Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Liestyowati
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan pertama mengetahui dan menganalisa pengaruh faktor BETA, DER, EPR, LN. ME, dan PBV terhadap R saham di BEJ periode sebelum krisis dan selama krisis. Kedua mengetahui dan menganalisa ada tidaknya perbedaan pengaruh faktor BETA, DER, EPR, LN. ME, dan PBV terhadap R antara dua periode tersebut. Berdasarkan CAPM pengaruh BETA terhadap return adalah positif. Sementara studi empiris ditemukan adanya kontradiksi pada model CAPM: Basu (1977) menemukan pengaruh EPR terhadap return adalah positif. Stattman (1980) ; Rosenberg(1985) dan Fama&French (1992) menemukan pengaruh BE/ME terhadap return adalah positif (pengaruh negatif PBV terhadap return). Banz (1981); Reinganum (1981); Brown dkk.(1983) dan Fama&French (1992) menemukan bahwa leverage punya pengaruh positif terhadap return . Sementara Fama&French (1992) dalam penelitian yang sama tanpa ada uji pembedaan menemukan ada perbedaan pengaruh faktor Beta, Size dan BeIMe terhadap return secara individual antara periode 1963-1976 dan periode 1977-1990, begitupun penemuan Davis periode observasi antara Januari 1940-1962 dan Pebruari-Desember 1940-1962. Penelitian di Indonesia dilakukan Sulastri,1999 yang menguji perbedaan pengaruh beta (risiko) terhadap return antara periode sebelum dan selama krisis, hasilnya adalah ada perbedaan yang signifikan pada pemodal domistik. Berdasarkan studi empiris tersebut maka hipotesa pertama dalam penelitian ini adalah ada pengaruh positif yang signifikan faktor BETA, DER dan EPR terhadap R , ada pengaruh yang negatif yang signifikan faktor ME dan PBV terhadap R dan hipotesa kedua adalah ada perbedaan pengaruh faktor BETA, DER, EPR, LN. ME, dan PBV terhadap R antara periode sebelum dan selama krisis. Metode penelitian melalui beberapa tahap pertama seleksi sampel yaitu saham teraktif dan mempunyai market equity besar selama periode observasi sebelum krisis dan selama krisis (Januari 1995 - Juli 1999). Tahap kedua merupakan analisis pengaruh faktor BETA, DER, ERR, LN. ME, dan PBV terhadap R periode sebelum, selama krisis dan gabungan. Dan tahap ketiga adalah analisis uji perbedaan pengaruh faktor BETA, DER, EPR, LN. ME, dan PBV terhadap R antara periode sebelum dan selama krisis. Ketiga tahap ini dilakukan terhadap data observasi sebelum dan setelah dikeluarkan data yang tidak normal (outlier). Pada analisa setelah outlier dikeluarkan juga dilakukan analisa terhadap variabel Leverage dan BE/ME. Hasil penelitian sebelum outlier dikeluarkan adalah pertama dari analisis pengaruh secara individual ditemukan faktor paling signifikan berpengaruh terhadap return pada periode sebelum krisis, selama krisis dan periode gabungan masing-masing EPR(0.0008,**), PBV(-0.032,***) dan BETA (0.068,1'11. Variabel DER merupakan faktor paling tidak berpengaruh dan tidak signifikan selama periode observasi. Sedang dari analisis pengaruh pada regresi cross section berganda ditemukan bahwa diantara faktor lainnya variabel DER paling tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap R. Ditemukan ada indikasi multikolinier antara variabel EPR dan Ln. ME. Maka dibentuk model regresi dengan mengeluarkan variabel DER dan Ln. ME hasilnya adalah terjadi model regresi yang signifikan secara partial dan keseluruhan pada periode sebelum, selama dan gabungan dengan nilai Fmasing -masing 2.323*, 23.65*** dan 11.x88*** Uji perbedaan pengaruh dengan variabel dummy secara individual ditemukan faktor -faktor yang signifikan mempunyai pengaruh yang berbeda antara periode sebelum dan selama krisis yaitu EPR (***], Ln. ME {*) dan PBV(*). Uji perbedaan pengaruh dengan uji dummy secara berganda ditemukan faktor - faktor yang signifikan mempunyai pengaruh yang berbeda antara periode sebelum dan selama krisis yaitu EPR (***} dan PBV(**). Hasil penelitian setelah outlier dikeluarkan adalah pertama dari analisis pengaruh secara individual ditemukan diantara faktor BETA, DER, EPR, LN. ME, dan PBV LEV. dan BEJME, faktor yang pal signifikan berpengaruh terhadap R pada periode sebelum krisis adalah BETA (*) dan EPR(*). Sedang dari analisis pengaruh pada regresi cross section berganda ditemukan tidak satupun variabel tersebut berpengaruh dan tidak signifikan terhada R. Uji perbedaan pengaruh dengan variabel dummy secara individual ditemukan hanya faktor BETA yang signifikan mempunyai pengaruh yang berbeda antara periode sebelum dan selama krisis. Dan secara berganda ketika model regresi dibentuk dengan variabel independen BETA, DER, EPR, LN. ME, dan PBV sebelum dan selama krisis, kecuali PBV. Sedang ketika model regresi dibentuk dengan variabel independen BETA, EPR, LN. ME, LEV. dan BE/ME hasilnya adalah hanya variabel EPR signifikan mempunyai pengaruh yang berbeda antara periode sebelum dan selama krisis terhadap R . Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ada faktor lain selain BETA yang selalu konsisten dan signifikan mempengaruhi return saham di BEJ yaitu EPR. Pengaruh kedua faktor terhadap return ini adalah signifikan berbeda antara periode sebelum dan selama krisis.
2000
T20565
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaenal Abidin
Abstrak :
Penelitian ini yang bertujuan untuk melihat hubungan antara return saham dan PER, seberapa jauh PER yang ditentukan oleh tiga faktor fundamental : dividend payout ratio (DPO), EPS growth (GR) dan leverage (risiko) yang mencerminkan nilai intrinsiknya. Di samping itu, penelitian ini mengetahui apakah rata-rata return dari portofolio saham yang high PER lebih kecil dibandingkan dengan portofolio saham low PER. Pengambilan sampel berjumlah 45 perusahaan yang selalu listing di BET sejak tahun 1993 sampai dengan 1999, kecuali pada periode selama krisis untuk menguji hipotesa kedua, ketiga dan keempat diambil 29 perusahaan. Penelitian ini menghasilkan suatu hubungan negatif yang tidak signifikan antara PER dengan return saham pada periode krisis dan positif signifikan pada periode selama krisis. Arah korelasi yang diperoleh antara PER dengan ketiga faktor fundamental (DPO, leverage, dan growth) baik pada model II maupun III berturut-turut positif, positif, dan negatif, kecuali pada model II yang memiliki hubungan tidak signifikan pada periode sebelum krisis. Disamping itu model II pada periode selama krisis, variabel growth berkorelasi positif dan pada periode gabungan variabel DPO berkorelasi negatif. Pada model II, variabel leverage mempunyai hubungan yang signifikan pada periode selama krisis dan gabungan sebelum dan selama krisis. Pada model III, variabel leverage mempunyai hubungan yang signifikan pada periode selama krisis dan gabungan sebelum dan selama krisis. Sedangkan DPO signifikan pada periode selama krisis dan growth signifikan pada periode gabungan sebelum dan selama krisis. Penelitian ini juga menghasilkan bahwa rata-rata return saham dari portofolio saham high PER lebih kecil dibandingkan dengan portofolio saham low PER pada periode sebelurn krisis maupun selama krisis adalah tidak signifikan.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T20349
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Widyastuti
Abstrak :
Capital Asset Pricing Model menyatakan bahwa beta merupakan satusatunya faktor yang dapat menjelaskan average return saham. Penelitian empiris lainnya menyatakan bahwa beta tidak eukup, bahkan tidak dapat membantu menjelaskan return saham. Sebaliknya variabel yang tidak berkaitan dengan teori seperti market equity yang menyatakan ukuran perusahaan (Bann (1981), Reinganum (1981)), book to market equity ratio (Rosenberg, Reid and Lanstein (1985)), cash flow yield (James L. Davis (1994), Lakonishok (1991)) memiliki kekuatan menjelaskan return saham yang signifikan. Beberapa penelitian tentang return saham dilakukan dengan menggunakan metode cross-section dalam analisisnya. Demikian juga dengan penelitian ini, yang menggunakan sampel terbatas pads perusahaan yang memiliki beta (risiko sistematik) positif dengan memakai periode pengamatan sebelum krisis (Januari 1995 aid Desember 1996) clan periode selama krisis (Januari I997 aid Desember 1999). Penelitian ini merupakan salah satu bagian dari banyak penelitian yang berusaha menguji Capital Asset Pricing Model dan perluasan CAPM serta pengaruh variabel anomali terhadap average return saham. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu beta, likuiditas, size, cash flow yield dan price to book value. Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini ada tiga hal. Pertama, apakah variabel beta dan likuiditas mempunyai pengaruh terhadap average return saham di Bursa Efek Jakarta pada periode sebelum krisis maupun selama krisis. Kedua, apakah pengaruh variabel-variabel firm size, price to book value, dan cash flow yield yang merupakan anomali, mempunyai pengaruh terhadap average return saham di Bursa Efek Jakarta pada periode sebelum krisis dan selama krisis. Ketiga, apakah variabel-variabel yang merupakan anomali dapat menggantikan beta dan likuiditas ataukah variabel-variabel tersebut hanya menambah kemampuan menjelaskan average return selain variabel beta clan likuiditas pada periode sebelum krisis dan selama krisis. Penelitian empiris ini membuktikan kebenaran pengaruh beta dan relative bid-ask spread (sebagai proksi dari likuiditas) terhadap average return pada periode sebelum krisis maupun selama krisis menunjukkan basil yang sesuai dengan perluasan CAPM dan mampu menjawab hipotesis yang diajukan. Pengaruh variabel yang emrupakan anomali (size, price to book value dan cash flow yield) secara tunggal pada periode sebelum krisis menunjukkan basil yang signifikan pada tingkat kepercayaan 5%.Demikian juga pada periode selama krisis. Sedangkan untuk regresi berganda pada periode selama krisis menunjukkan terdapat sate variabel yang signifikan pada tingkat kepercayaan 10% yaitu price to book value. Pada periode sebelum krisis perluasan CAPM memiliki kekuatan menjelaskan average return sebesar 0.166661. Sedangkan variabel anomali hanya mampu menjelaskan average return sebesar 0.122381, sehingga berdasarkan perbandingan besarnya nilai Adjusted R-square menunjukkan variabel anomali tidak mampu menggantikan standard CAPM dalam menjelaskan averag return. Variabel anomali hanya mampu menambah kemampuan CAPM dalam menjelaskan average return, hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan nilai Adjusted R-square yang memungkinkan kenaikan maupun penurunan. Dari semua regresi secara tunggal maupun berganda berdasarkan besarnya nilai Durbin Watson terlihat bahwa tidak terdapat serial correlation karena nilai DW terletak antara du < DW < 2 dengan 2 < DW < 4-du. Sedangkan untuk uji asumsi homoskedasticity berdasarkan nilai probabilitas White Heteroscedasticity test menunjukkan basil yang diharapkan yaitu varians error dari semua variabel adalah konstan. Penelitian ini terbatas pada perusahaan yang merniliki nilai beta (risisko sistematik) positif sehingga jumlah sampel sangat kecil yaitu 36 perusahaan. Untuk penelitian yang akan datang sampel dapat diperbanyak dengan memperpanjang periode pengamatan. Disarnping itu penelitian belum mencakup pertanyaan mengenai pengaruh variabel-variabel beta dan anomali terhadap average return pada jenis industri yang berbeda.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T20350
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pangaribuan, Christian
Abstrak :
Efisiensi dalam pasar modal sangat diperlukan untuk menentukan nilai atau harga sebuah saham yang wajar dalam suatu waktu. Salah satu definisi efisiensi pasar modal telah dikemukakan oleh Fama (1970) dengan Hipotesa Pasar Efisien-nya (selanjutnya disingkat HPE). HPE melihat efisiensi pasar modal dari segi informasi yang mempengaruhi pergerakan harga saham dan membaginya menjadi 3 bentuk : bentuk lemah, bentuk setengah kuat dan bentuk kuat. Tesis ini hendak meneliti HPE Bentuk Lemah di Bursa Efek Jakarta (BED. Secara khusus penelitian difokuskan pada terdapat atau tidaknya pelanggaran asumsi-asumsi HPE Bentuk Lemah berupa anomali haddalam-seminggu atau day-of-the-week anomaly (disingkat DOTW) dalam tingkat imbal basil dan dalam tingkat volatilitas imbal hash dari Indeks Harga Saham Gabungan (MSG). Anomali DOTW ini berupa adanya pola imbal hash atau pola volatilitas imbal hash yang secara signifikan berbeda dari 0 pada hari-hari tertentu dalam rentang waktu yang cukup panjang. Penelitian akan dilakukan dalam 2 jendela observasi, yaitu periode Sebelum Krisis Ekonomi Dimulai (SEBKED, 1 Januari 1996 - 31 Juli 1997) dan periode Setelah Krisis Ekonomi Dimulai (SETKED, 1 September 1997 - 31 Desember 2001). Terdapat 2 hipotesa yang menjadi dasar penelitian tesis ini, yaitu Hipotesa I Tidak terdapat anomali DOTW pads tingkat imbal hasil harian IHSG di periode SEBKED maupun SETKED setelah disesuaikan dengan tingkat risiko imbal hasilnya, dan Hipotesa 2 : Tidak terdapat anomali DOTW pads tingkat volatilitas imbal hasil harian IHSG di periode SEBKED maupun SETKED. Pengujian kedua tesis tersebut dilakukan dengan menggunakan 4 buah model dengan model regresi linier sebagai dasar untuk menggambarkan proses penciptaan data tingkat imbal hasil harian IHSG yang kemudian dikembangkan menjadi 3 variasi model GARCH untuk mengatasi masalah heteroskedastisitas, penyesuaian tingkat risiko pads estimasi tingkat imbal basil dan penggambaran proses penciptaan data dan tingkat volatilitas harian imbal basil IHSG. Hasiinya adalah tidak ditolaknya Hipotesa 1 untuk periode SEBKED maupun SETKED sedangkan Hipotesa 2 ditolak untuk periode SEBKED namun tidak ditolak untuk periode SETKED. Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian diatas adalah : pertama, anomali DOTW pada tingkat imbal hasil harian IHSG menghilang ketika tingkat risiko dimasukkan dalam estimasi tingkat imbal basil yang berarti pentingnya faktor risiko dalam menentukan efisiensi bentuk lemah sebuah pasar modal. Kedua, adanya anomali DOTW pada tingkat volatilitas imbal hash harian IHSG periode SEBKED yang kemudian menghilang di periode SETKED. Ketiga, dengan melihat kesimpulan 1 dan 2 maka HPE Bentuk Lemah terbukti secara empiris di BEJ sehingga para pelaku pasar tidak mungkin mendapatkan imbal hasil abnormal dengan informasi yang berasal dari data historis harga saham.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20622
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Prakoso
Abstrak :
Prospek investasi saham berdasarkan syariah di Indonesia diperkirakan akan terus berkembang seiring dengan kesadaran masyarakatnya yang sebagian besar beragama Islam. Pada dasarnya prinsip syariah adalah suatu perjanjian ataupun kontrak yang berdasarkan hukum Islam antara pemilik dana dengan peminjam dana untuk pengelolaan dana, keperluan pembiayaan usaha, atau kegiatan lain yang sesuai dengan prinsip syariah, mengandung unsur pembagian basil berdasarkan nisbah ekuivalen atau bagi basil (mudharabah). Karp akhir ini untuk mencari faktor yang paling berpengaruh dari perubahan ekonomi makro terhadap perubahan return Jakarta Islamic Indeks dan Indeks Harga Saham Gabungan. Maka peneliti akan mencoba mencari korelasi perubahan Jakarta Islamic Indeks dan indeks Harga Saham Gabungan yang dipengaruhi oleh perubahan variabel makro ekonomi mulai tahun 2001 sampai tahun 2005. Hasil analisa data dapat terlihat bahwa kurs dan inflasi yang terdistribusi normal sedangkan rJIJ, rihsg, rsbi dan rri2 tidak terdistribusi normal. Hasil uji satasioner dapat dilihat bahwa data return Jakarta Islamic Indeks (JII), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), inflasi, kurs, m2 adalah stasioner sedangkan rsbi (1 bulan) tidak stasioner !arena probability adalah 0.7436 lebih besar dari 0,05 maka perlu dilakukan transfonnasi first difference yaitu dari ordo 0 menjadi ordo 1. Dan analisa data dapat dilihat bahwa inflasi dan sbi 1 bulan terdapat korelasi yang lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0.228342, Kurs dan uang beredar (M2) juga terdapat korelasi lcbih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0.600638. Uang beredar (M2) terdapat korelasi yang lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,098219. Hal ini menunjukan bahwa antar variabel tersebut mernpunyai korelasi positif atau terjadi multikolinieritas. Peningkatan nilai inflasi maka pemerintah akan mena&kan suku bunga untuk mengendalikan laju inflasi. Dengan adanya kenaikan suku bunga maka masyarakat akan cenderung untuk menabung daripada untuk mcmbclanjakannya sehingga uang yang beredar (M2) akan naik pula. Hal ini menunjukan bahwa antar variabel tersebut terjadi multikolinieritas. Walaupun terdapat korclasi antar variabel diatas dan signifikan, namun tetap dimasukan regresi karma salah satu penyelesaian bila terdapat korelasi antar variabel adalah dengan mendiamkan saja atau tetap memasukkan variabel tersebut ke dalam model regresi (Gujarati,2003). Hasil uji D-W menunjukkan bahwa Jakarta Islamic Index dan Index Harga Saham Gabungan diarca tidak ada autokorelasi. Dari basil analisa berdasarkan E-views 5.0, temyata yang signifikan pada a = 5% adalah kurs dengan probability dibawah 0,05 (0.00330) untuk Jll dan probability dibawah 0,05 (0.00250) untuk IHSG. Hubungan antara return Jakarta Islamic Index dan return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan variabel makro dapat dilihat dari persamaan seperti dibawah ini: Rill = 0.0153 - 0.2999 inflasi - 0.8384 kurs + 0.7582m2 - 8.75796dsbi RIHSG = 0.0156 - 0.2290 inflasi - 0.7454 kurs + 0.4028 m2 - 10.6913 dsbi Analisis dilakukan dengan menggunakan Granger causality test bahwa hubungan return Jll dengan sbi terdapat pengaruh, dimana probabilitasnya di bawah 5% (Ho ditolak) hanya untuk lag 1, begitu sebaliknya antara sbi dengan return ill terdapat pengaruh, dimana probabilitasnya di bawah 5% (Ho ditolak) hanya untuk lag 1 sedangkan antara return Jll dengan variabel ekonomi makro Iainnya (kurs, inflasi, uang beredar) tidak terdapat pengaruh, dimana probabilitasnya lebih dari 5% (Ho diterima).
The prospect of investment in Islamic stock exchange in Indonesia is expected to grow due to the fact that most Indonesians arc Moslems. The basis of Islamic (Syariah) principle is an agreement or contract base on Islamic law between lender and borrower for fund management, business financing, or any other activity, which contain a profit sharing. The purpose of this study is to find out what element in macro economics change which is the most influencing factor towards the return of Jakarta Islamic Index (JIl) and the IHSG. In this study I try to look for the correlation between the changes in .111 and II-ISG which are influents by the change in macro economic variables since the year 2001 to 2005. We could see from the result of data analysis that exchange rate and inflation were distributed normally while 011, rihsg, rsbi, and rm2 were not distributed normally. From the stationary test we could see that the data of return .Ill, IHSG, inflation, exchange rate, m2 were stationer, while return of sbi (I month) is not stationary. The probability of rsbi was 0.7436 (more than 0.05), so it is necessary to perform first difference transformation from order 0 to order I . Data analysis showed that correlation of inflation and sbi (I month) is 0.228342, correlation of exchange rate and m2 is 0.600638, and correlation of m2 is 0.098219, all three are larger than 0.05. The data revealed that those variables have a positive correlation or multi colinierity. With an increase of inflation rate, the government will increase the saving rate to control the inflation. Rather than spending it, people tend to save their money when the saving rate increased, which will have an effect on the m2, so there are multi colinierity for those variables. Those variables are included in the regression because the solution of correlation of variables is to leave it or to include the variables into the regression (Gujarati, 2003). D-W test result revealed that there is no auto correlation of i l l and IHSG. E-views 5.0 analysis showed that variables which are significant at a = 5% is exchange rate, with probability less than 0.05 (Ml = 0.00330 and IHSG = 0.00250). Formula ofill and IHSG are: R11l = 0.0153 - 0.2999 inflation - 0.8384 exchange rate + 0.7582 m2 -- 8.7579 dsbi R1 HSG = 0.0156 - 0.229 inflation -0.7454 exchange rate + 0.4028 m2 - 10.6913 dsbi Analysis is completed using Granger causality test which showed influence of sbi to return ill and vice versa for lag 1 (probability less than 5%, Ho rejected). There is no influence of other variables (exchange rate, inflation, m2) to return ill (probability more than 5%, Ha accepted).
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19716
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktavianingsih
Abstrak :
Penulisan karya akhir ini mempunyai beberapa tujuan yaitu: [1] meneliti pola intrahari rerata return, rerata volatilitas return dan rerata volume transaksi; [2] meneliti efek akhir hari; [3] meneliti secara deskriplif rerata return hari Benin; serta [4] meneliti perbedaan rerata return, rerata volatilitas return dan rerata volume transaksi antar kelompok dalam interval pengamatan 15 menit. Pengujian dengan menggunakan data BEI sebanyak 40 saham dari 02 Januari 2006 sampai dengan 31 Juli 2006. Saham yang digunakan sebagai sampel mengikuti Ekaputra (2003) dan menggunakan interval pengamatan 15 menu. Rerata return intrahari tertinggi terjadi pada interval 20 yang menunjukkan adanya efek akhir hari untuk semua kelompok (sesuai dengan hasil penelitian Ekaputra ,2003), rerata return pada awal hari Senin bernilai negatif untuk kelompok I, II, V (sesuai dengan hasil penelitian Ekaputra ,2003), rerata return pada awal hari Senin bernilai positif untuk kelompok III, IV (tidak sesuai dengan hasil penelitian Ekaputra ,2003), perbedaan rerata return antara interval 20 dengan interval yang lainnya signifikan terjadi pada interval 20 untuk semua kelompok berdasarkan pengujian dengan menggunakan GLM. Rerata volatilitas return intrahari tertinggi terjadi pada interval 14 untuk kelompok 1 (tidak sesuai dengan hasil penelitian Ekaputra ,2003) dan interval 20 untuk kelompok II, III, IV, V (sesuai dengan hasil penelitian Ekaputra ,2003), perbedaan rerata volatilitas return antara interval 20 dan interval lainnya signifikan untuk semua kelompok berdasarkan pengujian dengan menggunakan GLM. Rerata volume transaksi intrahari tcrtinggi tcrjadi pada interval 1 dan interval 20 untuk kelompok I, li, IIi (sesuai dengan hasil penclilian Ekaputra ,2003), interval 1 dan interval 14 untuk kelompok IV (tidak sesuai dengan basil penclitian Ekaputra ,2003), interval 3 untuk kelompok V (tidak sesuai dcngan hasil penelitian Ekaputra ,2003), perbedaan rerata volume transaksi antara interval 20 dan interval lainnya signifikan untuk scmua kelornpok berdasarkan pengujian dengan mcnggunakan GLM.
The objectives of this final paper are : [I] to study intraday pattern of return, volatility of return and transaction volume, [2] to observe the existence of day end effect, [3] to research descriptively averages of stocks return on Monday, [4] to test mean statistically differences of return, volatility of return and transaction volume among observation intervals. The research uses Jakarta Stock Exchange (JSX) data for 40 stocks from January 02, 2006 to July 31, 2006. Stocks' samples for this research are as same as stocks' samples of Ekaputra (2003) and using 15 minutes of observation intervals. The highest intraday of return happened in interval 20 that shown day-end effect for all groups ( matched with Ekaputra,2003), return in the beginning of Monday is negative for group I, II, V (matched with Ekaputra, 2003), return in the beginning of Monday is positive for group III, IV (unmatched with Ekaputra , 2003), differences of return between interval 20 and other intervals are significant for all groups based on GLM testing. The highest intraday of volatility of return happened in interval 14 for group I (unmatched with Ekaputra, 2003) and interval 20 for group II, III, IV, V (matched with Ekaputra, 2003), differences of volatility of return between interval 20 and other intervals are significant for all groups based on GLM testing. The highest intraday of transaction volume happened in interval 1 and interval 20 for group I, II, III (matched with Ekaputra, 2003), interval I and interval 14 for group IV (unmatched with Ekaputra, 2003), interval 3 for group V (unmatched with Ekaputra, 2003), differences of transaction volume between interval 20 and other intervals are significant for all groups based on GLM testing.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19769
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagaol, Roma Uli
Abstrak :
Keputusan pendanaan pada dasamya diklasifikasikan menurut pemilihan hutang dan ekuitas. Pemilihan keputusan pendanaan akan mempengaruhi struktur modal perusahaan. Teori struktur modal menjelaskan ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan jika keputusan investasi dan kebijakan dividen dipegang konstan. Struktur modal yang dapat memaksimalkan nilai perusahaan atau harga saham adalah struktur modal yang terbaik. Dalam lingkup penelitian di BET , penelitian terhadap struktur modal dengan men-tradeoff antara cost dan benefit yang akan dihasilkan dengan mempergunakan hutang, sudah banyak dilakukan. Penelitian yang akan dilakukan pada tesis ini, ingin melihat prilaku pendanaan di BEJ dengan teori struktur modal selain dari pada teori static tradeoff ff (STOT) yaitu teori pecking order (POH), POH menyatakan bahwa penerbitan hutang barn jangka panjang hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja yaitu internal finrds flow deficit . Internal funds flow deficit dijelaskan dengan pembayaran dividen, pengeluaran modal, peningkatan bersih dari modal kerja dan pembayaran hutang jangka panjang yang jatuh tempo satu tahun dikurangi arcs kas perusahaan setelah bunga dan pajak. Sedangkan STOT dijelaskan oleh posisi pajak perusahaan, pertumbuhan perusahaan, besar kecilnya perusahaan, tipe aset perusahaan dan profitabilitas perusahaan. Hasil penelitian terhadap 123 sampel perusahaan dengan metode cross-section pooled data pada periode normal (1994-1996) dan periode krisis (1998-2000) menunjukkan penerbitan hutang baru jangka panjang tidak berkorenspondensi satu-satu terhadap internal funds flow deficit . Periode normal, hasil penelitian menunjukkan kecenderungan POH dan STOT secara bersama-sama mempengaruhi emiten di BEJ dalam menerbitkan hutang bare jangka panjang . Periode krisis, basil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan POH tidak lebih balk menerangkan penerbitan hutang baru jangka panjang dibandingkan STOT. Emiten memutuskan sumber pendanaan dengan menerbitan hutang bare jangka panjang, memiliki kecenderungan dipengaruhi oleh STOT dibandingkan dengan POR. Pengujian tentang apakah perusahaan-perusahaan dengan rasio penerbitan hutang baru jangka panjang yang moderate atau yang rendah yang akan mengikuti POH dibandingkan dengan rasio penerbitan hutang jangka panjang yang tinggi tidak dapat dilakukan balk untuk periode normal maupun pada periode krisis. Hal ini disebabkan pada periode normal terdapat 36,18% atau 89 perusahaan dari 246 sampel penelitian (batas kuartil 62 perusahaan) dan periode krisis 64,63% atau 159 perusahaan dari 246 sampel penelitian yang tidak menerbitkan hutang bare jangka panjang.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T20434
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karyanto Wibowo
Abstrak :
ABSTRAK
Pembahasan tentang hukum pasar modal -atau yang lebih khusus lagi jual bell saham telah tuntas, setidaknya bagi MUI (Majelis Ulama Indonesia) dengan fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 40IDSN-MUIIX12003 tentang Pasar Modal Dan Pedoman Umum Penerapan Syari'ah Di Bidang Pasar Modal. Setiap pasar modal mempunyai tingkat efisiensi sendiri-sendiri. dimana dikatakan pasar modal itu efisien apabila harga saham yang diperdagangkan didalamnya telah mengandung semua informasi yang relevan tentang saham tersebut. Bursa Efek Jakarta, melalui beberapa penelitian masih berada pada tingkat efisiensi Iemah dan setengah kuat. Hal ini jika dikaji dalam hukum Islam tidak bisa dihukumi sebagai halal, karena tidak semua pelaku pasar modal mempunyai informasi yang sama baik itu segi isi informasi, kebenaran informasi maupun waktu sampainya informasi. Disisi lain ada bagian dari perdagangan saham di Bursa Efek Jakarta yang mungkin lebih efisien dibanding dengan Bursa Efek Jakarta secara keseluruhan.
ABSTRAK
Solution about capital market law - or more special again share sales- have is complete, at least to WI with Council Moslem law National number religious advices 40IDSN-MUI/X12003 about Capital Market And Guidance Of Public Applying Of Syari'ah In Capital Market. Every capital market have own level efficiency, where told that efficient capital market if shares price which have contained all relevant information about the share. Jakarta Stock Exchange, passing some research still in weak form and semi strong level efficiency. This matter if studied in Islamic law cannot punish as is halal, because all perpetrator of capital market have not same information of that goodness of facet fill information, truth of information and also timing that information. Other side, there is part of commerce of share in Jakarta Stock Exchange which possible more efficient compared to with Jakarta Stock Exchange as a whole.
2007
T20519
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oksi Pancaseana
Abstrak :
Hubungan risiko dan imbal basil di Bursa Saham dapat dijelaskan antara lain melalui teori CAPM (Capital Asset Pricing Model). Teori CAPM mengemukakan mengenai pengukuran risiko dan imbal hasil yang relevan, serta bagaimana hubungan antara keduanya apabila pasar modal dalam keadaan seimbang. Hal tersebut telah dijelaskan pula dengan teori portfolio yang dikemukakan oleh Markowitz (1952) yang menyebutkan bahwa investor akan mendapatkan imbal basil terbaik dengan risiko yang diharapkan jika is melakukan diversifikasi dalam memilih portfolio yang optimal. Bukti empiris mengenai CAPM, telah dijelaskan melalui penelitian Fama dan Macbeth (1973) yang diantaranya mengemukakan hipotesa bahwa hubungan antara risiko dengan imbal basil bersifat linear, tidak ada efek sistematik dari risiko non-beta, terdapat positif expected return-risk tradeoff, dan koefisien titik potong atau intercept dalam regresi market model, sama atau lebih tinggi dibanding risk free rate. Penelitian ini membahas mengenai: (1) Karakteristik beta saham dan portfolio di Bursa Efek Jakarta, (2) Identifkasi model spesifikasi jurnal empiris CAPM versi Fama Macbeth (1973) dengan melihat hubungan sensitifitas antara imbal hasil saham dengan indeks pasar di BEJ, (3) Perbedaan ciri khas antara portfolio saham aktif dan saham tidak aktif menurut top frekuensi transaksi, (4) Teknik estimasi regresi dua langkah, dan (5) Penentuan ekuilibrium antara risiko dan imbal hasil. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 80 (delapan puluh) sampel emiten di BEJ yang terdiri dari 40 saham teraktif dan 40 saham tidak aktif selama periode tahun 2001 sampai dengan tahun 2002. Sampel dipilih berdasarkan metode purposive quota sampling dan menggunakan metode analisa regresi cross section dan time series. Hasil penelitian menemukan bahwa: (1) Risiko saham yang diukur dengan menggunakan proksi beta saham berpengaruh pada tingkat imbal hasil, (2) Balk pada portfolio saham aktif maupun tidak aktif terdapat hubungan linear antara risiko dan imbal hasil, (3) Pada portfolio saham aktif, tidak ada efek sistematik lain yang signifikan selain risiko beta, begitu pula pada portfolio saham tidak aktif, (4) Positif premium risiko tidak ditemui balk pada portfolio saham aktif maupun saham tidak aktif, dan (5) Portfolio saham dengan nilai beta sama dengan nol mcmpunyai imbal hasil yang lebih rendah daripada imbal hasil aset tanpa risiko SBI untuk portfolio saham aktif dan tidak aktif. Temuan ini menunjukkan bahwa risiko dan imbal basil bersifat linear dengan tidak adanya pengaruh risiko. sistematik lain dan premium risiko yang positif, investasi pada tahap ini mmbutuhkan suatu periode- jangka panjang untuk mendapatkan keuntungan yang meningkat stabil. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa teori CAPM berlaku untuk investor dengan tujuan rentang waktu jangka panjang. Temuan ini sejalan dengan teori CAPM versi Fama dan MacBeth (1973) bahwa risiko clan imbal basil bersifat linear, tidak ada efek sistematik lain selain beta. Keliadaan efek sistematik lain itu jugs sejalan dengan teori portfolio Markowitz (1952) bahwa efek sistematik akan diperkecil jika saham disatukan dalam portfolio. Namun, temuan mengenai postif premium risiko dan zero beta portfolio tidak sejalan dengan teori CAPM, mungkin dikarenakan perbedaan keadaan antara pasar modal di BEJ dengan di NYSE.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20555
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donny
Abstrak :
Seorang investor dalam melakukan investasi adalah dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari basil investasinya tersebut sehingga telap bisa mempertahankan bahkan meningkatkan nilai dari asset yang dimilikinya. Dalam melakukan investasi pada bursa saham maka tingkat pengembalian dari investasi akan sangat ditentukan oleh pemilihan portofolio investasi saham-saham yang dimiliknya, dimana saham-saham yang memiliki peningkatart kinerja akan memberikan keuntungan sebagai imbaI basil dari investasi yang dilakukannya. Didalam penelitian yang dilakukan ini akan berusaha untuk melakukan identifikasi terhadap bagaimana pencapaian kinerja historis dari gabungan 25 saham-saham yang memiliki nilai kapitalisasi pasar (Market Capitalization) paling besar pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) selama periode Januri 2000 - Desember 2005, dimana kinerja gabungan saham-saham tersebut akan direpresentasikan dalam bentuk sebuah Indeks Harga Gabungan yang akan menggambarkan kinerja saham-saham tersebut secara keseluruhan. Sebagai dasar acuan untuk melakukan perbandingan penilaian pencapaian kinerja gabungan dari 25 saham-saham yang memiliki kapitalisasi terbesar tersebut, maka akan digunakan kinerja historis IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) dan Indeks LQ-45 (sahamsaham yang dikategorikan sebagai saham-saham liquid) sebagai dasar perbandingan kinerja historis yang dicapai oleh gabungan 25 saham-saham dengan kapitalisasi paling besar tersebut. Alasan utama menggunakan IHSG dan Indeks LQ-45 sebagai tolak ukur dasar adalah bahwa indeks-indeks tersebut terdiri dari saham-saham yang memiliki industri yang beragam, sehingga memiliki kemiripan karakterstik dengan gabungan kelompok 25 sahamsaham yang memiliki kapitalisasi terbesar yang menjadi obyek penelitian. Selain inelakukan perbandingan kinerja dengan IHSG dan indeks LQ-45, didalam penelitian ini juga akan berusaha mengidentifikasikan apakah pergerakan dari kinerja historis gabungan 25 saham-saham dengan kapitalisasi pasar terbesar pada BEJ memiliki kemiripan pergerakan kinerja dengan kinerja historis yang terjadi pada IHSG dan indeks LQ-45. Selanjutnya juga penelitian ini juga akan mencoba untuk memahami keeratan hubungan dan pengaruh antara gabungan keinmpok 25 saham-saham yang memiliki kapitalisasi terbesar dengan kondisi pergerakan IHSG dan indeks LQ-45. Untuk Iebih remahami pergerakan historis dari gabungan 25 saham-saham dengan kapitalisasi pasar terbesar, maka akan dilakukan juga pengujian statistik untuk melihat apakah pergerakan kinerja historis selama periode pengamatan menunjukkan pola pergerakan yang memiliki pola (pattern) pergerakan tertentu atau hanya sekadar mengalami pergerakan secara acak (random). Penulis juga akan mengunakan pendekatan metode Capital Assets Pricing Model (CAPM) untuk memberikan gambaran perbandingan model pengukuran tingkat return apabila rnenggunakan pendekatan tolak ukur dasar pergerakan bursa saham secara umum (direpresentasikan didalam IHSG) dibandingkan dengan menggunakan pendekatan tolak ukur dasar pergerakan indeks gabungan 25 saham kapitalsasi terbesar. Hal ini dapat menjadi rnasukan balk bagi investor maupun manajer investasi dalam melakukan evaluasi dan prediksi terhadap portofolio investasi yang dimilikinya.
An investor invests to gain from the investment, with the expectation to protect and even increase the value of the acquired asset. The return from an investment in shares will be highly affected by the shares composition within the portfolio, in which shares showing increasing performance will provide the gain as the return from the invested capital. The purpose of this research is to ascertain the historical performance of 25 biggest stocks in terms of market capitalization in Jakarta Stock Exchange combined together for the period of January 2000 - December 2005, in which the combination will be represented as Composite Index (Indeks Harga Gabungan) to illustrate the performance as a whole. As a comparison, the historical performance of IHSG (Index Harga Saham Gabungan) and LQ-45 Index (45 most liquid stocks) will be used and compared. The main reason for using IHSG and LQ-45 Index as comparison to Composite Index is because these indices are composed of stocks from diverse industries, thus having similar characteristics to the Composite Index which is composed of 25 biggest stocks in terms of market capitalization and also the object of the research. Besides comparing the performance with IHSG and LQ-45 index, this research will also identify whether the historical movement of the Composite Index is similar with that of IHSG and LQ-45 Index. In addition, this research also intends to measure the closeness and influence between the Composite Index with IHSG and LQ-45 Index. To have more understanding on the historical movement of Composite Index, some statistical tests will be used to see whether such movement has a pattern or purely random.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19744
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>