanya ekspektasi yang tinggi serta optimisme bagi penjualan produk. Untuk mampu berkompetisi, optimisme akan perubahan serta dinamika tersebut dibangun rnelalui strategi manajemen merek yang mengarah pads pengembangan kompetensi inti pemasaran. Untuk mengidentifikasi factor-faktor ancarnan, peIuang, kelemaahan, serta kekuatan perusahaan, penelitian ini disusun berdasarkan konsep-konsep pemasaran khususnya yang menekankan pad peranan serta pentingnya fokus dan merek sebagai daya saing perusahaan. Analisis yang digunakan yaitu analisis SWOT dengan penjabaran baik Eksternal Factors Analysis Summary (EFAS), internal Factors Analysis Summary (WAS), Analisis Lingkungan Industri Porter, serta mengkombinasikan basil analisis-analisis tersebut dengan matriks Tows untuk mendapatkan alternatif strategi bagi perusahaan.
Data primer untuk menganalisis Iingkungan internal, eksternal, dan industri perusahaan diolah dengan menggunakan teknlk kuesioner dengan metode Skala Rating serta wawancara terstruktur dan tidak terstruktur kepada 10 orang populasi sekaligus sample (responder) data sekunder melalui studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data berupa teori-teori yang serta wawancara terstruktur dan tidak terstruktur kepada 10 orang populasi sekaligus sample (responder) data sekunder melalui studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data berupa teori-teori yang relevan dan data-data perusahaan di antaranya profil perusahaan, laporan keuangan, data Branding Development & Marketing Departement.
Berdasarkan basil penelitian yang diperoleh, dapat disarankan kepada PT. Holcim Indonesia Tbk. untuk senantiasa melakukan penelitian mengenai manajemen merek serta kekuatan kompetensi inti marketing perusahaan secara berkala. Penelitian semacam ini dapat menjadi sistem kontrol tersendiri bagi pengambilan keputusan yang strategis balk jangka pendek maupun panjang.

Change in PT. Semen Cibinong Tbk.'s majority corporate share in 2001 to Holcim Ltd. at amount 77,33% was a starting point of many changes and gradual organization restructure_ Up to January 1s, 2006 both company name and its subsidiaries changed their names from PT. Semen Cibinong Tbk. to PT. Holcim Indonesia Tbk, and PT. Trumix Beton to PT. Holcim Beton. With no exception, all company identities including trademark in product's cover also changed.
The mentioned company policy is a part of operational extension line strategy whereas must followed by all Holcim Ltd. subsidiary companies spread in more than 70 countries. The standardization shows a high expectation and optimism for product selling. Hence to compete, the optimism of changes and business dynamics above must build through a branding management with refer to marketing core competence development. To identify factors of threat, opportunity, weakness and strength of the company, this thesis arranged by based on marketing concepts which in particular emphasize on the role and the importance of branding as company's competitive capability. Analysis' used in this thesis are SWOT analysis along with explanations on External Factors Analysis Summary (EFAS), Internal Factors Analysis Summary (WAS), Porter's industrial environment analysis, as also to combine with Tows Matrix to gain alternative strategies for the company.
Primary data which used to analyzes internal, external, and industrial environment processed by using questionnaire with rating scale combine with structures and uncharacterized data of 10 persons population and sample. Secondary data gained from literature study by collecting data of relevant theories and company?s data, such as company profile, annual report, and data Branding Development & Marketing Department.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T19933
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abramovay, Ricardo
"The world needs a new economy. In spite of tremendous and growing material prosperity, inequality is on the rise and the current organization of the Earth’s natural resources has failed to address the basic human needs of billions of people. This book exposes the bottlenecks of the present path of economic growth and discusses the main path to alternatives.
In spite of undeniable advances, all evidence points towards the growing depletion of the very ecosystems that societies depend on. By placing ethics squarely in the middle of economic life, this book demonstrates the need for a new economy, one that fosters unity between society, nature, economics and ethics. It questions the most important scientific and political pillar that forms the basis for evaluating social resource use: economic growth. 
Written in a non-specialist language, this book is an introduction to the main issues involving sustainable development. It will be essential reading for both students and professionals working in the field of socio-environmental responsibility."
New York: Routledge, 2016
e20529007
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Bandjarnahor, South Mardongan
"Industri pertambangan batubara yang melakukan kegiatan pengolahan dan pencucian batubara cenderung menggunakan rawa sebagai tempat pembuangan limbah batubara yang berasal dari proses pencuciannya. Walaupun di dalam dokumen AMDAL diharuskan melakukan pengelolaan limbah dengan membuat kolam pengendap secara berseri sesuai dengan kapasitas yang dibutuhkan dan pengendapannya dilakukan secara periodik.
Batubara hasil penambangan (Run of Mine) dari tambang sebelum dipasarkan terlebih dahulu diproses di Instalasi Pengolahan dan Pencucian. Di Instalasi dilakukan proses pengecilan ukuran (antara 0,125 mm s.d. 50 mm) dan selanjutnya dilakukan pencucian dengan menggunakan air supaya partikel pengotornya lepas dari batubara. Partikel-pertikel halus tersebut terdiri dari batubara berukuran < 0,125 mm, batuan lempung, batuan lanau, batuan pasiran dan batuan lainnya yang disebut limbah batubara, dibuang ke Rawa Beloro yang berada di sekitar lnstalasi Pengolahan dan Pencucian.
Tujuan penelitian ini adalah a) Mengetahui parameter kualitas air yang tercemar akibat pembuangan limbah batubara ke dalam Rawa Beloro; b) Mengetahui tingkat pencemaran yang terjadi di Rawa Beloro akibat pembuangan limbah batubara; c) Mengetahui penyebab utama terjadinya degradasi ekosistem perairan Rawa Beloro; d) Mengetahui pengaruh limbah batubara terhadap struktur komunitas pada perairan Rawa Beloro; e) Mengetahui pengaruh limbah batubara terhadap degradasilsuksesi rawa. Penelitian secara ilmiah untuk mengetahui hal.tersebut di atas belum pernah dilakukan, untuk itu perlu dilakukan penelitian. Setelah diketahuinya pengaruh pembuangan limbah batubara ke dalam rawa maka basil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembuatan peraturan atau kebijakan pemerintah di bidang industri pertambangan batubara.
Penekananan pada hipotesis ini bahwa limbah batubara akan mempengaruhi beberapa aspek: a) Parameter fisika (kecerahan, suhu, kecerahan dan padatan tersuspensi) dan kimia (Fe dan pH) dapat menurunkan kualitas perairan akibat pembuangan limbah batubara; b) Rawa Beloro dikategorikan tercemar jika parameter fisika dan kimia perairan melebihi standar Indeks Mutu Kualitas Air (U. S. STORET EPA); c) Dalam penentuan kualitas perairan beberapa parameter fisika dan kimia penyebab utama dapat berkorelasi negatif dengan parameter pendukung lainnya; d) Pembuangan limbah batubara memberi darnpak pada kualitas biota perairan; e) Pembuangan limbah batubara secara terns menerus dapat mengakibatkan suksesi rawa menjadi darat.
Penelitian dilakukan secara survey lapangan dan pengambilan sampel dari Rawa Beloro yang merupakan rawa yang terganggu lingkungannya akibat pembuangan limbah batubara (10 titik stasiun) dan perairan Rawa Ngandang sebagai rawa yang tidak terganggu akibat pembuangan limbah batubara yang merupakan mewakili rona awal (6 titik stasiun).
Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengambilan sampel dari lapangan yang kemudian dianalisis di laboratorium: Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Samarinda (analisis kualitas air), PT. Geoservices (Ltd) Bandung (sedimea) dan Laboratorium 1PB Bogor (plankton dan benthos). Data sekunder diperoleh dari studi pustaka, perusahaan, Pemda setempat, dsb. Untuk mengetahui tingkat pencemaran perairan Rawa Beloro dan Rawa Ngandang mengacu pada Indek Mutu Kualitas Air menurut U. S. STORET-EPA dan PP No. 82 Tabun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air . Untuk mengetahui parameter utama dari kualitas perairan yang mengganggu ekosistem Rawa Beloro dengan cara Analisis Komponen Utama (PCA) serta untuk mengetahui kelompok dari masing-masing stasiun yang mempunyai karakteristik sama atau mendekati digunakan cara Uji Koresponden Analisis. Parameter air yang dianalisis adalah kecerahan, kekeruhan, padatan tersuspensi (TSS), suhu, pH, oksigen terlarut (DO), CO2 terlarut, bahan organik (BOD dan COD), nutrient (NO2, N03 , NH3 dan P04), sulfat (S042-), besi (Fe) dan logam berat (Cd dan Zn).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa a) Parameter air yang tercemar akibat pembuangan limbah batubara ke dalam rawa yaitu kecerahan, suhu, kekeruhan, Fe, padatan tersuspensi (TSS) dan derajat keasaman (pH). b) Kualitas air Rawa Beloro sangat buruk dengan skor -45 c) Penyebab utama degradasi Rawa Beloro adalah TSS, kadar Fe, kekeruhan dan pH.yang berkorelasi negatif dengan suhu dan kecerahan. d) Kegiatan pembuangan limbah batubara mengakibatkan kualitas biota perairan (fitoplankton, zooplankton dan makrozoobenthos) sangat rendah. e) Rawa Beloro akan berubah menjadi daratan dalam waktu 15 tahun lagi (2016) akibat dibuangnya limbah batubara sebanyak 140,000 ton/tahun dengan laju sedimentasi 4,6 x 10‾4 m3/m2/hari atau 0,1656 m3/m2/tahun.
Dalam rangka mempertahankan fungsi Rawa Beloro (Rawa R1 dan Rawa R2) sebagai rawa disarankan agar Rawa Belor (R2) direhabilitasi dan ditingkatkan fungsinya sebagai indikator kualitas air limbah batubara dengan cara limbah batubara yang mengendap di Rawa Rl supaya dikeruk dan diiimbun ke bekas tambang. Selanjutnya air yang keluar dari Rawa Rl ke Rawa R2 terlebih dahulu diolah sebingga parameter kualitas air yang masuk ke Rawa R2 memenuhi kualitas air untuk perikanan sesuai dengan Baku Mutu Limbah kelas EI dari (PP No. 82 Tahun 2001). Pada rawa R2 dapat ditanami tanaman air dan di budidayakan ikan rawa. Limbah batubara yang terdiri dari batubara halus dan material yang terendap di Rawa Beloro (R1) supaya dikeruk secara berkala dan dtimbun ke bekas tambang serta batubaranya dimanfaatkan sebagai bahan briket karena jumlah batubara yang dibuang ke Rawa Beloro setiap tahunnya sebanyak 70.000 ton.

Coal mining industries which include processing and washing activities tend to use swamp as place for dumping waste in the process. Although in EIA document the project is obligated to perform management of waste by making a series of precipitation pond with certain capacity and its dredging conducted periodically.
Coal product of mining (Run of Mine Coal) prior to be marketed should be processed first in the processing and washing plant. In washing plant performed granulation (between 0,125 mm to 50 mm) and then will be processed in the washing plant by using water in order that dirt particles detached from the coal sized < 0,125 mm, clay, silt stone, sand stone and other kind of rock called waste, dumping to Rawa Beloro which is located surround of washing plant.
The purposes of this research are (a) to measure water quality parameter which is polluted caused by dumping waste at Rawa Beloro; (b) to measure pollution grade at Rawa Beloro caused by dumping waste; (c) to determine what is the main factor for ecosystem degradation at Rawa Beloro; (d) to determine what is the impact of dumping waste disposal on communities structure at Rawa Beloro; (e) to determine what is the impact of dumping waste on degradation of swamp. Scientific research of the above items has never been conducted yet, therefore it is necessary to be performed. By knowing the impact of dumping waste disposal into the swamp as key point of this research and so far could be used as regulation making material or government policies in coal mining industry.
The stressing of this hypothesis that dumping waste will impact some aspects as follows: (a) A physic parameters (transparent, temperature, turbidity and total suspension solid) and chemistry parameters (Fe and pH) can decrease water quality caused by dumping waste disposal; (b) swamp quality of Rawa Beloro could be categorized polluted when physics and chemist parameters on swamp is higher than Water Quality Index based on U. S. STORET EPA; (c) in determining water quality some physics and chemistry parameter as the main factor can also correlated into negative impact with its support parameter; (d) dumping waste can also impact the quality of swamp biota; (e) sustainable of dumping waste will cause swamp succession become land. Research is conducted by field surveying and sampling from Rawa Beloro where its environment disturbed by dumping waste (10 station coordinates) and Rawa Ngandang as the undisturbed swamp which represent initial color (6 station coordinates).
The data from this research included primary and secondary data. Primary data obtained from field sampling which then analyzed in the Laboratory of Industry research and development Bureau of Samarinda (water quality analysis), PT. Geoservices (Ltd) Bandung (sediment) and Laboratory of IPB Bogor (plankton and benthos). Secondary data obtained from library study, company, local government, etc. To determine the grade of swamp polluted at Rawa Beloro and Rawa Ngandang, applied on Water Quality Index by U. S. STORET EPA and Government Regulation No. 8212001 concerning Water Quality Management and Water Pollution Control. To determine dominant parameter of swamp quality which is impact the ecosystem of Rawa Beloro is by done Principal Component Analysis (PCA) and so far to know group of each station which has the same characteristic or approximately is done by using Correspondent Assessment Analysis. Water parameters which is to be analyzed are the transparent and turbidity, suspension solid (TSS), temperature, pH, diluted oxygen (DO), diluted CO2, organic material (BOD and COD), nutrient (NO2, NO3, NH3, and PO4), sulfate (SO42'), iron (Fe) and heavy metal (Cd and Zn).
Based on this research conclusion that: (a) polluted water parameters caused by dumping waste into swamp as follows: temperature, transparent, turbidity, total suspension solid (TSS), Fe and pH; (b) the water quality at Rawa Beloro is very polluted and the score is -45; (c) the main factor of Rawa Beloro' degradation are total suspended solid (TSS), Fe, turbidity negative correlation to temperature and transparent; (d) dumping waste disposal activity causes the quality of swamp biota (phytoplankton, zooplankton and makrozoobenthos) is very low; (e) the swamp of Rawa Beloro will change to be land within 14 years causing by dumping waste of capacity 140.000 ton annually with the grade of sediment 4,6 x 10‾4 m3/m2/hari atau 0,1656 m3/m2/year.
In order to maintain the function of Rawa Beloro (Swamp R1 and Swamp R2) as swamp it is suggested that Rawa Beloro (R2) should be rehabilitated and increased its function as waste water quality indicator by dredging the waste in Swamp R1 and piled to the ex-mined area. And then the outlet of Swamp (R1) to Swamp (R2) firstly processed so that water quality parameter incoming to swamp (R2) (inlet), meet water quality to fishery in accordance with Standard III class of Government Regulation No. 821200I concerning Water Quality Management and Water Pollution Control. In Swamp R2 could be planted with water plant and bred swamp fish. The waste contains of fine coal and material precipitated in Rawa Seloro (R1) should be dredged periodically, dumping into ex-mined area and fine coal of approximately 70.000 ton per year can be used as coal briquette material.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T1108
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Indra Trigunarso
"Limbah cair industri tapioka banyak mengandung bahan organik dengan derajat keasaman yang rendah, hal ini sesuai dengan bahan baku dan proses yang dilakukan, sehingga dari kandungan bahan organik tersebut menimbulkan gangguan pada masyarakat terutama dari segi estetika, bau dan juga menimbulkan pencemaran pada lingkungan.
Dengan semakin meningkatnya kasus pencemaran badan air oleh limbah cair industri, serta mahalnya biaya pembuatan unit pengolahan limbah perlu mendapatkan perhatian semua pihak. Untuk mencegah terjadinya pencemaran badan air oleh limbah industri diperlukan teknik pengolahan yang memadai dan terjangkau oleh pihak industri. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk pengolahan limbah cair dengan menggunakan karbon aktif.
Kemampuan karbon aktif / Granular Activated Carbon produksi PT. Tanso Pura Asia dengan diameter 4 - 8 mesh, 6 - 12 mesh dan 8 - 30 mesh untuk menurunkan bahan organik limbah cair industri tapioka akan dilakukan dalam penelitian ini.
Rancangan penelitian adalah pre test - post test control group design, dimana subyek dibagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok sebelum perlakuan, kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan 3 (tiga ) perlakuan dan 9 (sembilan) replikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Granular Activated Carbon dapat menurunkan bahan organik limbah cair tapioca. Hasil uji Anova diperoleh p value < 0,05 yang berarti ada perbedaan yang bermakna secara signifikan pada taraf 95 % antara berbagai diameter terhadap penurunan bahan organik limbah cair tapioka untuk semua parameter.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa diameter GAC yang optimum untuk menurunkan bahan organik limbah cair tapioka adalah diameter 8 - 30 mesh dengan waktu pajanan selama 12 jam.
Penelitian ini menyarankan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh penggunaan GAC berdasarkan perbedaan waktu kontak terhadap penurunan bahan organik limbah cair tapioka.

Experimental Study of the Influence of Granular Activated Carbon to Decrease Organic Material Wastewater of Tapioca IndustryWastewater of tapioca industry content most of low acidity, there fore raw material and processing of tapioca industry. The impact of raw material and its processing to disturb of community especially to esthetical, odor and environment contamination.
By more increase the contamination cases to ground water bay wastewater industry and the high cost to establish wastewater treatment unit are needed the attention all of parts of communities. To prevent of contamination to ground water by wastewater tapioca industry is needed the treatment unit that simple technically by industry, one of the technique use granular activated carbon.
The ability of granular activated carbon produced by PT. Tanso Putra Asia and the diameter 4-8 mesh, 6-12 mesh and 8-30 mesh to decreased organic material wastewater tapioca industry will be done in this research.
The design of research is pre test- post test control group design, where the subjects divide into three group before intervention, intervention group and control group with three interventions and nine replication.
The result of the research that granular activated carbon could decrease organic material of wastewater tapioca industry. Statistically of anova- test p value < 0,05 that mean there is different between diameter various to decrease of organic material wastewater tapioca industry as significant at level 95 %.
The conclusion of the research that the optimum diameter of granular activated carbon is 8-30 mesh to decreased organic material wastewater of tapioca industry for 12 hours exposure.
The suggest of this research is needed to follow up by the research of the influence of granular activated carbon used based of time different contact to decreased wastewater organic material of tapioca industry."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T9334
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistiandriatmoko
"ABSTRAK
Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001) dirasa perlu diterapkan antara lain karena: a) globalisasi perdagangan dunia menumbuhkan perhatian pada lingkungan global; b) kompetisi perdagangan dunia menimbulkan kebutuhan agar lingkungan tidak menjadi "hambatan non-tarif" (non-tariff barrier); c) tuntutan konsumen akan produk yang ramah lingkungan; d) kesadaran dan kepedulian pelaku industri terhadap pentingnya perlindungan lingkungan dan kesinambungan fungsi lingkungan.
Lingkungan yang telah diakui secara internasional. Tujuan utama sistem ini ialah continual improvement, yaitu suatu rangkaian tindakan perbaikan guna mencapai kemajuan yang terus menerus dan berkesinambungan demi tercapainya kinerja manajemen lingkungan yang optimal.
PT KRAKATAU STEEL dengan clta-citanya sebagai "industri baja kelas dunia" telah memutuskan untuk mengusahakan akreditasi ISO 14001, dengan tujuan untuk memperoleh peluang pasar yang semakin luas bagi produknya dan memperbaiki kinerja manajemen lingkungannya.
Pelaksanaan program akreditasi ISO 14001 di PT KRAKATAU STEEL dikoordinasi oleh Divisi Pengendalian Lingkungan Industri (Divisi PLI) dengan bantuan seorang technical advisor (Dr. Michael Groves) dari PT QUALITEGH PERDANA, Jakarta. Tahap persiapan akreditasi telah dimulai sejak bulan Juni 1996, direncanakan pre-assessment pada bulan Maret 1997, dan main-assessment pada bulan Mei 1997.
Sehubungan dengan program akreditasi tersebut, pada kondisi saat ini beberapa hal yang sangat menarik untuk diteliti ialah: a) Sejauhmana Sistem Manajemen Lingkungan yang sudah diterapkan PT KRAKATAU STEEL tersebut telah sesuai dengan standar ISO 14001 seperti diarahkan dalam "General Guidelines on Principles, System and Supporting Techniques" (ISO 14004); b) Kendala apa yang mempengaruhi tercapainya kesesuaian tersebut; c) Manfaat apa yang dapat diperoleh apabila penerapannya telah sesuai dengan standar ISO 14001.
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini ialah:
1. Mengecek sejauhmana kesesuaian Sistem Manajemen Lingkungan yang diterapkan di PT KRAKATAU STEEL dengan standar 1SO 14001.
2. Menelaah kendala yang mempengaruhi pencapaian kesesuaian seperti tersebut pada poin 1 di atas.
3. Menelaah manfaat yang dapat diperoleh apabila Sistem Manajemen Lingkungan yang telah diterapkan PT KRAKATAU STEEL telah sesuai dengan standar ISO 14001.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus mengenai penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di industri baja terpadu PT KRAKATAU STEEL, dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, Selain metode deskriptif kualitatif, dalam penelitian ini juga digunakan metode kuantitatif, yaitu dengan memberi pembobotan dan persentase untuk menilai hasil penelitian deskriptif kualitatif.
Kuantifikasi dilakukan dengan memberi nilai atau jastifikasi menurut proses benchmarking, yaitu proses pengukuran yang sistematis dan berkesinambungan. Proses ini mencakup proses mengukur dan membandingkan secara berkesinambungan antara proses bisnis suatu organisasi dengan proses bisnis organisasi lain yang paling berhasil di seluruh dunia, dengan tujuan mendapatkan informasi bagi upaya perbaikan kinerja organisasi tersebut (Watson, 1996:3).
Dalam kaitannya dengan studi ini, maka proses manajemen lingkungan PT KRAKATAU STEEL diukur dan dibandingkan dengan tolok ukur manajemen lingkungan seperti yang disyaratkan dalam General Guidelines (ISO 14004).
Dalam penelitian ini ditempuh cara-cara sebagai berikut:
1. Menyusun matrik checklist Sistem Manajemen Lingkungan (Lampiran 1). Pengisian matrik ini dilakukan berdasarkan wawancara dengan anggota Komite ISO 14001 PT KRAKATAU STEEL.
2. Jawaban dalam checklist ini selanjutnya digunakan sebagai pedoman . untuk melakukan observasi lapangan maupun observasi dokumen dengan tujuan mengetahui kesesuaiannya.
3. Hasil observasi lapangan maupun observasi dokumen mengenai kesesuaian tersebut, kemudian dideskripsikan untuk diberi nilai.
4. Terhadap elemen-elemen yang belum sesuai, dilakukan identifikasi mengenai kendala yang mempengaruhi pencapaian kesesuaiannya.
5. Menganalisis manfaat yang dapat diperoleh seandainya elemen yang diterapkan tersebut telah sesuai dengan standar ISO 14001.
Adapun pemberian nilai dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 mempunyai lima klausul yang berkedudukan sama pentingnya, sehingga masing-masing klausul diberi bobot dengan nilai maksimum yang sama yaitu 100%.
2. Sesuai dengan EMS - General Guidelines (ISO 14004), dan EMS - Specification with guidance for use (ISO 14001) masing-masing klausul di atas memiliki sejumlah elemen yang harus diperhatikan dalam praktik penerapan Sistem Manajemen Lingkungan. Banyaknya jumlah elemen dalam satu klausul, tergantung pada banyaknya isu yang harus diperhatikan dalam klausul tersebut.
3. Nilai maksimum masing-masing elemen diperoleh dari hasil pembagian nilai maksimum tiap klausul (100%) dengan banyaknya elemen dalam tiap klausul.
4. Masing-masing elemen diberi kisaran nilai dari 0 sampal dengan nilai maksimumnya. Tiap elemen yang dinilai memiliki kedudukan dan kepentingan yang sama.
5. Seberapa besar persentase kesesuaiannya ditentukan melalui cara membandingkan hasil observasi lapangan dan observasi dokumen dengan arahan General guidelines (ISO 14004). Bila kesesuaiannya penuh diberi nilai maksimum, bila kurang dari nilai maksimumnya atau memiliki nilai berkisar antara 0 s/d nilai maksimumnya, maka penerapan elemen tersebut belum sesuai dengan General Guidelines ISO 14004.
Gambaran mengenai seberapa jauh Sistem Manajemen Lingkungan yang diterapkan PT KRAKATAU STEEL telah sesuai dengan standar ISO 14001 dapat dilihat pada tabel benchmarking dibawah ini.
Dari nilai masing-masing klausul diatas apabila dirata-ratakan, maka didapatkan nilai:
90% + 85% + 80% +100% + 100% = 91%
Adapun kendala yang mempengaruhi pencapaian kesesuaian, dan manfaat yang dapat diperoleh apabila penerapan Sistem Manajemen Lingkungan telah sesuai dengan standar ISO 14001, ialah sebagai berikut.
1. Klausul Kebijakan Lingkungan.
Kendala: Substansi dari pernyataan Komitmen dan Kebijakan Lingkungan belum dikomunikasikan secara memadai karena belum mendalamnya pemahaman terhadap substansi Sistem Manajemen Lingkungan.
Manfaat: Apabila dikomunikasikan secara memadai, diharapkan "jiwa" dari Komitmen dan Kebijakan Lingkungan dapat mengakar, tumbuh dan berkembang menjadi budaya pada setiap karyawan, dan kinerja manajemen Lingkungan di PT KRAKATAU STEEL senantiasa terbangun dan terperbaiki secara berkesinambungan.
2. Klausul Perencanaan.
a. Peraturan dan persyaratan terkait.
Kendala: Identifikasi peraturan perundang-undangan yang terkait belum sampai pada ketentuan yang berkait langsung dengan kegiatan perusahaan.
Manfaat: Apabila diidentifikasi sampai pada bab, pasal, dan ayat yang berkait langsung dengan kegiatan perusahaan, akan memudahkan melakukan evaluasi pentaatannya dan melakukan pelacakannya seandainya terjadi pelanggaran.
b. Tujuan dan sasaran lingkungan.
Kendala: Masih banyak tujuan dan sasaran lingkungan yang tidak jelas didefinisikannya dan tidak dirumuskan secara kuatitatif.
Manfaat: Apabila dirumuskan secara kuantitatif dan jelas didefinisikannya, maka akan memudahkan mengukur progressnya dan mengevaluasi pencapaiannya.
3. Klausul Penerapan dan Pelaksanaan.
a. Struktur dan pertanggungan jawab.
Kendala: Sebagian besar karyawan masih mempunyai persepsi bahwa permasalahan lingkungan hidup adalah tugas dan tanggung jawab Divisi Pengendalian Lingkungan Industri (Divisi PLI).
Manfaat: Apabila persepsi tersebut dihilangkan, maka diharapkan akan tumbuh dan berkembang kepedulian karyawan untuk secara proaktif menyelesaikan permasalahan lingkungan di area kerjanya.
b. Pelatihan, penyadaran dan kompetensi.
Kendala: Pengingatan dan penegasan kembali pernyataan Komitmen dan Kebijakan Lingkungan belum dinyatakan dalam prosedur.
Manfaat: Apabila dinyatakan dalam prosedur, maka diharapkan substansi pernyataan Komitmen dan Kebijakan Lingkungan akan semakin dipahami dan dijiwai, sehingga kesadaran dan kompetensi karyawan terhadap perlindungan lingkungan selalu berkembang semakin mantap.
c. Komunikasi.
Kendala: Prosedur-prosedur manajemen lingkungan kurang intensif dikomunikasikan.
Manfaat: Apabila intensif dikomunikasikan, maka diharapkan penerapan dan pelaksanaan prosedur tersebut akan lebih efisien.
d. Dokumentasi
Kendala: Tatacara pengendalian pelaksanaan belum diformulasikan dalam prosedur.
Manfaat: Apabila dituangkan dalam prosedur, maka pelaksanaan pengendalian akan lebih konsisten.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sesuai deskripsi diatas, menunjukkan ada tujuh elemen yang belum sesuai penerapannya atau masih mengalami kendala dalam praktik penerapannya. Padahal apabila kendala tersebut dapat diatasi maka akan dapat diperoleh manfaat daripadanya.
Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan di PT KRAKATAU STEEL 91% secara formal telah sesuai dengan standar ISO 14001. Nilai 91% ini bukan merupakan gambaran bahwa kualitas lingkungan di PT KRAKATAU STEEL telah baik, juga bukan merupakan jaminan bahwa manajemen lingkungan PT KRAKATAU STEEL telah baik.
Apabila ingin mengetahui seberapa jauh praktik penerapan Sistem Manajemen Lingkungan telah berhasil memperbaiki kualitas lingkungan, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan topik 'Evaluasi atau Audit Sistem Manajemen Lingkungan". Sampai saat penelitian ini selesai dilakukan, program manajemen lingkungan baru rampung ditetapkan sebagai sistem dan dalam praktiknya belum terlaksana seluruhnya, sehingga seberapa jauh penrapaian program-program tersebut juga belum dapat diketahui.

ABSTRACT
The Implementation Of Environmental Management System Iso 14001 In PT. Krakatau Steel Integrated Steel IndustryThe Environmental Management System ISO 14001 needs to be implemented becauseof the followingreasons: a) Worldtrade globalizationraised attentions to global environmental issues; b) World trade competition to raises the needs to present environment becoming a ?non tariff barrier"; c) Consumers demand for environmental friendly products; d) Rising awareness and concern of industrialists towards the importance of environmental protection and the maintenance of sustainable environmental function.
ISO 14001 is one of Environmental Management System models which is internationally accredited. The main purpose of this system is "continual improvement", consisting of a series of improved action to achieve continuous and sustainable improvement for reaching optimal environmental management.
PT KRAKATAU STEEL in reaching its goal as "world class steel industry" has decided to obtain ISO 14001 accreditation for the purpose of obtaining larger market opportunity and improved environmental management performance.
The implementation of ISO 14001 accreditation programmed in PT KRAKATAU STEEL is coordinated by the Industrial Environment Controlling Division, with assistance of a technical advisor (Dr. Michael Groves) of PT QUALITECH PERDANA, Jakarta. The preparatory stage of this programmed has started in June 1996, followed by pre-assessment in March 1997 and continued with the main-assessment in May 1997.
Related to the accreditation programmed. at present, it is very interesting to study: a) How far is the Environmental Management System applied by PT KRAKATAU STEEL in accordance with the ISO 14001 standard as directed in "General guideline on principles, system, and supporting techniques (ISO 14004); b) What are the obstacles influencing its achievements; c) What are the advantages if its implementation is in accordance with ISO 14001 standard.
Based on the above points, the objectives of this study is as follows:
1. to identify to what extent the Environmental Management System currently implemented by PT KRAKATAU STEEL, is in accordance with ISO 14001 standard;
2. to study what obstacles are influencing the achievement of the standard adjustment;
3. to study what advantages can be gained if the Environmental Management System is implemented by PT KRAKATAU STEEL follows ISO 14001 standards.
This study constitutes a case study focusing on the implementation of ISO 14001 Environmental Management System in PT KRAKATAU STEEL integrated steel industry, using descriptive and qualitative methodology.
In addition to the method, this study also uses the quantitative method by giving weightings and percentage measurements to evaluate its results.
Quantification is used by providing values based on benchmarking process, i.e. a systematic and continuous measuring process, which covers measuring and comparing processes with successful business organizations in the world. Its purpose is to obtain information's on the performance work of the organization (Watson, 1996:3).
In this study, the process of environmental management in PT KRAKATAU STEEL is measured and compared with environmental management criteria as stipulated in the General guidelines (ISO 14004).
The stages of this study are as follows:
1. Arrange the checklist matrices of Environmental Management System (Appendix 1). This matrices are used to access whether the elements of Environmental Management of ISO 14001 standards have been implemented in PT KRAKATAU STEEL. The content of this matrices is given based on interviews with Committee members of ISO 14001 of PT KRAKATAU STEEL.
2. The results of this checklist are used as guideline to conduct field and document observation in order to access its compliance.
3. Its compliance will be described and provided with values.
4. For elements that deviate the identification of obstacles are carried out accordingly.
5. Analyse the advantages the gains that can be obtain if the elements implemented are in accordance with 1SO 14001 standards.
Methods ways of assessment or justification are as follows:
1. The ISO 14001 Environmental Management System has five clauses; that's having equal significant status. to each clause which is provided with the maximum value of 100%.
2. Based on Environmental Management System - General Guidelines on Principles, System and Supporting Techniques (ISO 14004) and Environmental Management System - Specification with Guidance for Use (ISO 14001), each of the above clause has several elements that should be considered in implementing Environmental Management System. The number of elements in each clause depends on the issues that should be considered in that clause.
3. The maximum value for each element is obtained by dividing the result of maximum value of each clause (100%) the number of elements of the respective clause.
4. Each element is given a value range of zero up to the maximum value and each measured element has the same position and interest.
5. The compliance percentage is determined by comparing the results of field and document observation based on the General Guidelines (ISO 14004). If the adjustment is fully reached, it obtains a maximum value, and if the adjustment is not reached it means that it does not conform with the General Guidelines ISO 14004.
The illustration of Environmental Management System implemented by PT KRAKATAU STEEL which is accordance with the ISO 14001 standard can be seen at the following benchmarking table:
Based on the values, the average value is calculated as follows:
90% + 85% + 80% + 100% + 100%=91%
The obstacles and advantages that influence the ISO 14001 standard compliance are as follows:
1. The Environmental Policy clause.
Obstacles: The substance of environmental commitment and policy is not adequately communicated, due to lack of complete knowledge concern of the substance of Environmental Management System.
Advantaqes: if adequately communicated, it is expected that the "moral duty" of environmental commitment and policy will be deeply rooted, grow and develop as a way of life of each employee, environmental management in PT KRAKATAU STEEL will be established and improved continuously.
2. The clause of Planning.
a. Legal and other requirements.
Obstacles: Identification of legal and other requirements do not specifics details that has direct correlation to the company activity.
Advantages: If identification could be specified to the chapter, article and clause, it would be easier to assess compliance and to conduct investigations should any violation occur.
b. Environmental objectives and targets.
Obstacle: There are still many objectives and targets that are not clearly defined and quantitatively formulated.
Advantages; If the objectives and target are formulated quantitatively and defined clearly; it would be easier to measure its progress and evaluate its achievement.
3. The Implementation and Operation.
a. Structure and responsibility.
Obstacles: Some of the employees have still the perception that "environmental issues" are basically the duty and responsibility of the Industrial Environment Control Division.
Advantages: If such perception could be minimised, it can be expected that .the employees is concern could grow and develop to enable them proactively solve the environmental issues in their working area.
b. Training, awareness and competence.
Obstacles: Reminders and reiterations of environmental commitment and policy statement are not yet stipulated in procedures.
Advantages: If it is contained in the procedures, the substance of environment commitment and policy will be understood and inspiring, so that the awareness and competency of the employees towards the environmental will always be improved.
c. Communication.
Obstacles: -Procedures of environmental management are not yet intensively communicated.
Advantages: If it is intensively communicated, implementation and operation of the procedures will be more efficient.
d. Documentation.
Obstacles: The control operation procedure are not yet formulated in the handbook.Advantages: If it is included in the handbook, the implementation of operation control will be more consistent.
It can be concluded that based on the above description, there are seven obstacles which are not settled or constraints in the implementation of Environmental Management System in PT KRAKATAU STEEL. If these obstacles can be overcome, it will improve the quality of
Environmental Management System.
The implementation of Environmental Management System in PT KRAKATAU STEEL achieves for 91 % is the standards as set in ISO 14001. This value (91%) does not mean that environmental quality at PT KRAKATAU STEEL can be categorized as already good. It does also not assure that environmental management of PT KRAKATAU STEEL can be categorised as good.
To measure how far the implementation of Environmental Management System is successful in improving the quality of the environment, it is necessary to conduct a follow-up study focussing on the "evaluation of the Environmental Management Systems auditing". Until this study is completed, the evaluation of the Environmental Management System can only be limited to the compliance of its system which is the focus of this study to ISO 14001 guidelines.
E. Literature: 30 (1988-1996).
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"As Bolivia reels from the collapse of the government in November 2019, a wave of social protests, and now the impact of Covid-19, this book asks: where next for Bolivia?
After almost 14 years in power, the government of Bolivia’s first indigenous president collapsed in 2019 amidst widescale protest and allegations of electoral fraud. The contested transitional government that emerged was quickly struck by the impacts of the Covid-19 public health crisis. This book reflects on this critical moment in Bolivia’s development from the perspectives of politics, the economy, the judiciary and the environment. It asks what key issues emerged during Evo Morales’s administration and what are the main challenges awaiting the next government in order to steer the country through a new and uncertain road ahead.
As the world considers what the ultimate legacy of Morales’s left-wing social experiment will be, this book will be of great interest to researchers across the fields of Latin American studies, development, politics, and economics, as well as to professionals active in the promotion of development in the country and the region."
New York: Routledge, 2021
e20529010
eBooks  Universitas Indonesia Library