Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nelson Saksono
"Program Iodisasi garam dengan cara fortifikasi iodium ke dalam garam merupakan cara yang paling tepat guna dan ekonomis untuk menanggulangi masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI). Tetapi dalam perkembangannya ada beberapa isu yang menyatakan bahwa penggunaan garam beriodium tidak efektif karena kadar iodiumnya akan berkurang bahkan hilang bila dicampur dengan bumbu dapur. Untuk mengetahui lebih jauh duduk permasalahannya, maka perlu dilakukan analisis keberadaan iodat dalam bumbu dapur dengan metode Iodometri dan metode X-ray Fluorosence. Dari hasil pengujian metode Iodometri terjadi penurunan kandungan iodat untuk masingmasing bumbu dapur yaitu cabai sebesar 75,5 %, ketumbar 51,43 % dan merica 20,99 %. Sedangkan hasil pengujian dengan metode X-ray Fluorosence terjadi penurunan iodat untuk cabai sebesar 12,84 %, ketumbar 6,42 % dan merica 1,14 %. Perbedaan penurunan iodat dalam bumbu dapur dari kedua metode ini disebabkan karena perbedaan prinsip dan fungsi dari metode. Iodometri hanya dapat menganalisis iodium dalam bentuk iodat saja sedangkan dalam matrik bumbu dapur yang mengandung senyawa-senyawa kimia kemungkinan iodat berada dalam beberapa bentuk senyawa. X-ray Fluorescence dapat menganalisis iodat dalam beberapa bentuk senyawa iodium sehingga matrik bumbu dapur yang begitu kompleks tidak menjadi masalah.

Iodat Analysis Content in Cooking Ingredients Using Iodometry and X-ray Fluorescence Methods. Salt iodization program using iodine fortification into salt method is the best method that is effective and economical to overcome the problems caused by iodine deficiency. However in, its development there are some issues clamed that the use of iodized salt is ineffective since iodine content reduces, even disappear when the salt mix with other cooking ingredients. In order to investigated the existence of iodine in cooking ingredients, a research applying iodometry and X-ray fluorescence methods was carry out. The result obtained by iodometry method showed decreases in iodine content in each ingredient, as chili was 75,5 %, ketumbar was 51,43 %, and pepper was 20.99 %. On the other hand, the X-ray Fluorescence measurement showed the iodat deficiency in chili was 12.84 %, ketumbar was 6.42 %, and pepper was 1.14 %. The difference in the result of iodat deficiency can be caused by difference in principle and possessed by them. Iodometry only can analyze iodine in iodat form, while in cooking ingredients iodat may exist in various compound. X-ray Fluorescence can analyze iodat in some compounds so that the complicated matrix ingredient with not interfere the measurement."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mirza Defriandi
"Industri farmasi tidak lepas dari pemakaian API (Active Pharmaceutical Ingredient) sebagai bahan aktif dalam produksi obat-obatan yang dapat berdampak pada gangguan kesehatan pekerjanya. Tujuan dari penelitian ini untuk melakukan evaluasi efektivitas pengendalian pajanan API pada proses pembuatan tablet obat Dhasolone 5 mg menggunakan Prednisolone sebagai bahan aktifnya yang termasuk OHC (Occupational Hazard Category) 4 dan dapat menyebabkan gangguan hormonal dengan adanya penurunan kortikotropin. Penelitian ini merupakan survei analitik kuantitatif dengan mengambil sampel pajanan debu API Prednisolone dan dilakukan analisis laboratorium menggunakan HPLC-UV (High Performance Liquid Chromatography-Ultra-Violet) sesuai metode BV-2012-25247. Metode lainnya yang digunakan dalam penelitian ini juga mengacu pada SNI 7325:2009 untuk pengambilan sampel pajanan debu respirabel yang dilakukan analisisinya secara gravimetri. Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja pada proses pembuatan tablet obat Dhasolone 5 mg, yang meliputi tahapan penimbangan, pengayakan, granulasi, pencetakan tablet dan pengemasan primer dengan mengambil sampel pajanan personal awal sebanyak 15 orang. Hasil pengukuran awal menunjukkan pajanan Prednisolone di bagian penimbangan, pengayakan, dan granulasi memiliki hasil peringkat pajanan pada kategori 4 (pajanan tidak terkendali dengan baik). Kemudian dilakukan perbaikan proses kerja melalui pemasangan enclosure system (dispensing booth) pada proses penimbangan sehingga dilakukan pengukuran pajanan personal kembali dengan hasil pengendalian tersebut efektif mengendalikan risiko pajanan pada pekerja dari rata-rata geometrik (GM) 100±1,68 µg/m3 menjadi 0,44±6,72 µg/m3. Pada proses lainnya, pengendalian pajanan dilakukan melalui administrasi dan Alat Pelindung Diri (APD). Pengendalian melalui APD juga dikatakan efektif mengendalikan pajanan API tersebut dengan penggunaan unit PAPR (Powered Air Purifying Respirator) yang memiliki nilai APF (Assigned Protection Factor) 1.000 di atas minumum APF yang dipersyaratkan, yaitu 250. Penilaian terhadap kefektifan penggunaan PAPR ini juga dilakukan menggunakan data surrogate, yaitu data hasil pengukuran pajanan personal terhadap debu respirabel yang dilakukan pada pekerja di bagian pengayakan, granulasi, dan cetak tablet. Secara umum dari hasil pengukuran, pengendalian melalui penggunaan PAPR ini efektif mengendalikan pajanan debu respirabel (karakteristiknya sama dengan API) dengan hasil pajanan berada pada kategori 2 yang menandakan pajanan terkendali dengan baik dan memiliki probabilitas sebesar 97,8%.  Sementara pengendalian secara administrasi, terdapat kesenjangan yang perlu dilakukan perbaikan melalui implementasi komunikasi bahaya API serta sosialisasi terkait prosedurnya.

The pharmaceutical industry cannot be separated from the use of API (Active Pharmaceutical Ingredient) as an active ingredient in the production of medicines that can have an impact on the health of its workers. The purpose of this study was to evaluate the effectiveness of API exposure control in the process of making Dhasolone 5 mg drug tablets using Prednisolone as the active ingredient which belongs to OHC (Occupational Hazard Category) 4 and can cause hormonal disturbances with a decrease in corticotropin. This research is a quantitative analytical survey by taking dust exposure samples from API Prednisolone and laboratory analysis using HPLC-UV (High Performance Liquid Chromatography-Ultra-Violet) according to the BV-2012-25247 method. Another method used in this study also refers to SNI 7325:2009 for sampling of respiratory dust exposure which is analyzed gravimetrically. The population in this study were workers in the process of making Dhasolone 5 mg drug tablets, which included the stages of weighing, sifting, granulating, tablet compression and primary packaging by taking samples of initial personal exposure as many as 15 people. The results of the initial measurement showed that the exposure to Prednisolone in the weighing, sieving, and granulation section had an exposure rating of category 4 (exposure was not well controlled). Then the work process was improved through the installation of an enclosure system (dispensing booth) in the weighing process so that personal exposure measurements were carried out again with the results of this control effectively controlling the risk of exposure to workers from the geometric average (GM) of 100±1.68 g/m3 to 0 ,44±6.72 g/m3. In other processes, exposure control is carried out through administration and Personal Protective Equipment (PPE). Control through PPE is also said to be effective in controlling API exposure by using a PAPR (Powered Air Purifying Respirator) unit which has an APF (Assigned Protection Factor) value of 1,000 above the minimum required APF, which is 250. An assessment of the effectiveness of using PAPR was also carried out using data surrogate, which the measurement data of personal exposure to respirable dust carried out on workers in the sieving, granulation, and tablet compression sections. In general, from the measurement results, control through the use of PAPR is effective in controlling respiratory dust exposure (characteristics are the same as API) with the exposure result being in category 2 which indicates the exposure is well controlled and has a probability of 97.8%. While controlling administratively, there are gaps that need to be improved through the implementation of API hazard communication and socialization related to the procedure.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pricella Maulana
"Ruang Lingkup dan Metodologi: Pajanan debu organik merupakan salah satu faktor risiko yang terdapat pada pabrik pembuatan bumbu mi instant PT X. Dampak yang mungkin ditimbulkan oleh pajanan debu organik adalah terjadinya gangguan kesehatan paru pada pekerjanya.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah debu mempengaruhi terjadinya gangguan kesehatan paru pada pekerja atau hal lainnya baik yang terdapat pada pekerja seperti karakteristik sosiodemografi, status gizi, kebiasaan merokok, penggunaan APD atau faktor lingkungan yaitu area kerja. Penelitian ini dilakukan dengan 2 disain yaitu disain studi kohort dengan 949 responden untuk mengetahui insidens dan mengikuti perjalanan gangguan kesehatan paru pada pekerja dengan menggunakan data hasil pemeriksaan berkala sejak tahun 1995. Dan disain studi krossektional dengan 647 responden untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat menimbulkan terjadinya gangguan kesehatan paru pekerja dengan menggunakan data pemeriksaan berkala tahun 2001 dan kuesioner. Disamping itu juga dilakukan pengukuran kadar debu di area kerja yang terpajan dan tidak terpajan.
Hasil dan kesimpulan: Hasil pengolahan data studi kohort retrospektif dengan uji statistik menunjukkan adanya kenaikkan insidens dari 0,33 pada tahun 1999 menjadi 0,54 pada tahun 2001 dan kenaikan relative risk pekerja yang bekerja di area kerja terpajan yang mengalami restriksi dari 1,186 pada tahun 1999 menjadi 1,611 pada tahun 2001. Sedangkan data studi krossektional dengan uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pajanan debu organik dengan terjadinya gangguan kesehatan paru pekerja berupa berdahak kronik OR 1,463 ; p 0,0045 ; CI 95% 1,008 - 2,124 dan batuk kronik OR 1,744 ; p 0,002 ; CI 95% 1,222 - 2,47.

Organic dust exposure is one of the presented risk factor at PT X's instant noodle ingredient factory. Influence that could be raised by organic dust exposure is disorder of labor'lung.
The research purpose is to recognize whether dust influence the affection of labor' lung disorder or other factors related to the labor himself such as the characteristic of social demography, nutrition condition, smoking habit, usage of safety equipment, or environmental factor at working place. This research is conducted with Cohort Study with 949 samples, design in order to recognize incident and to trace the disorder historical of labor lung by using periodical medical check-up report since 1995. Cross Sectional Study Design with 647 samples is also performed in order to recognize entire factor that could cause disorder of labor lung by using medical check-up report in 2001 as well as questioner. Furthermore, calculation of dust level was performed at exposure working place and non-exposure working place.
Result and Conclusion: Data compilation result of Retrospective Cohort Study, checked by statistics test, shows that there is increasing of incident starting form 0.33 in 1999 to become 0,54 in 2001 and increasing of relative risk toward labor working at exposure working place whose suffer from restriction" starting from 1,186 in 1999 to become 1,611 in 2001. Whereas, Cross-sectional Study data, checked by statistics test, shows that there is a significant relation between organic dust exposure and disorder of labor lung healthiness in form of chronic phlegm OR 1,463 ; p 0,0045 ; CI 95% 1,008 - 2,124 and chronic cough OR 1,744 ; p 0,002 ; CI 95% 1,222 - 2,477.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10728
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhen Maulana
"Jamu gendong merupakan obat tradisional asli Indonesia yang dijajakan dalam keadaan segar oleh penjual secara berkeliling dari rumah ke rumah atau di tempat keramaian Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan persepsi konsumen tentang jamu gendong menganalisis hubungan pengetahuan penjual dengan pengetahuan dan persepsi konsumen tentang jamu gendong Desian riset menggunakan studi korelasi dan perbandingan dengan pendekatan crossectional Instrument menggunakan kuesioner yang diberikan kepada konsumen sebanyak 100 orang Tingkat pengetahuan konsumen 48 baik dan sisanya kurang baik dari 20 pertanyaan yang diajukan sedangkan persepsi konsumen ldquo cukup baik rdquo 85 sisanya berpersepsi ldquo baik rdquo Tidak terdapat hubungan pengetahuan penjual terhadap pengetahuan maupun persepsi konsumen Perbandingan pengetahuan konsumen tidak ditemukan perbedaan tetapi ditemukan perbedaan pada persepsi konsumen Saran penelitian dilakukan pengembangn jamu gendong dengan penyuluhan kepada penjual dan juga penelitian lebih lanjut.

Jamu Gendong is an Indonesian traditional medicine which is sold in fresh condition by seller who are going door to door or sell in the downtown The purposes of this research are to find out the customer rsquo s perception and level of knowledge about Jamu Gendong analyzing the relationship of seller rsquo s Knowledge with the customer knowledge and perception about Jamu Gendong Research design using correlation studies and comparison with cross sectional approach Furthermore the instruments using a questionnare which are given to customers amounted 100 people The level of customer rsquo s knowledge 48 is good and the rest is not good from 20 queries while the customer rsquo s perception is ldquo very good rdquo 85 percents the rest is ldquo good rdquo There is no correlation between seller rsquo s knowledge against customer rsquo s knowledge or perception Comparison of customer rsquo s knowledge did not discover any difference however there is the difference upon customer rsquo s perception Research suggestion to develop Jamu Gendong by educating the seller and to conduct a further research as well."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, [2014, 2014]
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Marchelina
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jenis strategi co-branding yang efektif digunakan untuk kategori produk smartphone di Indonesia dan mengetahui apakah faktor perceived fit mempengaruhi kesuksesan strategi co-branding. Penelitian ini menggunakan 192 sampel dengan menggunakan metode convenience sampling. Responden pada penelitian ini adalah orang-orang yang merupakan pengambil keputusan atas merek smartphone yang mereka gunakan saat ini. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan independent sample t-test.
Penelitian ini menemukan hasil bahwa ternyata tidak terdapat perbedaan attitude toward co-branded product dan purchase intention yang signifikan antara konsumen yang dihadapkan pada kondisi co-branding ingredient dan konsumen yang dihadapkan pada kondisi co-branding simbolik. Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan attitude toward co-branded product dan purchase intention yang signifikan ketika konsumen dihadapkan pada kondisi perceived fit tinggi dibandingkan kondisi perceived fit rendah.

This research aims to analyze which of the two types of co-branding strategies that is more effective to implement for smartphone category in Indonesia and to know whether perceived fit affects the success of co-branding strategy. This research uses 192 samples by using convenience sampling method. The respondents in this research are the ones who make their own decisions for the smartphone brands which they are currently using. The data is analyzed by using independent sample t-test.
This research found that there is no significant difference in attitude toward co-branded product and purchase intention between those who are given the ingredient co-branding treatment and those who are given the symbolic co-branding treatment. This research also found that there is a significant difference in attitude toward co-branded product and purchase intention due to the different level of perceived fit (high perceived fit and low perceived fit).
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S59049
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library