Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Endang Rudiatin
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan studi tentang kegiatan ekonomi masyarakat perbatasan di desa Aji Kuning di kecamatan Sebatik kabupaten Nunukan Kalimantan Timur, yang terintegrasi dengan pasar Tawau, wilayah Sabah Malaysia. Dalam penelitian ini, saya menyebutnya integrasi ekonomi. Penelitian difokuskan pada pasar sebagai arena transaksi. Pasar menjadi entry point untuk melakukan pengamatan. Kondisi paradoks desa Aji Kuning, satu sisi sebagai desa terpencil dan miskin bagi Indonesia, disisi lain strategis sebab dekat dengan Malaysia yang memiliki kondisi sosial-ekonomi lebih baik, membuka peluang-peluang masyarakat desa mengaktifkan potensi sumber daya sosial budaya untuk membangun kepentingan-kepentingan ekonomi bagi kesejahteraannya. Masyarakat Aji Kuning di perbatasan membangun jaringan ekonomi sebagai bentuk solidaritas sosial bagi kepentingan penguasaan sumber-sumber ekonomi untuk kesejahteraan hidupnya. Negara dalam hal ini institusi politik lokal membuka peluang masyarakat membangun pasar yang sangat fleksibel dalam pengaturan perdagangan lintas batas. Pasar adalah entitas yang tidak sekadar menopang keberlangsungan ekonomi dengan mempertemukan penjual dan pembeli. Pasar memiliki tanggung jawab dan fungsi yang jauh lebih kompleks. Sebagai sebuah sistem kebudayaan, ia menjaga dan menyangga dinamika sosio-budaya masyarakat di perbatasan. Masyarakat Aji Kuning membangun jaringan-jaringan perdagangan yang berkaitkelindan dengan sosial, politik, budaya, kekerabatan dan etnik. Mereka mengaktifkan simpul kekerabatan dan etnisitas untuk membangun jaringan. Identitas etnik bersifat kontekstual bergantung pada kepentingan dan motif ekonominya. Jaringan perdagangan meliputi berbagai unsur, mulai dari pembeli, penjual, pemodal dan broker, dengan keragaman etnik dan kebangsaan serta pembagian kerja. Jaringan berfungsi banyak, sebagai jaringan komunikasi dan informasi harga dan permodalan serta berbagi keuntungan dan resiko dengan variasi pertemanan, kekerabatan dan patron-klien. Demikian pula meliputi berbagai institusi, pemerintah, kelompok etnik dan aparat perbatasan Indonesia dan Malaysia. Kesemuanya terintegrasi dalam suatu kegiatan ekonomi lokal di perbatasan. Jaringan etnisitas menjadi basis integrasi ekonomi. Pengamatan terhadap identitas etnik dan pemanfaatannya dalam jaringan ekonomi, ditekankan pada interaksi kelompok-kelompok etnik dalam kegiatan ekonomi di semua jaringan berdasarkan komoditas yang diperdagangkan. Pengamatan terhadap jaringan-jaringan menyimpulkan bahwa integrasi ekonomi sarat dengan berbagai interaksi social, sebagai arena aktivitas budaya dan ekspresi politik, jaringan arus informasi, serta pusat interaksi masyarakat dengan keragaman sosial, ekonomi, etnis dan agama, sekaligus gabungan kelompok2 budaya, yang berbenturan, bekerja sama, berkolusi, bersaing, dan mengalami konflik. Strategi-strategi melintas batas menjadi pilihan rasional, dan bahwa masyarakat perbatasan kerap menggunakan etnisitas dan dwikewarganegaraannya untuk melanggengkan perdagangan melintas batas. Politik menjadi sarana membangun ekonomi, sebaliknya tanpa kekuatan ekonomi kekuasaan politik tidak akan bertahan lama.
ABSTRACT
This research is the study of economic activities in the border villages Aji Kuning in the Sebatik Island, in the district Nunukan of East Kalimantan, which is more integrated with the market Tawau, Sabah area of Malaysia. In this study, I call it economic integration. It focused on the market as an transactions arena. Market as an entry point for making observations. Aji Kuning village is a paradoxical condition, one side of a remote and poor villages of Indonesia, on the other hand is close to Malaysia, which has socio-economic conditions better. This can open up opportunities for rural communities to enable the potential socio-cultural resources to build the economic interests for their welfare. In the Aji Kuning market community was found that the borderlanders build the economic network as a social solidarity formation for economic resources benefit. The related countries especially the local politic institutions provide more opportunity to the borderlander developing a flexible market for borderland trade regulation. The market is not just an entity that sustains the economic sustainability by bringing together sellers and buyers. The market has a responsibility and a much more complex functions. As a cultural system, he is maintaining and supporting the socio-cultural dynamics in the border communities. Aji Kuning community build complexity networks. It?s not merely influence the economic dimension but also related to other dimensions especially social, political, cultural, and ethnic kinship. They enable the knot of kinship and ethnicity to build the network. Ethnic identity as a culture identity is contextual and it depends on economic interest and benefit. Trade networks includes a variety ofelements, among others buyers, sellers, investors and brokers, with ethnic and national diversity and the division of labor. The networks have many functions, as communication networks and information and price of capital and share profits and risks with a variety of friendship, kinship and patron-client relationships. Similarly, covering a variety of institutions, governments, ethnic groups and forces the border of Indonesia and Malaysia. All are integrated into a local economic activity at the border. Network of ethnicity is the base of the integration economy. Observations on ethnic identity and its utilization in the network economy, emphasis on the interaction of ethnic groups in economic activity in all networks based on the commodities are traded. Observation of the networks concluded that the borderline market is loaded with social interactions. There are arena of cultural activity and political expression, the network information flow. It is also the center of community interaction with the social diversity, economic, ethnic and religious, as well as the combined culture group which are clash, collaborate, collude, compete and conflict. Strategies across borderlinders becomes a rational choice, and that people often use their ethnicity and dual nationality to sustain the trade across borders. In this case, politics became the economic development facility. On the other hand, without economic power, the politic authority will not be long-lasting.
Depok: 2012
D1347
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Leyden : Budapest : Akadémiai Kiad, 1976
338.91 INT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Tri Budiarti
Abstrak :
ABSTRAK Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) merupakan perjanjian kerjasama ekonomi bilateral yang pertama untuk Indonesia. IJEPA diharapkan mampu meningkatkan kompetisi industri manufaktur Indonesia karena telah disepakatinya fasilitas khusus untuk peningkatan kapasitas dan daya saing industri manufaktur, yaitu USDFS dan MIDEC. Setelah implementasi IJEPA, Price-cost margins (PCM) Indonesia berfluktuasi setelah IJEPA. Price-cost margins telah digunakan sebagai indikator persaingan, dikarenakan PCM berhubungan dengan keuntungan rata-rata di sebuah industri.. Penelitian ini menganalisis dampak implementasi IJEPA terhadap PCM industri manufaktur Indonesia dengan menggunakan data panel industri besar dan sedang periode 2004 ? 2012. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa IJEPA mampu menurunkan PCM industri manufaktur Indonesia dengan efisiensi faktor input produksi, penurunan biaya bahan baku industri, dan pencapaian skala ekonomi pada industri tertentu.
ABSTRACT Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) is the first bilateral economic agreement for Indonesia. IJEPA is expected to increase Indonesia manufacture industry competition because of the establishment of preferential facilities of capacity building and competition for manufacturing industry in Indonesia, they are USDFS and MIDEC. Post implementation of IJEPA, Price-cost margins (PCM) fluctuated. PCM has been generally used as a competition indicator, because PCM related to average profit of an industry. This study analyzes the impact of IJEPA implementation on PCM of manufacture industry in Indonesia using panel data of large and small industry within 2004 ? 2012 periods. The result of this study conclude that IJEPA able to make PCM of manufacture industry fall through efficiency of input factors use, the cost of materials price downfall, and economies of scale in certain industries.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T44893
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Wibisono
Abstrak :
RINGKASAN EKSEKUTIF Karya akhir ini melakukan studi tentang dampak dari liberalisasi perdagangan tekstil pasca GATT terhadap industri tekstil Indonesia. Tujuan dari karya akhir ini ialah untuk memberikan penjabaran tentang situasi dan kondisi industri tekstil nasional serta masukan bagi Argo Pantes untuk meningkatkan daya saingnya di pasar tekstil global, sebagai kasus studi dalam kaitannya dengan liberalisasi perdagangan tekstil tersebut. Metodologi penulisan berupa analisa deduktif mengenai perdagangan tekstil dan situasi industri tekstil global, nasional dan terakhir studi kasus satu perusahaan dengan konsentrasi topik pada strategi pemasaran ekspor. Hasil produksi industri tekstil Indonesia tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan sandang domestik, tetapi juga telah menjadi suatu komoditi andalan ekspor non migas. Industri tekstil Indonesia mulai berkembang sejak pemerintah Indonesia memasyarakatkan moto substitusi impor pada tahun 1970an. Sejak itu, industri ini terus berkembang pesat dan ekspornya terus meningkat sehingga pada tahun 1992 pertumbuhan ekspornya lebih dari 40% sejak 1991. Sejak tahun 1974, perdagangan tekstil antara negara berkembang dan negara maju diatur oleh kesepakatan MFA (Multi Fibre Arrangement) yang membatasi jumlah ekspor ke negara maju melalui kuota TPT. Hal ini tentu saja merugikan negara berkembang termasuk Indonesia. Setelah 20 tahun perdagangan tejstil dunia diatur oleh MFA, terobosan baru berhasil dicapai pada akhir Putaran Uruguay Desember 1993 di Geneva. Terobosan tersebut merupakan liberalisasi perdagangan tekstil dunia yang akan dicapai setelah masa transisi 10 tahun sejak Januari 1995. Dengan demikian, arus perdagangan tekstil di dunia tidak lagi dibatasi oleh kuota. Hal ini membawa dampak yang signifikan bagi industri tekstil nasional secara umum serta para masing-masing produsen tekstil secara khusus. Jika selama ini Indonesia mengeluh bahwa jumlah kuota yang terlalu sedikit menghambat ekspor kita, tetapi sekarang dengan akan adanya liberalisasi perdagangan tekstil, belum tentu industri tekstil kita dan semua produsennya siap menghadapi perubahan ini. Banyak faktor-faktor eksternal industri yang kurang menunjang kompetensi dan daya saing industri tekstil kita dalam menghadapi persaingan global. Antara lain ketidakkonsistenan pemerintah dalam perihal kuota dan pendistribusiannya, biaya transaksi yang tinggi san suku bunga pinjaman bank yang tinggi (16-18%). Di samping itu, banyak produsen tekstil nasional yang selama ini hanya mengandalkan keunggulan komparatif berupa buruh murah serta sibuk berusaha untuk memperoleh kuota tanpa memperhatikan kualitas produknya. Akibatnya, banyak produk TPT yang dihasilkan oleh mereka kurang tinggi kualitasnya. Industri tekstil Indonesia secara keseluruhan harus meningkatkan daya saing mereka terutama memberi perhatian pada kulitas produk, sistim dan strategi pemasaran ekspor, dan diferensiasi produk yang "kelasnya" lebih tinggi. Tetapi, tanpa didukung oleh aparat pemerintah dan kebijakannya, industri tekstil sendiri tidak mungkin dapat meningkatkan daya saingnya. Pemerintah harus menyadari masalah-masalah penghambat ekspor yang diakibatkan oleh pihaknya dan bekerja sama dengan swasta untuk menciptakan forum dialog dua arah agar dapat bahu membahu meningkatkan daya saing ekspor TPT. Pihak swasta sendiri hendaknya mulai melakukan evaluasi perusahaan yang berhubungan dengan peningkatan kapabilitas dan kompetensinya. Argo Pantes merupakan contoh dari salah satu produsen tekstil nasional yang sadar akan pentingnya memiliki keunggulan kompetitif untuk memenangkan persaiangan jangka panjang. Hal ini tercermin dari komitmen manajemennya untuk mengikuti perkembangan teknologi, serta secara konsisten mempertahankan kualitas produknya. Walaupun saat ini Perseroan sudah termasuk produsen tekstil terpadu yang mampu bersaing di tingkat dunia, namun tetap harus memodifikasi strategi pemasaran ekspor yang sekarang telah ada untuk mengantisipasi liberalisasi perdagangan tekstil. Hal ini bukan berarti strategi yang dilakukan oleh Perseroan masing kurang baik, tetapi pelru lebih dimantapkan. Perseroan saat ini memproduksi dua lini produk, kain dan benang, yang maisng-masing terdiri dari dua jenis yaitu, katun dan polyester katun yang ditujukan untuk kelas menengah ke atas. Ekspor dilakukan ke berbagai negara di dunia antara lain Eropa, Jepang, Amerika dan Asia. Selama ini Perseroan sering berpartisipasi dalam pameran tejstil internasional dan mencantumkan namanya di berbagai katalog dan majalah tekstil internasional sebagai upata untuk mempromosikan produknya di luar negeri. Distribusi dilakukan melalui Japan Trading Company, merchansm agesn dan juga ekspor langsung. Harga produk ditentukan oleh harga pasar di masing-masing negara. Agar Perseroan dapat lebih meningkatkan daya saing maka Perseroan perlu melakukan diferensiasi kualitas dan membagi produk yang dihasilkan menjadi dua macam kualitas. Kualitas A untuk produk eksklusif dan kualitas B untuk produk yang saat ini telah di prosukdi. Perseroan juga perlu mendirikan kantor cabang di beberapa negara sebagai jalur distribusi agar Perseroan dapat memperoleh kontrol yang lebih besar atas pemasaran ekspornya. Promosi perlu lebih ditingkatkan untuk menunjang strategi diferensiasi kualitas. Perluasan pasar ke negara-negara yang belum dilayani selama ini juga akan membawa pasar global untuk lebih mengenal produk Perseroan.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Astatiani
Abstrak :
Era globalisasi saat ini mendorong negara-negara untuk melakukan integrasi dengan negara lainnya dalam hal pemenuhan kebutuhan dalam negeri dengan harga yang lebih murah dan juga mendorong kegiatan ekspor produk dalam negeri. Dengan terjalinnya integrasi ekonomi, selain terjadi peningkatan pada perdagangan internasional, terdapat juga efek peningkatan arus masuk FDI yang disebut sebagai investment creation yang berasal dari ekstra-regional. Terjalinnya kerjasama perdagangan yang menghapus hambatan perdagangan antara Indonesia dan China pada tahun 2010, menimbulkan pertanyaan mengenai apakah terdapat peningkatan pada arus masuk FDI di Indonesia yang berasal dari ekstra-regional dan juga mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi arus FDI di Indonesia semenjak ACFTA diberlakukan. Penelitian ini mencoba menjawab pertanyaan tersebut dengan melakukan analisi deskriptif dan juga pendekatan ekonometrika. Pendekatan ekonometrika pada penelitian ini menggunakan metode gravitasi dengan memasukkan data panel 91 negara dengan rentan waktu 13 tahun. Pendekatan ekonometrika memberikan hasil bahwa negara ektra-regional berpengaruh negatif signifikan terhadap arus masuk FDI yang menunjukkan bahwa Indonesia masih memerlukan melakukan kebijakan dalam menarik arus FDI dari ekstra-regional. ......The era of globalization encourages countries to integrate with other countries to fulfil domestic needs at lower prices and encourages the export of domestic products. When the countries conclude the Economic integration, besides of effect of the increment in international trade, there is also the effect of increasing FDI inflows which are called investment creation, which is the increment of FDI from extra-regional countries. Since Indonesia ratified ACFTA and the tariff between Indonesia and China became 0 tariffs in 2010, it raises questions about whether Indonesia had the investment creation from economic integration with China and what factors have influenced FDI flows in Indonesia since the ACFTA. This study attempts to answer this question using descriptive analysis and an econometric approach. The econometric approach in this study uses the gravity method by including panel data from 91 countries over a period of 13 years. The econometric approach gives the result that extra-regional countries have a significant negative effect on FDI inflows in Indonesia which makes Indonesia still needs to implement policies to attract FDI inflows from extra-regional.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Maman Suherman
Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003
060 ADE o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Jened
Jakarta: Kencana, 2015
346.048 8 RAH h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Erry Sukriah
Abstrak :
ABSTRAK
Pada saat ini negara-negara di dunia oenderung melakukan kerjasama dengan negara lain, bahkan hingga membentuk kawasan integrasi ekonomi. Berdasarkan data \NTO, sejak tahun 1990 jumlah perjanjian perdagangan meningkat tajam. dari 40 perianjian perdagangan menjadi 250 perjanjian perdagangan pada tahun 2002.

Peningkatan ini ternyaia berdampak tidak hanya pada total perdagangan dunta, tapi juga pada total FDI dunia. Tesis ini ingin menguji bagaimana dampak dari integrasi ekonomi ASEAN terhadap FDI khususnya pada negara ASEAN-5. Seiain itu, akan diteliti pula dampak dari variabel Iain seperti tingkat kesejahteraan masyarakat, tingkat keterbukaan perdagangan, ketersediaan infrastruktur, dan tingkat kebebasan (r?eedom) terhadap arus FDI neto yang masuk ke negara ASEAN-5.

Dari penelitian yang telah dilakukan disimpulkan bahwa bentuk-bentuk integrasi yang diikuti oleh negara ASEAN-5. seperti AFT A, ASEAN+1, ASEAN+3, dan APEC tidak signitikan mempengaruhi arus FDI yang masuk ke negara ASEAN-5. Faktor-faktor lain seperti tingkat kesejahteraan masyarakat dan tingkat keterbukaan perdagangan dan ketersediaan infrastruktur di negara tuan rumah signihkan mempengaruhi arus FDI neto yang masuk ke negara ASEAN-5. Sedangkan iingkat kebebasan tidak signitikan mempengaruhi arus FDI neto yang masuk ke negara ASEAN-5.
2007
T34257
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>