Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nafi Ruhmina
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai perancangan prototipe kuesiner pra skrining perkembangan (KPSP) berbasis elektronik di Puskesmas Cinere, Kecamatan Cinere, Kota Depok. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode pengembangan sistem RAD (Rapid Application Development). Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan dengan metode wawancara kepada bidan Puskesmas Cinere ditemukan adanya keluhan bahwa pengisian KPSP kurang praktis. Hal ini dapat mempengaruhi beban kerja tenaga kesehatan yang berakibat pula pada target pencapaian DDTK. Inilah yang menjadi peluang bagi peneliti merancang prototipe KPSP berbasis elektronik dengan harapan proses pencatatan dan pelaporan menjadi lebih mudah, praktis, dan cepat. Berdasarkan hal tersebut telah dikembangakan prototipe kuesioner pra skrining perkembangan berbasis elektronik. Rancangan prototipe tersebut telah disimulasikan pada bidan di Puskesmas Cinere dengan respon yang baik dari para bidan.
ABSTRACT
This thesis discusses the design of electronic-based developmental pre-screening questionnaire (KPSP) prototype in Cinere Health Center, Cinere District, Depok City. This research is a qualitative study with the method of developing RAD (Rapid Application Development) systems. Based on the results of data collection conducted by the interview method to the Cinere Puskesmas midwife, complaints were found that KPSP filling was less practical. This can affect the workload of health workers which also results in the target of achieving early detection of under-fives. This is the opportunity for researchers to design electronic-based KPSP prototypes in the hope that the recording and reporting process becomes easier, practical, and faster. Based on this, a prototype of electronic-based developmental pre-screening questionnaire has been developed. The design of the prototype was simulated in midwives at the Cinere Health Center with a good response from midwives.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dennis Oh
Abstrak :
Latar Belakang: Prevalensi keterlambatan tumbuh kembang di Indonesia masih cukup tinggi. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan merupakan alat skrining yang digunakan untuk mendeteksi dini gangguan tumbuh kembang anak. Sensitifitas KPSP adalah 60%, yang merupakan nilai yang cukup rendah. Maka dari itu, alat skrining lain diperlukan untuk mencegah tidak terdeteksi anak yang mengalami keterlambatan tumbuh kembang. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian diagnostik potong lintang 101 anak sehat usia 0-5 tahun yang memenuhi kriteria inklusi di Kampung Lio, Kampung Gangsang, Kampung Tapos dan mal di Jakarta. Hasil: Hasil menunjukkan bahwa KPSP dan BDI-2 ST tidak memiliki perbedaan yang bermakna (p=0.078). Sensitifitas dan Spesifisitas BDI-2 ST masing-masing adalah 34.78% dan 92.31%. Umur dan jenis kelamin tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p>0.05) bagi nilai KPSP maupun BDI-2 ST. Pendidikan anak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0.05) untuk nilai KPSP tetapi tidak dengan nilai BDI-2 ST. Sebagian anak dengan KPSP skor pass tetap memiliki gangguan di 1 atau lebih domain BDI-2 ST (39.7%). Konklusi: Penelitian ini menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna dari nilai KPSP dan BDI-2 ST. Sensitifitas BDI-2 ST yang rendah diakibatkan oleh pemeriksaan yang hanya membandingkan skor total sedangkan seharusnya disertakan skor domain. Penggunaan KPSP sebagai reference test juga kurang memadai. Anak yang sudah melakukan skrining menggunakan KPSP sebaiknya dilanjutkan dengan pemeriksaan skrining dengan BDI-2 screening test untuk mendeteksi gangguan di area perkembangan tertentu. ......Background: The prevalence of developmental delays in Indonesia is still high. Kuesioner Pra Screening Perkembangan is a questionnaire used to screen for developmental delays. The sensitivity of Kuesioner Pra Screening Perkembangan is 60%, which is still considered low. Therefore, different screening tests are required to prevent under-detection. Methods: A diagnostic cross-sectional study of 101 healthy children aged 0-5 years old was done at Kampung Lio, Kampung Gangsang, Kampung Tapos, and malls in Jakarta. Results: KPSP and BDI-2 ST does not have a significant difference (p=0.078). The sensitivity and specificity of BDI-2 ST is 34.78% and 92.31% respectively. Age and gender both do not show a significant correlation (p>0.05) with both KPSP and BDI-2 ST scores. Education, however, shows a significant correlation (p<0.05) with KPSP scores while not with BDI-2 ST scores. Some children with KPSP score pass still had at least 1 domain in BDI-2 ST that is refer (39.7%). Conclusion: There is no significant difference between the scores of KPSP and BDI-2 ST. The low sensitivity of BDI-2 ST was caused by the assessment which compares only the total score when the domain scores needed to be taken into account. Usage of KPSP as a reference test also lacks in reliability. Subjects who have undergone KPSP screening should not stop there, and is recommended to continue with a BDI-2 screening test to detect developmental delays in specific areas.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonia C.C. Paramitha
Abstrak :
Latar belakang: Perkembangan anak merupakan isu besar di dunia dan jumlah kasus ketelambatan tumbuh kembang anak di Indonesia masih tinggi. Banyak faktor dapat mempengaruhi terjadinya keterlambatan tumbuh kembang anak, salah satunya adalah nutrisi anak pada awal kehidupannya yang diperoleh melalui ASI (Air Susu Ibu). WHO merekomendasikan agar semua bayi menerima ASI eksklusif dengan periode minimal 6 bulan untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Di Indonesia, terdapat peningkatan jumlah pemberian ASI tetapi jumlah tersebut masih dianggap rendah dan tidak memuaskan. Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mempelajari hubungan antara ASI eksklusif dengan perkembangan anak pada anak umur 9 ? 36 bulan. Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah potong lintang. Data mengenai perkembangan anak diperoleh dari tes dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) sedangkan status ASI diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh ibu dari anak yang dites. Dari 222 anak di Puskesmas Jatinegara dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), terdapat 89 anak yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil: Dari 89 anak yang dites, terdapat 39 anak dengan keterlambatan tumbuh kembang (43,82%) dan 29 anak dengan ASI eksklusif (32,58%). Proporsi anak dengan perkembangan normal adalah 56,18% dan persentase anak dengan ASI tidak eksklusif adalah 67,42%. Anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif memberikan kontribusi besar dalam kelompok anak dengan keterlambatan perkembangan (79,49%) dan 2,806 lebih tinggi mengalami keterlambatan perkembangan dibandingkan anak dengan ASI eksklusif. Kesimpulan: Anak yang menerima ASI eksklusif memiliki perkembangan bahasa, motor dan sosial personal yang lebih baik dibandingkan dengan anak tanpa ASI eksklusif.
Background: Child development is a big issue in the world and the number of children with delayed development case in Indonesia is considered high. There are many factors that influence the occurrence of developmental delay including child's early nutrition, which is obtained through breastfeeding. WHO recommends for all babies to receive exclusive breastfeeding for at least 6 months to achieve optimal growth and development. In Indonesia, there is an increase percentage of breastfeeding however it is still considered low and unsatisfactory. Aim: This research is conducted to study about the relationship between exclusive breastfeeding and child development in children aged 9 - 36 months old. Methods: A cross sectional study was conducted using Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) to obtain child development status and questionnaire on breastfeeding completed by mother. From 222 children in both Puskesmas Jatinegara and Cipto Mangunkusumo Hospital, there were 89 children who met the inclusion criteria of this study. Results: From the 89 children, there were 39 children with developmental delay (43.82%) and 29 children with exclusive breastfeeding (32.58%). Children with normal development were 56.18% and the percentage of children with nonexclusive breastfeeding was 67.42%. Children with non-exclusive breastfeeding contributed higher in the delayed development group (79.49%) and have 2.806 times higher possibility to experience delayed development. compared with those with exclusive breastfeeding. Conclusion: Children who get exclusive breastfeeding have better outcome in language, motor and social personal development compared to those with nonexclusive breastfeeding.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Fatimah
Abstrak :
Indonesia memiliki kurang lebih 85 juta anak, atau sama dengan sepertiga dari populasi nasional. Masa anak-anak merupakan masa keemasan, jendela kesempatan, dan masa kritis bagi perkembangan otak, khususnya pada usia anak balita. Namun, orangtua seringkali beranggapan bahwa perkembangan anak merupakan sesuatu hal yang biasa dan tidak memerlukan perhatian khusus, sehingga menyebabkan perkembangan anak menjadi tidak optimal. Karya tulis ini bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan pada usia anak balita dengan intervensi unggulan permainan edukatif. Metode penelitian yang digunakan yaitu praktik lapangan. Hasil yang didapatkan adalah terjadinya peningkatan tahap perkembangan anak yang dibuktikan melalui perolehan poin KPSP anak dari kategori menyimpang menjadi normal. Karya tulis ini merekomendasikan permainan edukatif sebagai salah satu cara untuk menstimulasi tahap perkembangan anak sehingga dapat berkembang secara optimal.
Indonesia has approximately 85 million children, or equal to one third of the national population. Childhood is a golden age, window of opportunity, and critical period for brain development, especially at the age of children under five. However, parents often assume that child development is something normal and does not require special attention, so that childrens development is not optimal. This paper aims to describe the results of nursing care at the age of children under five with superior intervention educational games. The research method used is field practice. The results obtained were an increase in the stage of child development as evidenced by the acquisition of KPSP points for children from deviant categories to normal. This paper recommends educational games as a way to stimulate the stage of child development so that they can develop optimally.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aliyah Said Utriyani Adilah
Abstrak :
ABSTRACT
Prevalensi gangguan perkembangan anak di Indonesia cukup tinggi, diperkirakan mencapai 10 . Kelainan ini dapat memengaruhi berbagai aspek keterampilan anak kelak, mulai dari motorik kasar dan halus, keterampilan berbicara atau berbahasa, hingga kemampuan sosial dan adaptasi. Faktor ekstrinsik termasuk lingkungan mini dan lingkungan mikro dapat memengaruhi perkembangan anak, di antaranya kondisi air, sanitasi, dan perilaku higienis water, sanitation, and hygiene/WASH , tingkat pendidikan orang tua, pemenuhan kasih sayang oleh orang tua, pengetahuan orang tua mengenai perkembangan anak, dan penolong persalinan ibu. Provinsi Nusa Tenggara Timur NTT diketahui memiliki profil yang buruk terkait beberapa faktor ekstrinsik di atas. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran skor KPSP anak usia 2-5 tahun di Provinsi NTT dan hubungan di antara skor KPSP dengan faktor-faktor ekstrinsik tersebut. Studi potong lintang ini menggunakan data sekunder dari 249 subjek penelitian. Skor KPSP rendah diperoleh pada 37,3 anak, skor KPSP sedang pada 33,7 anak, dan skor KPSP tinggi pada 28,9 anak. Hasil penelitian menunjukkan skor KPSP subjek penelitian tidak memiliki hubungan bermakna dengan WASH p=0,186 dan tingkat pendidikan p=0,450 , sedangkan faktor ekstrinsik lainnya memiliki hubungan bermakna, yaitu pemenuhan kasih sayang p=0,013 , pengetahuan orang tua mengenai perkembangan anak p=0,026 , dan penolong persalinan ibu p=0,012.
ABSTRACT
Prevalence of children developmental disorder or delay has been relatively high, reaching about 10 . The abnormality may cause many aspects of later children skill, such as gross and fine motor, language, and social or adaptive ability. Extrinsic factor including mini and micro, such as condition of water, sanitation, and hygiene WASH , parents rsquo education level, affection fulfilment by parents, parents rsquo knowledge about children development, and mothers rsquo delivery care provider. Nusa Tenggara Timur NTT is known for owing low profile of those extrinsic factors. This study aimed on knowing the prevalence of each KPSP score category among children age 2 5 in NTT and the association between it and the related extrinsic factors. The cross sectional study used secondary data from 249 subjects. Low KPSP score were observed on 37.3 subjects, medium score on 33.7 subjects, and high score on 28.9 . Results of the study showed KPSP score of subjects had no significant association with WASH 0.186 and parents rsquo education level p 0.450 meanwhile, other extrinsic factors had the association, they are affection fulfilment by the parents p 0.013 , parents rsquo knowledge about children development p 0.026 , and mothers rsquo delivery care provider p 0.012.
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library