Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Fernanda Dharmawan
Abstrak :

Hak kekayaan intelektual sebagai bagian dari aset tak berwujud telah muncul sebagai kelas aset terkemuka. Nilai perusahaan utamanya terdiri dari aset tidak berwujud. Paten, merek, dan hak cipta, serta hak kekayaan intelektual lainnya adalah kekuatan pendorong utama sebagian besar perusahaan. Karena meningkatnya nilai hak kekayaan intelektual, ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan seperti untuk mendapatkan pembiayaan, aset debitur jika terjadi kepailitan dan banyak tujuan keuangan lainnya. Namun, untuk memenuhi tujuan keuangannya, hak kekayaan intelektual harus dapat dinilai secara ekonomi. Penilaian hak kekayaan intelektual dapat dilakukan oleh penilai publik atau penilai yang ditunjuk pemerintah yang dilakukan di Singapura dan Amerika Serikat. Indonesia sendiri belum memiliki peraturan khusus tentang bagaimana melakukan penilaian hak kekayaan intelektual serta Lembaga khusus untuk menilai hak kekayaan intelektual . Studi ini akan membahas peraturan tentang penilaian hak kekayaan intelektual di Indonesia dengan membandingkan peraturan serupa di Amerika Serikat dan Singapura. Selain itu, penelitian ini juga memasukkan contoh kasus.

 

 

Kata kunci: Penilaian, Hak Kekayaan Intelektual, Aset Tak Berwujud, Penilai Publik

 

 


Intellectual property rights as the subset of intangible assets have emerged as the leading asset class. Businesses mainly derive their value from intangible assets. Varying from patents, brands, and copyrights, intellectual property rights is the main driving force of most companies. Because of the growing value of  intellectual property rights, it can be used for various purposes such as to secure financing, debtor’s assets in the event of bankruptcy, and many financial related purposes. However, in order to serve its financial purposes, intellectual property rights must be able to be valued economically. The valuation of intellectual property rights can be conducted by public appraisers or government-appointed appraisers which is conducted in Singapore and the the United States. Indonesia does not yet have a specific regulation on how to conduct the valuation of intellectual property rights. This study will discuss the regulation concerning the valuation of intellectual property rights in Indonesia by comparing the similar regulation in the United States and Singapore. In addition, this study also includes case examples.

 

 

Keywords: Valuation, Intellectual Property Rights, Intangible Assets, Public Appraiser

 

Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jamaluddin Ali
Abstrak :
Dalam ekonomi yang didominasi oleh aktiva berwujud (tangible assets), pengukuran keuangan cukup untuk mencatat investasi dalam aktiva-aktiva dan rnencakup biaya-biaya yang berkaitan dalam penggunaan aktiva-aktiva berwujud tersebut untuk menghasilkan pendapatan dan laba. Namun tren ekonomi mutakitir menunjukkan bahwa bisnis yang didorong oleh produk dengan memanfaatkan aktiva tetap, telah bergeser ke bisnis yang didorong oleh pengetahuan dan jasa dengan memanfaatkan aktiva tidak berwujud (intangible assets) Untuk itulah diperlukan alat yang dapat mendeskripsikan dan mengukur aktiva-aktiva tidak berwujud tersebut dan strategi yang dibutuhkan untuk menciptakan nilai. Ketiadaan alat seperti ini akan menghadapkan perusahaan pada kesulitan memanaj apa yang tidak dapat dideskripsikan dan apa yang tidak dapat diukur. Dalam konteks inilah Kaplan & Norton telah memberi "resep" untuk menjawab persoalan-persoalan di atas, yaitu bahwa untuk mengeksekusi strategi dalam lingkungan bisnis yang didorong oleh informasi tersebut membutuhkan tiga komponen yang secara matematis merupakan persamaan dari: Breakthrough results = Describe the strategy + Measure the strategy + Manage the strategy. Secara filosofis tiga komponen tersebut berarti bahwa kita tidak dapat memanaj (komponen ketiga) apa yang tidak dapat diukur (komponen kedua) dan kita tidak dapat mengukur apa yang tidak dapat dideskripsikan (komponen pertama). Persamaan di atas dapat juga ditulis: Breakthrough result = Strategy Map + Balanced Scorecard + Strategy-Focused Organization. Dengan Tatar belakang di atas, karya akhir ini membahas tentang usulan perancangan Strategy Map dan Balanced Scorcard pada sebuah maskapai penerbangan fenomenal (X Air) untuk menuju terciptanya Strategy-Focused Organization. Sistem pengukuran kinerja pada perusahaan tersebut masih menggunakan pendekatan "tradisional", rneminjam istilah Kaplan & Norton, yaitu mengandalkan ukuran-ukuran finansial dengan bertumpu pada anggaran sebagai alat pengendalian, sehingga masih terdapat beberapa keterbatasan sistemik, antara lain: a) Tidak terdapat alat manajemen yang menggambarkan strategi perusahaan secara komprehensif dan koheren; b) Tidak terdapat objektif-objektif stratejik; dan c) Pengendalian cenderung bersifat operasional jangka pendek. Beberapa kelemahan tersebut diusulkan untuk diatasi dengan melakukan perancangan Strategy Map dan Balanced Scorecard dan mengimplementasikan prinsip-prinsip Strategy-Focused Organization.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T 17444
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Abie Fraditya
Abstrak :
Penelitian ini menganalisis faktor faktor yang dapat menjadi determinan pengakuan goodwill dari sebuah transaksi akuisisi perusahaan Faktor faktor yang diduga dapat menjadi determinan pengakuan goodwill diantaranya karakteristik ekonomi perusahaan pengakuisisi karakteristik akuisisi dan kualitas audit. Hasil regresi logistik biner menunjukkan bahwa akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan pengakuisisi dengan tingkat leverage yang tinggi akuisisi yang dilakukan terhadap perusahaan target yang memiliki ukuran relatif yang besar terhadap perusahaan pengakuisisi dan perusahaan pengakuisisi yang diaudit oleh KAP Big 4 memiliki pengaruh positif terhadap pengakuan goodwill sementara adopsi PSAK 22-2010 ditemukan memiliki pengaruh sebaliknya. Dilakukan juga analisis hubungan antara jumlah goodwill yang diakui dengan cumulative abnormal return perusahaan pengakuisisi Hasil regresi linier berganda menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara jumlah goodwill dan cumulative abnormal return perusahaan pengakuisisi. ......This study analyzes determinants of goodwill recognition that may arises from company acquisitions. These factors include economic characteristics of the acquirer the characteristics of the acquisition and audit quality. Binary logistic regression results indicate that acquisitions made by acquirer with higher leverage acquisitions towards a target which has a relatively large size to the acquirer and acquirer which audited by Big 4 firm have a positive influence on the recognition of goodwill while the adoption of PSAK 22-2010 is found to have the opposite effect. This research also analyzes the relationship between the amount of goodwill and the cumulative abnormal return of the acquirer. Result of multiple linear regression shows that there is a significant negative association between the amount of goodwill and cumulative abnormal return of the acquirer.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S61376
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelita Shanti Rachmawati
Abstrak :
Skripsi ini meneliti tentang pengaruh aktiva tetap tak berwujud (intangible assets) terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007-2010, dengan total jumlah observasi sebanyak 532 perusahaan manufaktur (134 perusahaan pada tahun 2007, 135 perusahaan pada tahun 2008, 131 perusahaan pada tahun 2009, 132 perusahaan pada tahun 2010). Penelitian ini mengunakan model statistik Altman Z-Score untuk mengindentifikasi kondisi financial distress pada suatu perusahaan dan menggunakan pendekatan regresi linier majemuk dalam menganalisis hubungan antar variabel. Hingga saat ini terdapat tiga model statistik Altman Z-Score yaitu, Z-Score terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar pada bursa saham (public); Z-Score terhadap perusahaan manufaktur yang tidak terdaftar pada bursa saham (private); dan Z-Score terhadap perusahaaan non-manufacturing yang terdaftar pada bursa saham. Penelitian ini sendiri akan menggunakan metode Altaman Z-Score terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar pada bursa saham. Penelitian ini mengadopsi model penelitian yang dikembangkan oleh Dr. Zane Swanson (2010) untuk memeriksa hubungan intangible assets dengan financial distress. Dalam penelitiannya, Dr. Swanson menyatakan bahwa lemahnya intangible assets menunjukan bahwa perusahaan tidak menciptakan peluang masa depan (not creating future opportunities) dan yang terburuk dapat menunjukan perusahaan akan rentan mengalami financial distress. Penelitian ini menemukan bahwa risiko kebangkrutan memiliki hubungan yang positif dengan financial distress yang terlihat dalam nilai Z-score, sehingga perusahaan yang tidak memiliki intangible assets cenderung memiliki risiko financial distress (ZScore rendah) pada penelitian ini.
This research examined the effects of intangible assets to financial distress in the manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange from the year 2007-2010, with the total number observations 532 manufacturing company (134 company in 2007, 135 company in 2008, 131 company in 2009, 132 company in 2010). This research used Altman Z-Score statistical models to identify the condition of financial distress in company and Multiple Linear Regression approach to analyze the relationship among variables. Until now there are three statistical models of Altman Z-Score; Z-Score for manufacturing firms listed on stock exchange market (public); Z-Score for manufacturing firms that are not listed on stock excange market (private); and Z-Score for non manufacturing firms listed on stock exchange market. This research used the Altman Z-Score model for manufacturing company listed on stock exchange market. This research adopted model research developed by Dr. Zane Swanson (2010), to examine the relationship of intangible assets with financial distress. In his research, Dr. Swanson stated that the lack of intangible assets will show that firms are not creating future opportunities and at the worst may be subject to financial distress. This study found that the risk of bankruptcy has a positive relation with financial distress which can be seen in the Z-Score. The result of this reseeacrh stated that the firms which has no intangible assets tend to have a risk of financial distress (lower Z-Score).
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Nurkhalisha
Abstrak :
ABSTRAK
Aset tidak berwujud adalah aset yang tidak dapat dilihat atau diukur secara fisik. Meskipun mereka tdak memiliki karakteristik fisik, aset tidak berwujud memiliki nilai karena keuntungan yang mereka berikan untuk bisnis. Makalah ini menganalisis model penilaian aset tidak berwujud yang dapat digunakan untuk menilai aset tidak berwujud: nama merk dan penelitian pengembangan aset. Nilai aset-aset ini dapat ditingkatkan atau diturunkan, berdasarkan hasil dari proses pengadilan. Jika suatu perusahaan mengeluarkan biaya hukum untuk berhasil mempertahankan aset tidak berwujud, biaya-biaya tersebut dikapitalisasi dan meningkatkan nilai tidak berwujud. Di sisi lain, jika sebuah perusahaan tidak berhasil dalam mempertahankan aset tidak berwujud, yang tidak berwujud itu tidak berharga dan perusahaan diharuskan untuk menghapusnya. Dalam hal ini, saya memeriksa semua kejadian bedasarkan Australian Accounting Standards Board AASB 138 Intangible Assets sebagaimana diterbitkan dan diubah oleh International Accounting Standards Board IASB .
ABSTRACT
Intangible assets are assets that cannot be seen or physically measured. Although they have no physical characteristics, intangible assets have value because of the advantage they provide to a business. This paper analysed valuation model of intangible assets that can be used to value intangible assets: brand name and research development assets. The value of these assets can be increased or decreased, based on the outcomes of court proceedings. If a company incurs legal costs to successfully defend an intangible asset, those costs are capitalised and increase the value of the intangible. On the other hand, if a company is unsuccessful in defending an intangible asset, the intangible is worthless and the company is required to write it off. In this case, I examine the event based on Australian Accounting Standards Board AASB 138 Intangible Assets as issued and amended by the International Accounting Standards Board IASB .
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Stephen Setiawan
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis relevansi nilai dari dividen dan aset takberwujud, serta dampak dari pengadopsian IFRS terhadap relevansi nilai dari aset takberwujud menggunakan data dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2012. Penelitian ini menggunakan model data panel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dividen, aset takberwujud, dan goodwill memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap harga saham. Pengadopsian IFRS tidak terbukti memiliki dampak positif terhadap relevansi nilai dari aset takberwujud dan goodwill. Pada analisis tambahan, ditemukan bahwa aset takberwujud teridentifikasi dan dividen memiliki relevansi nilai yang paling signifikan dibandingkan dengan variabel independen lain yang merupakan bagian dari nilai buku dan laba. ...... The purpose of this research is to analyze the value relevance of dividends and intangible assets, and the effect of IFRS adoption on the value relevance of intangibles using a sample of manufacturing firms listed on the Indonesia Stock Exchange over the period 2007-2012. This research employs the panel data model. The results indicate that dividends, intangible assets, and goodwill are positively and significantly associated with stock price. IFRS adoption is not found to have a positive effect on the value relevance of intangible assets and goodwill. In an additional analysis, dividends and identifiable intangible assets are found to be the most value-relevant components of earnings and book value, respectively.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S54927
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Akbar Muhammad
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran informasi akuntansi dalam keputusan investasi venture capital di perusahaan baru berbasis teknologi. Studi ini bersifat kualitatif dan eksploratori dengan perolehan bukti empiris dari wawancara yang dilakukan terhadap professional yang berkerja di perusahaan venture capital di Indonesia. Agenda diskusi utama dibagi terhadap 3 preposisi yaitu: peran stewardship laporan keuangan yang tersedia; peran valuation dari laporan keuangan yang tersedia; dan dampak asset tidak berwujud tidak tersingkap pada nilai valuasi value of investment perusahaan. Dalam temuannya, informasi akuntansi tidak memegang peran stewardship dan valuation dalam keputusan investasi yang dimiliki venture capital. Aset tidak berwujud yang tidak tersingkap juga ditemukan mempengaruhi nilai valuasi venture capital. ...... This research aims to examine the role of accounting information in venture capital investment decision at technology start ups. The study is qualitative and exploratory in nature, collecting data from a series of interview with professional who works at venture capital firm in Indonesia. Discussion agenda is framed on three propositions stewardship role of accounting information from existing financial statements valuation role of accounting information from existing financial statements and assessing the impact of undisclosed intangible assets to value of investments venture capital. We find that accounting information no longer plays strong stewardship and valuation role, certainly in early stage investment for venture capital investor. We also found undisclosed intangible assets have positive correlation impact on venture capital investment value.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S69004
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsi Juan Andikabuana
Abstrak :
Meski literatur bisnis internasional telah menemukan pentingnya pengaruh pemerintah negara asal dalam internasionalisasi pasar negara berkembang, hanya ada sedikit penelitian tentang pengaruh pemerintah terhadap wilayah Asia Tenggara, terutama Indonesia. Studi ini bertujuan untuk mengatasi kekurangan ini dengan mengamati apakah investasi luar negeri perusahaan Indonesia dapat dipengaruhi oleh pemerintah. Studi ini juga berargumen bahwa kemampuan perusahaan dapat memoderasi hubungan ini. Kami menggunakan beberapa metode penelitian dan menemukan dampak dari hubungan antara kepemilikan pemerintah dan investasi luar negeri. Namun, dampak tersebut tidak signifikan. Penelitian lebih lanjut dapat mengkaji masalah ini dengan lebih seksama untuk menemukan bukti yang lebih substansial. ......Though International business literature found the urgency of the home country's government influence in emerging market internationalization, there is still a limited research about the government influences on the Southeast Asian region, especially Indonesia. This study tries to address this oversight by looking at whether Indonesian companies’s overseas investment could be influenced by the government. The study also argue that the firm capabilities could moderate this relationship. We carried out multiple methods and found an effect on the relationship between government ownership and overseas investment. Yet, it is insignificant. Future research could investigate this further to gather more substantial evidence.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library