Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sternheim, Carl, 1878-1942
Neuwied am Rhein: Luchternhand, 1963
Jer 832.912 STE g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Widiati Kusumawardani
"Pengarang adalah pendukung gerakan moralisme. Pengamatannya terhadap perkembangan dunia sangat tajam. la sangat peka terhadap hal - hal yang berkembang di dunia, terutama terhadap timbu1nya keseahteraan dan kepuasan materi yang begitu saja tanpa pemikiran terlebih dahulu. Sebagai contoh penemuan bom atom pada tahun 1945 ; Pada masa itu terjadi perang. Manusia merasa perlu untuk mencip_takan senjata tersebut demi terlaksananya perdamaian. Sete_lah bom atom tercipta dan berhasil menegakkan perdamaian, ma_nusia pada masa itu merasa puas tanpa memikirkan akibat-akibatnya yang semakin berkembang. Mula-mulaakibat _ akibat yang ada yaitu korban manusia yang jumlahnya sangat banyak,secara terus menerus berjatuhan di Hiroshima danNagasaki 4karena terkena radiasi Thin Boy dan Fat Boy. Kemudian senjata tersebut dikembangkan kekuatannya menjadi teknologi nuklir, teknologi yang dapat menghasilkan suatu jenistenaga yang sangat kuat. Tenaga nuklir membawa dampak positif dan negatif. Untuk keperluan damai tenaga nuklir dapat"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S14613
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M.M. Tristiastini
"Menurut para ahli sastra drama Die Verspaetung karya Wolfgang Hildesheimer digolongkan ke dalam bentuk drama absurd. Skripsi ini ingin membuktikan kebenaran pernyataan di atas dengan melakukan penelaahan terhadap teks drama Die Verspaetung. Penelaahan dilakukan dengan membandingkan teori drama absurd dengan teori drama konvensional dan drama epik--yang merupakan dua bentuk drama yang sudah ada sebelumnya -- dengan berpegang pada unsur-unsur drama seperti tema, latar, tokoh dan alur. Untuk itu dipaparkan pengertian drama absurd dengan membahas arti kata absurd itu sendiri yang kemudian dihubungkan dengan konsepsi Albert Camus, beserta ciri-ciri drama ini.Setelah dilakukan penelaahan terhadap tema, latar, tokoh dan alur drama Die Verspaetung, ternyata drama ini memang sesuai dengan teori drama absurd yang ada; sehingga dapat disimpulkan bahwa drama Die Verspaetung ini benar-benar sebuah drama absurd. Penelaahan ini dilakukan dengan tujuan untuk lebih memperkenalkan apa dan bagaimana drama absurd itu, yang merupakan bentuk drama yang masih belum begitu dapat diterima oleh masyarakat Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S14821
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Susilawati Elisabeth
"Dimulai dari pernyataan ahli-ahli sastra, bahwa Gerhart Hauptmann bukan naturalis murni. Kebenaran atau kesalahan dari pernyataan ini diteliti melalui analisis drama Fuhrmann Henschel, suatu drama dari periode naturalistis pengarang. Supaya drama ini dapat diteliti dan diinterpretasi sepenuhnya dengan seksama, dipelajari dulu teori aliran naturalisme, sejarah sosial dari jaman yang melatarbelakangi aliran tersebut serta latar belakang pengarangnya. Analisis drama membawa hasil, bahwa Gerhart Hauptmann menerapkan tema-tema utama aliran naturalisme dengan baik dan benar, tetapi terungkap juga hal-hal khas pengarangnya yang pertama-tama memberi kesan seolah-olah Gerhart Hauptmann menyimpang dari aliran naturalisme. Baru sesudah hal-hal khas dari pengarang diteliti lebih dalam lagi, dapat ditarik kesimpulan bahwa ia adalah pengarang naturalistis yang baik, karena hal-hal khusus yang diolah di dalam drama tidak mengurangi sifat naturalistis drama Fuhrmann Henschel, melainkan membuatnya lebih menarik lagi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S14779
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Dormian
"Dialog adalah fundamen dasar terpenting yang secara lahiriah membdakan drama dan jenis karya sastra lainnya, yang tanpa kehadirannya sebuah karya sastra tidak dapat digolongkan sebagai sebuah drama. Dialog di dalam sebuah drama adalah giliran berbicara dari dua orang tokoh atau lebih lebih yang herfungsi sebagai penggerak peristiwa-peristiwa penting dalam perkembangan alur cerita drama tersebut Menurut Karl Beilhardt dalam hukunya Formen des Gespraichs im Drama, bentuk-bentuk dialog drama ada tujuh yaitu, Verhiirgesprache, Interview-Gesprache, Enthullungsgesprache, Zerstreute and zerfallene Gesprache, Entscheidungsgesprache, Einschuchterungsgesprache, dan Diskurs-Gesprache. Dengan menganalisis hentuk-hentuk dialog di dalam suatu drama, kita dapat menganalisis drama itu secara keseluruhan: pcnokohan, perkembangan alur, dan struktur drama tersebut"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S14793
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.R. Indah Nuritasari
"Sastra harus dapat menggambarkan kenyataan sosial yang ada dalam masyarakat. Lebih jauh lagi, sastra juga harus mengajak masyarakatnya memperbaiki kondisi yang ada, dan membawa mereka kepada suatu masyarakat ideal yang dicita-citakan bersama. Begitulah prinsip sastra yang diyakini Bertolt Brecht, seorang penyair besar Jerman yang lahir di Augsburg pada 10 Januari 1898. Menurut Brecht, dalam abad teknologi dan suatu pengetahuan saat ini masyarakat menuntut suatu bentuk sastra yang baru yang mampu memenuhi kebutuhan mereka. Karenanya sastra (dalam hal ini teater) harus menyuguhkan isi yang aktual, dan memperbaiki standar teknis yang sudah tidak relevan lagi dengan jamannya. Berdasarkan pemikiran itu Bertolt Brecht Merumuskan suatu bentuk drama baru yaitu episches theater. Teater ini merupakan bentuk penolakan Brecht terhadap teater Aristoteles yang menyajikan ilusi dan tidak membuat penontonnya ikut memikirkan dengan kritis masalah yang dipaparkan dalam cerita. Dengan isi yang aktual dan standar teknis yang sesuai dengan masyarakat modern episches theater diyakini Brecht dapat menjadi alat yang bisa membantu masyarakat mengatasi problema yang mereka hadapi. Skripsi ini membahas dan menganalisis unsur-unsur episches theater dalam drama Die Dreigrosheroper karya Bretch. Die Dreigrosheroper ditulis dan dipentaskan pertama kali pada tahun 1928. Dalam drama inilah Bretch pertama kali menuangkan teori episches theater-nya yang ternyata kemudian disambut hangat oleh masyarakat dan para kritisi sastra. Berkat kegemilangan karya ini dalam sekejap nama Bretch menjadi terkenal dan diperhitungkan dalam dunia kesusastraan Jerman. Karena itulah Bretch menyebut Die Dreigrosheroper ini demonstrasi episches theater-nya yang paling berhasil."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S14696
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imma Setiana
"Di dalam skripsi ini saya menganalisis sikap seorang laki-laki bemama Biedermann. la seorang pengecut, tidak jujur dan egois. Dengan sifat-sifatnya itu ia pada akhimya menghancurkan diri sendiri dan lingkungannya. Ia, misalnya, mengizinkan Schmitz dan Eisenring menginap di rumahnya dan tidak dapat mengusir, bahkan membiarkan mereka bertindak apa saja, meskipun terang_terangan melakukan sesuatu yang berbahaya. Akhir dari kepasifan yang disertai usaha menjilat tamu-tamunya itu adalah terjadinya kebakaran di rumahnya. Kesalahan terletak pada did Biedermann, bukan pada tamu-tamunya. Mirip dengan Biedermann adalah tindakan orang-orang Jerman pada masa Nazi di bawah pimpinan Hitler. Di dalam skripsi ini saya membuktikan bahwa beberapa elemen dari drama Biedermann and die Brandstifter mempunyai kesamaan dengan situasi Jerman pada masa Nazi. Saya rnelihat bahwa drama Biedermann and die Brandstifter parabel dengan masa Nazi"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S15012
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puti Suci Lestari
"
ABSTRAK
Masalah lingkungan hidup dengan setting penyatuan kembali Jerman adalah tema dari drama Himmel, Erde, Luft und Meer. Drama tersebut adalah drama anak yang ditulis oleh Volker Ludwig dan dipentaskan oleh Grips Theater, Berlin. Grips Theater yang d.ipimpin oleh Ludwig adalah teater anak modern yang emansipatoris. Drama ini, seperti juga drama Grips Theater lainnya, mengunakan efek keterasingan (Verfremdungseffekt), antara lain lagu (Songs) sebagai pemecah babak, tehnik Spiel im Spiel (drama dalam drama) dan latar belakang panggung. Selain itu, para pemain Grips Theater adalah orang dewasa, bukan anak-anak.
Skripsi membahas permasalahan lingkungan hidup dalam drama Himmel, Erde, Luft und Meer dari sudut pandang teori Haben oder Sein (Memiliki atau Menjadi) dari Erich Fromm. Eksistensi Haben adalah suatu hal yang normal dan tumbuh dalam masyarakat modern yang konsumtif. Sedangkan eksistensi Sein, kebalikan dari konsep Haben, susah untuk didefinisikan. Syarat-syarat bagi eksistensi Sein adalah kemandirian, kebebasan dan pemikiran yang kritis. Dari drama Himmel, Erde Luft und Meer dapat disimpulkan bahwa,gaya hidup masyarakat Jerman yang berorientasi pada konsep Haben menyebabkan kerusakan lingkungan hidup. Bahkan pemerintah Jerman dalam membuat suatu kebijaksanaan terpengaruh oleh konsep Haben.Karena itu Grips-Theater menawarkan gaya hidup baru, yang berorientasi pada konsep Sein agar kerusakan lingkungan hidup dapat diperbaiki.
"
1998
S14980
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novy Nur Permata
"Kisah dosa pertama banyak digunakan masyarakat patriarkhat untuk melegitimasi superioritas laki-laki atas perempuan. Pada drama Der zerbrochene Krug karya Heinrich von Kleist kisah tragis ini digarap kembali, dengan suatu perbedaan tajam. Bukan Eve yang merayu Adam untuk berbuat dosa, melainkan sebaliknya. Berdasarkan titik awaI ini figur Eve sebagai searang perempuan diteliti demi rnenginterpretasi nuansa perubahan tersebut dan menggali unsur lain dari drama yang sekilas hanya mengulang kembali stereotip perempuan yang sudah ada.
Tujuan penelitian adalah menunjukkan, bahwa pembalikan mitos oleh Kleist, seperti telah disinggung di atas memiliki suatu arti krusial bagi drama ini. Dan selain itu juga, bahwa konsep jender yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat kala itu memang dipertanyakan.
Pencapaian tujuan di atas akan dilakukan melalui analisis struktural drama bersangkutan. Surat-surat pribadi dan salah satu esei Kleist, Uber das Marionettentheater, serta teori jender akan menjadi pendukung yang sangat berguna dalam proses analisis ini.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa Kleist memang meletakkan konsep jender yang berlaku waktu itu (dan yang juga dianutnya sendiri) dalam lingkaran pertanyaan. Figur Eve ditampilkan sangat cemerlang di tengah keburaman jenis kelamin lainnya, ditengah masyarakat patriarkhat. Konfrontasi antara Adam dan Eve dengan dikuti kaburnya Adam dari arena menunjukkan keunggulan Eve si perempuan dibandingkan Adam si laki-laki."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S14656
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Sari
"Tokoh Kaspar dijadikan sebagai contoh korban berbahasa. Pada awal kemunculannya, Kaspar hanya memiliki satu kalimat yang hanya berguna bagi dirinya sendiri, namun tidak membantunya dalam mengadakan hubungan dengan sekitamya. Lalu ia belajar bahasa. Bahasa menjadikannya individu baru dan menghilangkan identitas lamanya. Kaspar harus mematuhi aturan yang ada dalam bahasa, sehingga ia kini seakan berada dalam penjara. Kisah Kaspar ini dijadikan contoh, bahwa bahasa dan kegiatan menggunakan bahasa dapat dikatakan menyiksa, karena hidup manusia dikuasai oleh bahasa.
Skripsi ini bertujuan untuk menunjukkan kemampuan bahasa dalam menguasai hidup manusia. Melalui penelitian kepustakaan yang dilakukan dengan bantuan teori dari bidang filsafat bahasa dan linguistik, maka tujuan dari penelitian ini tercapai. Bahasa menguasai hidup Kasper dengan cara memberikan Kaspar identitas diri baru namun dibarengi dengan matinya identitas diri lamanya, dan memenjarakan Kaspar dalam aturan bahasa. Hal ini bisa terjadi pada siapa saja."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S14686
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library