Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Stearns, Marshall W.
New York : Oxford University, 1958
785.42 STE s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Areza Riandra Soenggono
"Topik utama pada penelitian ini adalah motivasi belajar dan memainkan musik jazz pada generasi muda. Kenyataan yang ada scat ini adalah musik jazz dipandang sebagai musik yang rurnit, sulit dinikmati, musik kalangan atas dan merupakan musik orang-orang tua saja. Stereotype ini berkembang karena memang sosialisasi musik jazz di Indonesia hanya terjadi di kalangan-kalangan tertentu saja. Pementasan-pementasan musik jazz kebanyakan hanya dilakukan di Hotel-hotel dan tempat-tempat eksklusif lainnya. Maka tidak heran jika anak-anak muda sedikit sekali yang akrab dengan musik jazz. Musik pop jauh lebih akrab dengan anak muda. Dalam kondisi tersebut, terdapat sebuah komunitas anak muda yang mempelajari dan memainkan musik jazz. Mereka adalah para anak muda yang mengikuti kursus musik di Lembaga Pendidikan Musik Farabi. Atas dasar fenomena inilah maka timbul pertanyaan dalam penelitian ini "Motivasi apakah yang melatarbelakangi generasi muda untuk memilih musik jazz sebagai musik pilihan mereka untuk dipelajari dan dimainkan? " dan " Faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap pemilihan musik jazz sebagai media mengekspresikan diri?" Obyek penelitian adalah para anak muda yang belajar dan memainkan musik jazz di LPM Farabi. Mereka mempunyai beragam latar belakang kehidupan yang berbeda-beda, baik yang berhubungan dengan musik maupun tidak. Hal tersebut secara langsung maupun tidak langsung membentuk dorongan dan hasrat yang berbeda-beda pula dalam melatarbelakangi pilihan mereka belajar dan bermain musik jazz. Hal tersebutlah yang digali dalam penelitian ini dengan metode pendekatan kualitatif, untuk mendeskripsikan pengalaman-pengalaman hidup mereka terutama dalam hal bermusik yang pada akhirnya membentuk motivasi untuk belajar dan bermain musik jazz. Teknik-teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara mendalam, studi kepustakaan dan melakukan pengamatan terlibat dengan menjadi siswa LPM Farabi. Ternyata motivasi Mama yang mendorong generasi muda untuk mempelajari dan memainkan musik jazz adalah karena mereka ingin menjadi musisi yang lengkap, dan mereka memperoleh pengetahuan dan kesadaran dari para instruktur di LPM Farabi bahwa untuk menjadi musisi yang lengkap harus dimulai dengan menguasai musik jazz."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S4288
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Dewi Saputri
"Jakarta International Jazz Festival tahun 1988-2005 dan dampak terselenggaranya acara tersebut dari masyarakat Indonesia menjadi fokus penelitian dari skripsi ini. Jakarta International Jazz Festival dicetuskan oleh Ireng Maulana karena pada saat itu Ireng Maulana menjabat sebagai anggota Dewan Kesenian Jakarta. Acara ini untuk memperkembangkan musik jazz di Indonesia. Penelitian ini menggunakan empat tahapan dalam metode sejarah, yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi dengan mengacu pada sumber-sumber tertulis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebaran musik jazz semakin kuat dengan terselenggaranya Jakarta International Jazz Festival di Indonesia dan mendapatkan apresiasi dari masyarakat baik penikmat jazz maupun masyarakat biasa. Selain itu, Jakarta International Jazz Festival juga berdampak pada peningkatan acara jazz yang diselenggarakan di Indonesia seperti Java Jazz Festival.

Jakarta International Jazz Festival in 1988-2005 and the impact of the implementation of the event from the people of Indonesia became the focus research of this thesis. Jakarta International Jazz Festival was initiated by Ireng Maulana because at that time Ireng Maulana served as a member of the Jakarta Arts Council. The event is to promote jazz music in Indonesia. This study uses four stages in the historical method, which is a heuristic, verification, interpretation and historiography by referring to the written sources.
The results showed that the spread of jazz is getting stronger with the implementation of the Jakarta International Jazz Festival in Indonesia and gain an appreciation from the public, both from jazz lovers and ordinary people. In addition, the Jakarta International Jazz Festival also had an impact on improving the jazz event held in Indonesia such as Java Jazz Festival."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S65578
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Miftahul Jannah
"Jazz sebagai suatu jenis musik tidak hanya menarik untuk dinikmati, karena pada musik jazz kita tidak nya memperoleh musik yang baik, tetapi juga musik yang memiliki kreativitas tinggi. Seperti halnya jazz, konsep inovasi berhubungan dengan kreativitas dan invention. Inovasi adalah perubahan
,,etahuan menjadi uang, ilmu pengetahuan adalah konversi uang menjadi pengetahuan. Apabila kedua konsep ini,jazz dan inovasi digabungkan, kita akan memiliki suatu konsep baru yang disebut sebagai the jazz of Innovation. Dalam lingkungan yang kompleks dan senantiasa berubah, suatu organisasi harus melakukan pembelajaran. The Jazz of Innovation mengajarkan kepada kita bagaimana suatu organisasi"
2009
TA-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian Rahmat Purwanto
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana serangkaian proses yang
dialami oleh beberapa musisi jazz, dari mereka kecil hingga dewasa, proses ini
kemudian membuat sebuah karakter tersendiri yang dimiliki oleh musisi tersebut,
yakni, sebuah karakter yang dikatakan oleh orang-orang sebagai ?jazzy people?,
atau orang-orang yang bermain musik dengan nge-jazz.
Dalam menjelaskan serangkain proses tersebut, penelitian ini membahas
profil masing-masing informan (musisi jazz) dengan rinci. Data diperoleh dari
kegiatan sehari-hari informan, yang diceritakannya kembali kepada peneliti.
Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu sekitar satu setengah tahun,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam
terhadap para informan, dan melakukan kegiatan sehari-hari bersama mereka
(participant observation).
Beberapa proses yang dialami setiap musisi ini kemudian menjadi data
yang akhirnya diolah dan dianalisa, dan menghasilkan kesimpulan, yakni masing-
masing musisi mengalami pola penanaman kebudayaan yang berbeda yang
berpengaruh terhadap musik mereka, yang akhirnya menjadikan mereka musisi
jazz.
Pola-pola penanaman kebudayaan yang ditemukan dari penelitian ini
antara lain adalah, pola pengenalan musik sejak dini oleh keluarga si musisi, juga
karena faktor lingkungan dimana dia berada, dan pola penanaman kebudayaan
yang terjadi karena adanya kesempatan dan keseriusan dalam diri musisi jazz
tersebut.
Berdasarkan penelitian ini, disimpulkan bahwa seseorang yang menjadi
musisi jazz itu melewati beberapa proses panjang dalam kehidupan mereka. Tidak
bisa dikatakan bahwa musisi itu bisa menjadi seorang yang ?jazzy? hanya karena
faktor keluarga saja, tetapi juga karena faktor-faktor lain, yang diantaranya adalah
institusi formal, dan lingkungan.

ABSTRACT
This study aimed to see how a series of processes experienced by some
jazz musicians, from their early years into adulthood, where this process later
create a character that is owned by the musician, that is, a character called by
people as "jazzy people", or people who play jazz music.
In explaining the series of processes, this research discusses the profile of
each informant (jazz musicians) in detail. The data was obtained from the daily
activities of informants that were shared to the researcher.
The research was conducted within a period of about one and a half years,
and to collect the data, the researcher used in-depth interviews with informants
and also performs daily activities with them.
The processes experienced by each musician was later was used as the
data that eventually was processed and analyzed, and lead to the conclusion that
each musician experienced different pattern of enculturation, which influenced
(affected) their music, and in the end made them become jazz musician.
Enculturation patterns found in this research include introducing music to
the musician from their early childhood by their family, influence by their
environment, and the opportunity and seriousness of the jazz musicians
themselves.
Based on this research, it was concluded that, a jazz musician went
through long and different processes in their lives. We can not say that a musician
could become a 'jazzy' only because of family factor, but also, the existence of
other factors such as the formal institution, and environment."
2010
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Oki Rahadianto Sutopo
"Tesis ini membahas mengenai dinamika kekuasaan dalam komunitas jazz Yogyakarta 2002-2010. Pada tahun 2002-2006 komunitas gadjah wong mendominasi komunitas jazz yang lain, strategi yang digunakan adalah dengan membangun wacana dominan ( doxa ) mengenai jazz standart. Mekanisme pembentukan habitus melalui berbagai sarana antara lain: jam session, kurikulum pendidikan dan magang. Muara dari pembentukan wacana dominan ini adalah supaya event tahunan Jazz Gayeng di Yogyakarta tetap diadakan. Pada tahun 2007, terjadi pergantian posisi dominan dimana komunitas samirono yang sebelumnya melakukan perlawanan (heterodoxa) menjadi pihak yang dominan dengan dukungan agen dari luar komunitas jazz Yogyakarta. Saat ini pihak yang dominan menerapkan strategi untuk mempertahankan posisi dengan membangun wacana jazz terbuka, muaranya adalah demi terlaksananya event tahunan Ngayogjazz di Yogyakarta. Metode observasi partisipasi dan wawancara bebas digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian disarankan supaya dibangun budaya yang lebih toleran serta pembagian kapital ekonomi yang lebih adil dalam komunitas jazz Yogyakarta.

This thesis focuses on the power dynamics among Yogyakarta?s jazz communities during the period of 2002-2010. In 2002-2006 the Gadjah Wong community dominated jazz communities in Yogyakarta, Gadjah Wong employed a strategy of building a dominant discourse (doxa) about a standart jazz to dominate the communities. It is also built a habitus through jam sessions, educational curriculum and apprenticeships. The main reason for maintaining this dominant discourse was so that it could hold the annual event, Jazz Gayeng in Yogyakarta. In 2007, the dominant position was taken over by Samirono community which was previously in a subordinate position mounted a counter discourse (heterodoxa), and began to dominate through the support of an agent from outside the jazz community. Now, Samirono as the dominant community, is trying to maintain its position through building discourse about open jazz, and the main goal is to make sure that the annual event Ngayogjazz happens. This research applied a participant observation and unstructured interviews for collecting its data info. The recommendations from this research are that the tolerant culture should be strengthened and there should also be more fair distribution of economic capital in Yogyakarta jazz communities."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
T27932
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pals, Jan van der
Amsterdam: Het spectrum, 2003
BLD 439.313 PLA p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Agatha Prahesty
"Tesis ini merupakan penelitian mengenai produksi dan konsumsi Festival Java Jazz di Indonesia yang diselenggarakan oleh PT. Java Festival Production. Penelitian ini bertujuan menunjukkan bagaimana sebuah produksi budaya dimaknai oleh produsen, konsumen, sponsor dan media, dan konstruksi sosial (gender, kelas, cita rasa) yang dibangun. Sumber data adalah AXIS Jakarta International Java Jazz Festival 2010 dan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, seperti produsen, konsumen, dan media. Landasan pemikiran yang dipakai adalah konsep pemaknaan (signifikasi). Pendekatan Cultural Studies diterapkan melalui kajian kritis terhadap hasil observasi, wawancara dan Focus Group Discussion (FGD). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Festival Java Jazz merupakan ruang pertarungan berbagai kepentingan, khususnya kepentingan kapital yang mendukung konstruksi sosial yang membangun citra femininitas dan membedakan cita rasa kelas menengah atas.

This thesis is based on a research on the production and consumption of Java Jazz Festival in Indonesia, which was organized by PT. Java Festival Production. The research is aimed at describing how a cultural event production was constructed by producers, consumers, sponsors and media, as well as the social construction (gender, class, flavor) created. The sources of data are AXIS Jakarta International Java Jazz Festival 2010 and the parties involved in the event, such as producers, consumers, and media. The underlying idea applied in this research is the concept of signification. Cultural Studies approach is applied through critical assessment of the results of the observation, interviews and Focus Group Discussion (FGD). The results of this research indicate that Java Jazz Festival was a battlefield for various interests, especially the interests of the capital supporting a social construction that creates a feminine image and segregates a flavor for the uppermiddle class."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
T27883
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sianipar, Tarida S.
"Musisi adalah orang yang mencipta, memimpin, atau menampilkan musik (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989; (\v\vw.wikipedia.org). Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa menjadi seorang musisi perlu memiliki keterampilan bermusik. Keterampilan bermusik tidak hanya diperoleh karena bakat musik, tetapi juga diperoleh karena pengalaman, tugas, motivasi, dan proses belajar yang mendukung (Sloboda, 1994b). Perbedaan suatu keterampilan bermusik itu dapat dilihat dari peforma musik, seperti performa musik pada musisi klasik dan musisi jazz. Perbedaan yang mendasar dari kedua musisi itu adalah improvisasi, yaitu penuangan ide atau mood yang terjadi secara spontan. Musisi klasik dituntut untuk memainkan partitur komposisi secara tepat dan akurat. Ekspresi musik dituangkan melalui improvisasi berupa interpretasi dari komposisi itu harus terpaku pada notasi musik. Sedangkan musisi jazz diharapkan melakukan improvisasi untuk mengembangkan kreativitas dan keterampilan teknik musik (Reimann, 2003). Hal ini menimbulkan ketertarikan bagi penulis untuk melakukan penelitian mengenai gambaran respon musik terhadap rangkaian melodi pada musisi piano klasik dan musisi piano jazz. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui metoda wawancara dan observasi terhadap tujuh subjek penelitian yang terdiri dari tiga musisi piano klasik dan tiga musisi piano jazz. Pedoman wawancara dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan berdasarkan teori respon musik yang dikemukakan oleh Copland (1955), Wingell (1983), dan Denecke (1997) yang terdiri dari respon fisik (respon yang berhubungan dengan gerak tubuh), respon musik tingkat sensori atau respon afektif (respon yang berhubungan dengan perasaan yang muncul pertama kali tanpa berpikir), respon musik tingkat asosiatif (respon musik yang berhubungan dengan imajinasi, memori, dan pengalaman masa lalu), respon musik tingkat ekspresif (respon musik yang berhubungan dengan kekuatan ekspresif atau makna dari musik), respon musik tingkat musikal (respon musik yang berhubungan dengan kesadaran terhadap musik dan yang terjadi di dalam musik itu sendiri). Respon musik yang akan dilihat adalah respon musik ketika mendengarkan rangkaian melodi dan respon musik ketika menampilkan performa musik. Selain itu, penelitian ini juga hendak melihat performa musik yang ditampilkan oleh musisi klasik dan musisi Jazz. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah musisi klasik dan musisi jazz memiliki persamaan dalam memberikan respon fisik dan respon musik tingkat sensori atau respon afektif. Persamaan ini diungkapkan oleh masingmasing musisi mengenai hal-hal yang mereka rasakan yang berhubungan dengan kedua respon musik tersebut ketika mendengarkan rangkaian melodi dan ketika menampilkan performa musik dari rangkaian melodi. Selain itu, hasil lain yang ditemukan adalah musisi klasik dan musisi jazz memiliki perbedaan dalam memberikan respon musik tingkat asosiatif, respon musik tingkat ekspresif, dan respon musik tingkat musikal. Ketiga respon musik ini adalah respon musik yang sudah memiliki tingkat lebih tinggi dari dua respon musik sebelumnya, karena tidak hanya sekedar menikmati musik saja. Hal ini menunjukkan bahwa musisi klasik memiliki imajinasi, ekspresi, dan pengamatan terhadap musik yang berbeda dengan musisi jazz sehingga tidak mengherankan mereka memiliki gaya performa musik yang berbeda. Untuk penelitian lanjutan, disarankan agar observasi dilakukan dengan menggunakan alat bantu seperti kamera-video. Selain itu, untuk penelitian lanjutan dapat dilakukan penelitian persepsi musik pada musisi yang memiliki keahlian bermain instrumen musik lain. Saran praktis dari penelitian ini adalah sebaiknya dikembangkan pengajaran musik mengenai kemampuan mendengarkan musik dan memberikan respon musik yang dapat membantu peserta didik untuk lebih memiliki tingkat musikalitas yang baik."
2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hughes, Dick
Sydney : Marlin Books, 1977
927.99 HUG d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>