Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Yofan Gamaliel Siara
"Artikel ini merupakan kajian filosofis yang menjelaskan akar dari permasalahan relasi cinta melalui teori abjeksi Julia Kristeva. Beragam relasi cinta antar manusia tidak terlepas dari hasrat manusia sehingga selalu memunculkan rasa berkekurangan. Jarak dan rasa berkekurangan dengan hasrat ini yang menjadi akar berbagai kesedihan dan penderitaan dalam relasi cinta antar manusia. Artikel ini mencari jawaban dari pertanyaan mengapa selalu adanya rasa berkekurangan hasrat dalam relasi cinta dan bagaimana seharusnya manusia merespon abjeksi dari hal tersebut. Data dalam artikel ini terkumpul melalui metode kepustakaan yang ditelaah secara filosofis dengan metode psikoanalisis estetis, Upaya ini dilakukan untuk mengkaji akar dari problem relasi dan cinta dengan berangkat dari fenomena abjeksi dan mencari jawaban memberi respon yang argumentatif. Pemikiran abjeksi Kristeva digunakan sebagai pendekatan yang membuka perspektif atas cinta. Artikel ini membuktikan bahwa perlu ada perebutan makna atas cinta dalam memahami kesedihan dan penderitaan tersebut sebagai proses pembentukan diri.
This article is a philosophical study that explains the root of the problem of love relationships through Julia Kristeva's theory of abject. Various love relationships between humans are inseparable from human desires so that it always creates a feeling of lack. Distance and a sense of lack with this desire are the roots of various sorrows and suffering in love relationships between people. This article seeks answers to the question why there is always a lack of desire in love relationships and how humans should respond to the objection of it. The data in this article were collected through the literary method which was examined philosophically using the aesthetic psychoanalysis method. This effort was made to examine the roots of the problem of relationships and love by departing from the phenomenon of abjection and seeking answers and giving argumentative responses. Kristeva's abjection of thought is used as an approach that opens perspectives on love. This article proves that there needs to be a struggle for the meaning of love in understanding sadness and suffering as a process of self-formation."
Depok:
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Safhira Fadya Tsamara
"Sebuah teks tidak dapat muncul dengan sendirinya atau secara mandiri dan selalu terpengaruh dengan karya-karya yang telah ada sebelumnya. Pengaruh tersebut terbagi menjadi dua jenis, yaitu pengaruh secara eksplisit dan implisit. Chil Wol Chil Il merupakan lagu milik grup musik wanita Red Velvet yang menggambarkan rasa sedih akan perpisahan yang dilalui oleh sepasang kekasih. Kemudian, Gyeonu wa Jingnyeo merupakan cerita rakyat Korea yang mengisahkan tentang sepasang kekasih, Gyeonu dan Jingnyeo yang dipisahkan secara paksa oleh kaisar langit akibat kelalaian mereka. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adanya intertekstualisme pada kedua teks tersebut. Penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif dan pendekatan intertekstualitas Julia Kristeva. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya intertekstualitas yang ditunjukkan pada alur dari kedua teks. Berdasarkan struktur umum alur yang dikemukakan oleh Sudjiman, intertekstualitas tersebut berada pada bagian tengah dari teks yang terdiri dari tikaian (conflict) yaitu ketika Gyeonu dan Jingnyeo dipisahkan secara paksa dan rumitan (complication) yaitu pada saat Gyeonu dan Jingnyeo terhalang oleh tebing raksasa. Kemudian pada bagian akhir teks yang terdiri dari leraian (falling action) yaitu ketika sekelompok burung magpie membantu Gyeonu dan Jingnyeo dan selesaian (denouement) yaitu pada saat Gyeonu dan Jingnyeo dapat bertemu setiap tahunnya dengan bantuan sekelompok burung magpie.
A text can not exist by itself instead will always be influenced by already existing texts. The influence is divided into two types, explicit and implicit influence. Chil Wol Chil Il is a song by Red Velvet that tells the story about a sad separation of a pair of lovers. Meanwhile Gyeonu wa Jingnyeo is a Korean folktale that tells the story about a pair of lovers named Gyeon-u and Jing-nyeo who are separated by the sky emperor due to their negligence of their responsibilities. The purpose of this research is to analyze the intertextuality within both texts. This research uses descriptive qualitative methods and Julia Kristeva’s concept of intertextuality to analyze both texts. The results of this research indicates the intertextuality correlation between both texts located on the plot of both texts. Based on common structure of plot by Panuti Sudjiman, intertextuality of both texts are located in the middle of the texts that consists conflict which is when Gyeonu and Jingnyeo were both separated by force and complication, which shows when Gyeonu and Jingnyeo were being hindered by a massive cliff. Then at the end of the texts consist of falling action, which is when a flock of magpie birds are helping both Gyeonu and Jingnyeo to cross the giant cliff and denouement, which is when Gyeonu and Jingnyeo can finally meet on the same day each year with the help of the magpie birds."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Alifya Maheswari Putri W.
"Pandangan sosial, termasuk yang terdapat dalam media massa seperti buku dan film, sering menggambarkan bahwa menstruasi adalah sesuatu yang menjijikkan, berbahaya, dan bisa mengontaminasi. Banyak akademisi sudah menulis tentang representasi isu menstruasi dalam sastra atau membandingkan representasi tersebut dalam dua teks media berbeda. Namun, sejauh ini belum ada literatur yang membandingkan representasi isu menstruasi dalam dua karya sastra dengan genre, konteks sosiokultural, dan bahasa yang berbeda. Karena itu, penulis memilih dua teks sastra dengan aspek-aspek berbeda tersebut untuk membandingkan representasi menstruasi di dalamnya: “Darah,” cerpen horor feminis oleh Intan Paramaditha dan The Red Tent, novel fiksi sejarah oleh Anita Diamant. Artikel ini bertujuan membandingkan dua karya sastra berbeda yang menggambarkan menstruasi sebagai subjek yang menimbulkan reaksi ambivalen dari pihak-pihak yang mengalaminya serta masyarakat di sekitarnya. Melalui metode analisis tekstual dan teori abjection Julia Kristeva sebagai kerangka teori, artikel ini menyimpulkan bahwa menstruasi—sebagai fungsi biologis perempuan (female)—dapat dipandang dan diperlakukan dengan cara yang sangat berbeda, tergantung tempat, waktu, dan konteks sosiokulturalnya. Faktor-faktor ini kemudian memengaruhi bagamana seorang perempuan memaknai pengalaman menstruasinya.
Mainstream societal views as well as various media including books and movies often maintain that menstruation is disgusting, harmful, dangerous, and contaminating. Many scholars have written about the representation of menstruation in literature or compared the representation of menstruation in two similar media texts. However, there is little to no research yet on literature that compares the representation of menstruation in two literary works from different genres, sociocultural contexts, and languages. In order to fill that gap, the author chose “Darah,” a feminist horror short story by Intan Paramaditha, an Indonesian author, and The Red Tent, a historical fiction novel by Anita Diamant, an American author. This article aims to compare the two fictional literary works which represent menstruation as a subject that provokes ambivalent reactions from the persons experiencing it and the society surrounding it. Through close reading with the textual analysis method and applying Kristeva’s theory of abjection as a critical lens, this article finds that menstruation as a female biological function can be viewed and treated very differently in various times and places according to their respective sociocultural contexts, which directly affects how a woman perceives her experience of menstruation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library