Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Makalah ini membahas tentang konsep dasar riset ionosfer regional. Konsep
penelitian dan pengembangan pengetahuan dinamika ionosfer regional dan
pemanfaatannya telah disusun berdasarkan tugas dan fungsi Bidang Ionosfer dan
Telekomunikasi. Tiga tahapan dalam rangkaian penelitian, pengembangan, dan
pemanfaatan pengetahuan dinamika ionosfer adalah pembangunan bank data ionosfer
regional, penelitian dan pengembangan dinamika ionosfer regional, dan pengembangan
kemasan hasil riset untuk pemanfaatan. Pengembangan bank data ionosfer regional
dimaksudkan sebagai dasar penopang yang kuat bagi kegiatan penelitian dan
pengembangan. Kegiatan penelitian dan pengembangan diarahkan untuk memahami
dinamika ionosfer regional dan pengaruhnya terhadap komunikasi dan navigasi.
Pengemasan hasil riset dimaksudkan agar informasi yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan pengguna. "
620 DIR 15:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Ketinggian lapisan ionosfer mempengaruhi besarnya frekuensi yang dapat dipantulkan oleh lapisan Ionosfer. Munculnya lapisan E ionosfer yang dapat menghalangi perambatan gelombang radio antara pemancar dengan lapisan F, mengakibatkan perubahan frekuensi kerja suatu sirkit radio komunikasi. Dari hasil simulasi yang dilakukan, semakin jauh jarak suatu sirkit komunikasi, maka perubahan frekuensi kerja yang harus dilakukan akan semakin besar. Untuk jarak sirkit komunikasi 1000 km dengan frekuensi vertikal (fv) 4 MHz dan ketinggian lapisan E (h?E) 100 km serta ketinggian lapisan F(h?F) 250 km, frekuensi yang harus diubah pada saat munculnya lapisan E yang menghalangi perambatan gelombang radio pada lapisan F mencapai 8,76MHz. Dengan perubahan sebesar itu, penyesuaian perangkat maupun perijinan penggunaan frekuensi tidaklah mudah dilakukan. Tanpa adanya kesiapan baik dari sisi perangkat maupun perijinan penggunaan frekuensi, maka komunikasi radio tidak dapat dilakukan dan hal inilah yang dapat dinyatakan sebagai gangguan komunikasi radio HF akibat kemunculan lapisan E"
620 DIR 4:3 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Purnama
"Komunikasi penerbangan antar bandar udara (ground to ground) berfungsi untuk memberikan pelayanan berupa informasi penerbangan dari satu bandar udara ke bandar udara lainnya. Dalam komunikasi ini informasi penerbangan yang dimaksud berupa pesan layanan informasi penerbangan, pesan administrasi penerbangan, pesan marabahaya, pesan urgensi, pesan keselamatan penerbangan, pesan meteorologi, pesan keteraturan penerbangan, dan pesan keselamatan. Layanan komunikasi penerbangan antar bandar udara memiliki persyaratan yang harus dipenuhi seperti waktu tempuh pesan dari pengiriman sampai dengan penerima maksimal selama lima menit dan kedua titik sumber terkoneksi dengan baik.
Sistem komunikasi penerbangan yang digunakan di bandar udara wilayah Maluku Utara saat ini hanya menggunakan Radio HF (high frequency), dimana keberhasilan komunikasinya ditentukan oleh kondisi lapisan ionosfer. Hasil pengamatan LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Negara)
menunjukkan bahwa kondisi lapisan ionosfer di wilayah Ternate dan sekitarnya senantiasa mengalami perubahan selama 24 jam sehingga informasi penerbangan tidak selalu dapat disampaikan sesuai aturan.
Tesis ini meneliti berbagai pilihan sistem komunikasi penerbangan yang digunakan untuk komunikasi antar bandar udara di bandar udara Sultan Babullah ? Ternate, Kuabang - Kao, Gamar Malamo - Galela, Buli - Buli dan Oesman Sadik - Labuha. Jenis sistem komunikasi penerbangan tersebut yaitu Radio HF, HF Data dan VSAT. Trafik penerbangan, pendapatan jasa aeronautika, biaya operasi dan perawatan, tingkat suku bunga, dan biaya investasi merupakan variabel yang digunakan untuk menentukan pilihan yang paling optimal sesuai dokumen Annex 10 volume 2, Aeronautical Telecommunication dengan tetap mengutamakan keselamatan penerbangan.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah bandar udara Sultan Babullah - Ternate ditingkatnya statusnya menjadi stasiun sub centre dengan menggunakan sistem komunikasi VSAT, bandar udara Buli - Buli menjadi stasiun tributary dengan menggunakan sistem komunikasi HF Data, sedangkan bandar udara Kuabang - Kao, Gamar Malamo - Galela, Oesman Sadik - Labuha
menjadi stasiun tributary dengan menggunakan sistem komunikasi Radio HF.
......The purpose of Aeronautical Fixed Service (ground to ground) is to deliver aeronautical information from one airport to the others. For such information, message could be in the form of aeronautical information service message, aeronautical administrative message, distress message, urgency message, flight safety message, meteorological message, flight regularity message, and safety message. In delivering aeronautical information, delivery time should be kept to 5 minutes or less and the two source points should be well connected.
The only Aeronautical Fixed Service system used in North Maluku region's airport at this time is HF Radio (high frequency), which success relies heavily on the wave propagation in the Ionosphere layer. Study by LAPAN (National Institute of Aeronautics and Space) shows that ionosphere layer?s condition in Ternate region and its surroundings suffers continuous changes during 24 hour period. Because of this reason, aeronautical information could not always be
delivered according to the requirement.
In this research, various Aeronautical Fixed Service system (i.e. Radio HF, HF Data and VSAT), used for communications among airports such as Sultan Babullah - Ternate, Kuabang - Kao, Gamar Malamo - Galela, Buli - Buli and Oesman Sadik - Labuha are analized. Variables such as flight traffic, flight service income to the airport, operating & maintenance cost, interest rate, and investment, are considered to determine the optimal system based on Annex 10 volume 2, with flight safety as the first principal.
According to this research, Sultan Babullah - Ternate airport should be upgraded to Sub Centre Station with VSAT communications system, Buli airport should become Tributary Stations with HF Data communications system, while Kuabang- Kao, Gamar Malamo - Galela and Oesman Sadik ? Labuha should become Tributary Stations with HF radio communications system."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T30972
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Edwards Taufiqurrahman
"ABSTRAK
Terjadinya tsunami menyebabkan adanya transfer energi dari gelombang tsunami di permukaan laut ke atmosfer di atas laut yang dilalui oleh tsunami, lalu diikuti oleh penjalaran gelombang secara vertikal ke atas hingga mencapai ionosfer. Berikutnya gelombang vertikal ini menyebabkan terjadinya gangguan di ionosfer yang ditunjukan dengan adanya fluktuasi nilai diferensial total electron content TEC di ionosfer. Fluktuasi dTEC dinyatakan sebagai travelling ionospheric disturbance TID yang antara lain dipengaruhi oleh tsunami. Kecepatan TID, tinggi gelom-bang serta periodenya diyakini berkaitan dengan berbagai aspek oseanografis dan sifat fisis atmosfer.Analisis TID dari total electron content TEC di atmosfer pada saat terjadinya tsunami Sumatra ndash;Andaman 26 Desember 2004 telah dilakukan. Tsunami tersebut disebabkan oleh gempa bumi berkekuatan Mw=9,2, menyebabkan adanya rupture di sepanjang zona subduksi dari kepulauan Simeulue 3,3 LU 95,98 BT hingga kepulauan Andaman 13,58 LU 92,65 BT , dan tsunami menjalar dari sepanjang zona rupture tersebut. Studi ini bertujuan untuk: 1 menganalisis tinggi gelombang dan periode TID, dan 2 untuk menentukan kecepatan TID dan kaitannya dengan kecepatan tsunami.Didapatkan hasil bahwa TID saat kejadian memiliki tinggi gelombang rata-rata 0,161 TECU dan periode 16 menit. Juga disimpulkan suatu gelombang tsunami yang merambat dengan kecepatan rata-rata sekitar 802,4 km/jam akan diikuti dengan adanya gelombang di ionosfer yang melaju horizontal dengan kecepatan 669,9 km/jam. Waktu sampainya tsunami dan waktu munculnya TID berselisih dengan rata-rata selisih waktunya 0,56 jam, yang menunjukkan adanya perambatan secara vertikal dengan kecepatan 625 km/jam.

ABSTRACT
Tsunamis can cause energy transfer from the the wave in the ocean to the atmo phere above it, and followed by vertical wave propagation from the sea surface to the ionosphere. Then the vertically propagated wave causing disturbance in the ionosphere, showed by fluctuation of the differential TEC. The fluctuation are known as travelling ionospheric disturbance TID . The TID velocity, wave height and period is believed to be linked with ocenographic and physical properties of the atmosphere.The analysis of TID from total electron content TEC in the atmosphere at the time of the Sumatra ndash Andaman tsunami on December 26, 2004 had been done. The tsunami caused by an earthquake with magnitude Mw 9 2, causing rupture along the subduction zone from the Simeulue island 3,3 N 95,98 E to the Andaman islands 13,58 N 92,65 E , and tsunami was propagated from the rupture zone. This study aimed to 1 analyze the TID wave height and periods, and 2 to measure the TID velocity and its relation with the tsunami velocity.Results showed that the TID from the event have an average wave height of 0.161 TECU and period of 16 minutes. And also it was showed that a tsunami wave with average velocity of 802.4 km h will be followed by a TID with average velocity of 669.9 km h. Tsunami travel time and TID time have difference about0.56 hour, showing that there was a vertical wave with average velocity 625 km h."
2016
T47038
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library