Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marsha Shabrina
"Tidak ada tempat yang aman bagi perempuan dan anak perempuan di seluruh dunia untuk terhindar dari kekerasan seksual, bahkan dalam institusi pendidikan berbasis agama sekalipun. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melihat pengalaman perkosaan anak perempuan santriwati di Pondok Pesantren Tahfidz Madani Kota Bandung, bagaimana perkosaan tersebut bisa terjadi, faktor apa yang mendorong perkosaan tersebut, dan bagaimana dampaknya terhadap kehidupan anak perempuan sebagai korban. Lebih lanjut, skripsi ini menggunakan metode penelitian feminis dengan teori feminis radikal dan teknik analisis naratif feminis dalam menguraikan pembahasan kasus perkosaan terhadap anak perempuan santriwati melalui wawancara yang dilakukan. Hasil analisis menunjukkan bahwa perkosaan yang dialami oleh anak perempuan santriwati tidak terlepas dari supremasi laki-laki yang mengakar akibat budaya patriarki dalam setiap lapisan masyarakat. Hal tersebut membuat ketidaksetaraan gender dan ketidakseimbangan relasi kuasa semakin terlihat jelas. Relasi kuasa yang timpang, berlapis, dan interseksional antara pelaku dan korban kemudian menciptakan lingkungan di mana penyalahgunaan lebih mungkin terjadi dan berkontribusi pada kekerasan seksual anak, termasuk di institusi pendidikan berbasis islam seperti Pondok Pesantren Tahfidz Madani. Kasus perkosaan dengan posisi anak perempuan santriwati yang tersubordinasi oleh Herry Wirawan selaku tokoh agama sekaligus pemilik dan pengasuh di pondok pesantren tersebut menjadi bukti bahwa ketidakseimbangan relasi kuasa terealisasi dalam praktik kekerasan seksual di pesantren. Perkosaan yang dialami oleh anak perempuan santriwati tersebut membuat mereka mengalami viktimisasi berganda. Adapun dampak tersebut meliputi dampak psikologis, sosial, dan kehamilan yang tidak diinginkan. Hal ini menunjukkan bahwa pada akhirnya perempuan, terutama anak perempuan, selalu berada pada posisi yang dirugikan dalam masyarakat.
......There is no safe place for women and girls around the world to avoid sexual violence, even in religious-based educational institutions. The purpose of writing this thesis is to look at the experience of rape of boarding female students at the Tahfidz Madani Islamic Boarding School in Bandung, how the rape happened, what factors prompted the rape, and how it impacted the lives of girls as victims. Furthermore, this thesis uses feminist research methods with radical feminist theory and feminist narrative analysis techniques in describing the discussion of rape cases against boarding female students through interviews conducted. The results of the analysis show that the rape experienced by boarding female students cannot be separated from male supremacy which is rooted as a result of patriarchal culture in every layer of society. This makes gender inequality and power relations imbalances even more obvious. Unequal, layered, and intersectional power relations between perpetrators and victims then create an environment where abuse is more likely to occur and contribute to child sexual violence, including in Islamic-based educational institutions such as the Tahfidz Madani Islamic Boarding School. The rape case in the position of a boarding female student who was subordinated to Herry Wirawan as a religious figure as well as the owner and caregiver is proof that an imbalance of power relations is realized in the practice of sexual violence in Islamic boarding schools. The rape that was experienced by boarding female students made them experience double victimization. These impacts include psychological, social, and unwanted pregnancies. This shows that in the end women, especially girls, are always at a disadvantage in society."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Yosua Andre
"Kurangnya perhatian dan stigma terhadap anak-anak korban terorisme membuat rantai yang tidak putus terhadap aksi terorisme. Lembaga pendidikan dan rehabilitasi yang ditujukan kepada anak korban terorisme juga tidak sepenuhnya berhasil dan terkadang menjadi faktor pendukung dari keberlanjutan terorisme. Anak dari Khairul Ghazali mengalaminya langsung yang membuat dirinya membangun Pesantren Al-Hidayah. Pesantren ini digunakannya untuk melakukan deradikalisasi dan mengembalikan kehidupan sosial anak-anak korban terorisme. Tugas karya akhir ini membahas bagaimana proses dan strategi deradikalisasi yang dilakukan di Pesantren Al-Hidayah dengan menggunakan analisis dari social bond theory milik Hirschi. Metode utamanya menggunakan analisis data sekunder terhadap hasil penelitian dan jurnal terdahulu. Dilakukan juga wawancara bersama Khairul Ghazali, namun hanya sebatas penguat argumentasi dari data sekunder yang digunakan. Hasilnya ditemukan bahwa keempat elemen ikatan sosial yaitu attachment, commitment, involvement, dan belief mampu memberikan pemahaman baru dan mencegah anak-anak korban terorisme disana memiliki ideologi radikalisme dan ekstremis. Strategi yang diterapkan di Pesantren Al-Hidayah yaitu green school, lifeskill, kelas tahfiz, dan trauma healing, secara holistik juga masuk kedalam ikatan sosial oleh Hirschi yang membantu anak-anak untuk kembali ke kehidupan normal di masyarakat.
......The lack of attention and stigma towards child victims of terrorism creates an unbroken chain of acts of terrorism. Educational and rehabilitation institutions aimed at child victims of terrorism are also not entirely successful and sometimes become a supporting factor for the continuation of terrorism. The son of Khairul Ghazali experienced it firsthand, which made him build the Al-Hidayah Islamic Boarding School. He uses this pesantren to deradicalize and restore children's social life from terrorists. This final project discusses the processes and strategies for deradicalization carried out at the Al-Hidayah Islamic Boarding School using an analysis of Hirschi's social bond theory. The main method uses secondary data analysis on the results of previous research and journals. Interviews were also conducted with Khairul Ghazali, but only limited to strengthening arguments from the secondary data. The results found that the four elements of social bonding, namely attachment, commitment, involvement, and belief, could provide new understanding and prevent children who were victims of terrorism from having radicalism and extremist ideologies. The strategies implemented at the Al-Hidayah Islamic Boarding School, namely green school, life skills, tahfiz classes, and trauma healing, are also holistically included in social bonds by Hirschi, which help children to return to normal life in society."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library